Bukan hanya menandakan ketidaksetiaan, infeksi menular seksual (IMS) juga menjadi salah satu hal yang identik sebagai akibat dari gonta-ganti pasangan.
Namun, IMS bukanlah satu-satunya ancaman bagi seseorang yang suka gonta-ganti pasangan. Kebiasaan ini juga bisa menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental.
Akibat gonta-ganti pasangan
Salah satu prinsip berhubungan intim yang aman adalah setia dengan satu pasangan. Memiliki lebih dari satu pasangan seksual justru bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan sebagai berikut.
1. Infeksi menular seksual (IMS)
Sifilis, gonore, dan infeksi human papillomavirus (HPV) merupakan beberapa jenis penyakit infeksi menular seksual yang paling sering terjadi.
Salah satu penyebab utama dari berbagai penyakit tersebut adalah kebiasaan gonta-ganti pasangan, baik dari sisi suami maupun istri.
Meskipun ada berbagai pengobatan yang bisa mengatasi IMS, penyakit ini tidak boleh disepelekan. Pasalnya, meski berasal dari aktivitas seksual, infeksi ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain.
Sebagai contoh, infeksi HPV diketahui cukup berkaitan dengan kanker serviks, mulut, hingga kerongkongan.
Sayangnya lagi, berbagai penyakit tersebut sering kali baru diketahui saat kondisinya sudah cukup parah karena banyak pasien merasa malu untuk memeriksakan diri.
Oleh karena itu, penting untuk segera melakukan pemeriksaan jika Anda khawatir dengan berbagai gejala yang berkaitan dengan IMS.
2. HIV/AIDS
Salah satu cara penularan paling mudah dari infeksi human immunodeficiency virus (HIV) adalah melalui cairan tubuh, termasuk air mani dan cairan vagina.
Itu sebabnya orang-orang yang kerap berganti pasangan rentan terinfeksi HIV. Makin sering Anda berganti pasangan seksual, makin besar juga risiko penularan penyakit ini.
Ditambah lagi, infeksi HIV sering kali tidak disadari karena gejalanya yang mirip dengan masalah kesehatan pada umumnya.
Selain dengan setia bersama satu pasangan, cara lain yang bisa Anda lakukan untuk menurunkan risiko paparan HIV adalah dengan menggunakan kondom saat bercinta.
Tahukah Anda?
Berdasarkan data sepanjang 2021 lalu, Indonesia memiliki sekitar 540.000 orang yang hidup dengan HIV. Jumlah ini diperkirakan merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.
Di antara semua pengidap HIV, pekerja seks yang kerap gonta-ganti pasangan merupakan kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi HIV.
3. Memperbesar risiko kanker
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 2.537 pria dan 3.185 wanita di atas 50 tahun oleh Universitas Anglia Ruskin pernah membahas risiko kesehatan akibat gonta-ganti pasangan.
Pada studi tersebut, mereka yang memiliki lebih dari satu pasangan sepanjang hidupnya sama-sama memiliki risiko terkena kanker lebih besar.
Namun, mengingat kanker bukanlah jenis penyakit yang menular, peningkatan risiko ini terjadi karena sistem imun tubuh yang bisa melemah karena adanya infeksi menular seksual.
Kanker juga akan membuat sistem kekebalan tubuh berkurang sehingga infeksi akan lebih mudah terjadi.
4. Ketergantungan zat adiktif akibat gonta-ganti pasangan
Akibat gonta-ganti pasangan yang sering kali tidak disadari adalah meningkatkan risiko ketergantungan pada zat adiktif.
Melansir dari penelitian yang diterbitkan dalam Archives of Sexual Behavior, ketergantungan ini kemungkinan disebabkan oleh perasaan malu, takut, atau bahkan tidak puas dari seseorang yang kerap berganti pasangan.
Untuk menutupi perasaan tersebut, mereka kerap melakukannya dengan mengonsumsi zat adiktif seperti alkohol.
Kombinasi antara kebiasaan gonta-ganti pasangan, mengonsumsi alkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang juga akan meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, salah satunya penyakit jantung.
5. Memicu kekerasan dalam hubungan
Memiliki lebih dari satu pasangan dalam berhubungan seksual, secara tidak langsung dapat memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
Pasalnya, beberapa orang memang sengaja berganti pasangan seksual karena merasa tidak puas, baik pada diri sendiri maupun pasangannya.
Dari rasa tidak puas itulah keharmonisan dalam rumah tangga akan terganggu. Lama-kelamaan, kondisi ini bisa memicu kekerasan dan keretakan dalam hubungan.
Dengan segala akibat dan risikonya, dapat disimpulkan bahwa gonta-ganti pasangan adalah perilaku berisiko yang penting untuk dihindari.
Perilaku ini tidak hanya merugikan secara fisik, tetapi juga emosional, baik dari sisi orang yang melakukan maupun pasangannya.
Oleh karena itu, jika Anda terlibat dalam situasi yang memungkinkan Anda untuk memiliki lebih dari satu pasangan, cobalah untuk memikirkan kembali berbagai risiko ke depannya.