Bagi Anda yang sudah pernah merasakan putus cinta, pasti tahu persis rasanya seperti apa. Sedih, kecewa, bahkan rasanya tak bergairah melakukan apa pun selain berdiam diri di kamar. Namun, sebenarnya kenapa putus dengan pacar bisa membuat seseorang sebegitu stresnya? Bukankah putus cinta itu artinya Anda telah terbebas dari pasangan yang memang tidak cocok dengan Anda? Nah, simak pertimbangan dan penjelasan psikologisnya di bawah ini.
Kenapa putus dengan pacar rasanya menyakitkan?
Setelah putus dengan pacar, banyak orang mengurung dirinya berhari-hari di kamar tanpa melakukan apa pun selain menangis dan meratapi nasib. Ternyata, ada beberapa penyebab yang membuat seseorang merasakan kesedihan dan stres yang cukup parah setelah putus cinta, yaitu:
1. Sudah merasa ketergantungan
Saking lamanya menjalin kasih, banyak orang merasa ketergantungan pada pasangan. Ketergantungan di sini berarti seseorang sudah terbiasa melakukan segala hal dengan bantuan atau kehadiran pasangan. Menurut Gregory L. Jantz Ph.D., seorang penulis buku dan juga ahli kesehatan mental di Washington, Amerika Serikat salah satu ciri orang yang ketergantungan yaitu tidak bisa membuat keputusan sekecil apa pun tanpa minta pendapat orang lain, termasuk sang mantan kekasih.
Akibatnya, ketika putus dari pasangan banyak orang seperti kehilangan pegangan. Tak lagi tahu harus ke mana dan bagaimana. Hal yang dipikirkan hanya, “Nanti kalau mau cerita dan minta saran ke siapa?”, “Nggak ada lagi yang bisa jemput aku,”, atau, “Nggak ada lagi yang akan chat setiap hari.”
Hal inilah yang kemudian membuat sebagian besar orang merasa stres dan putus asa. Akhirnya, Anda hanya menyendiri dan meratapi kesedihan setiap hari. Anda menganggap bahwa pasangan adalah bagian dari keseharian yang rasanya aneh dan hampa jika tidak ada.
2. Menyalahkan diri sendiri
Saat putus dengan pacar, banyak orang merasa harga dirinya runtuh. Misalnya karena merasa tak cukup pantas sehingga pasangannya memilih untuk berpisah. Akibatnya, Anda terus menyalahkan diri dengan berpikir, “Coba saja kalau dulu aku nggak terlalu sibuk kerja,” dan semacamnya.
Jadi bukannya berusaha move on, Anda malah terus terkungkung dalam pikiran negatif tersebut. Anda selalu melihat bahwa ini semua terjadi karena Anda tak layak jadi kekasih orang.
Padahal, tidak mungkin kesalahan hanya ada pada tangan Anda. Pasti ada juga kesalahan dari pasangan yang membuat hubungan harus berakhir. Hanya saja karena kekecewaan, kesedihan, dan penyesalan ini begitu dalam, Anda akhirnya terjebak dalam pikiran negatif ini.
Namun, sadarilah bahwa luka putus cinta tidak akan hilang jika Anda terus menyalahkan diri sendiri. Hal ini justru bisa membuat Anda minder dan menutup diri pada orang lain. Meski sulit, Anda harus menerima bahwa saat ini putus dengan pacar adalah jalan terbaik. Bukan karena Anda yang tidak pantas, hanya saja memang tidak bisa sejalan dengan mantan kekasih.
3. Malas memulai hubungan dari nol
Pacaran adalah proses saling mengenal. Proses ini tentu tak selalu mulus. Ada banyak lika-liku yang pasti sudah dilewati bersama pasangan. Ketika putus, banyak orang merasa ia telah melakukan semua usaha terbaiknya plus segudang pengorbanan. Tak hanya waktu yang dikorbankan, tetapi juga materi dan perasaan.
Oleh karena itu, banyak orang merasa malas untuk membangun semuanya kembali dari nol. Jangankan membangun kembali, keluar kamar pun rasanya segan. Akibatnya, Anda terus terjebak dalam kesedihan yang berlarut-larut.
Jika hal ini terjadi pada Anda, coba lawan. Jangan mau dikalahkan oleh rasa sedih yang terus membelenggu. Anda harus mulai bangkit dan menata kembali kehidupan baru yang lebih membahagiakan. Langkahnya juga cukup mudah, misalnya dengan curhat ke orang terdekat, olahraga untuk melepas stres, atau menuliskan semua perasaan dan emosi Anda ke dalam buku harian.