Saat mendengar cerita seorang teman yang diselingkuhi oleh pasangannya, reaksi pertama Anda mungkin adalah geram. Menariknya, reaksi yang sama belum tentu muncul ketika Anda yang menjadi korban dari perselingkuhan tersebut. Anda bisa saja memilih untuk memaafkan pasangan yang selingkuh.
Alasan orang-orang memaafkan pasangannya
Melansir sebuah penelitian dalam jurnal Personality and Social Psychology Bulletin, memaafkan pasangan yang selingkuh justru berdampak buruk bagi hubungan. Pelaku dapat mengulangi perbuatannya dengan risiko kekerasan fisik dan psikologis yang lebih besar.
Jika demikian, mengapa ada orang yang tetap memilih memaafkan pasangannya? Begini kira-kira alasannya.
1. Cinta dan rasa nyaman
Ketika mengetahui pasangan selingkuh, perasaan Anda akan ambil bagian dalam menentukan tindakan selanjutnya. Hal ini amat wajar, mengingat Anda berdua telah membangun ikatan emosional serta kenyamanan yang kuat antara satu sama lain.
Beberapa orang akhirnya memaafkan pasangan yang selingkuh karena menganggap kesalahan ini tidak lebih besar dibandingkan cinta yang telah terjalin. Mereka ingin menuntaskan konflik yang memicu perselingkuhan untuk mencegahnya terjadi lagi.
Jadi, mereka melihat akar masalahnya ada pada hal lain dan masih bisa diselesaikan selama masih cinta. Bukan perselingkuhannya yang jadi perkara utama.
2. Ketergantungan keuangan
Tidak sedikit korban perselingkuhan yang terpaksa bertahan dalam hubungan karena secara ekonomi ia bergantung pada pasangannya yang selingkuh. Mereka mungkin tidak memaafkan, melainkan berusaha menerima kesalahan pasangannya karena tidak memiliki pilihan.
Tidak hanya perselingkuhan, hal yang sama juga terjadi pada hubungan abusive. Para korban tidak memiliki penghasilan untuk menghidupi diri. Mereka tidak bisa hidup secara mandiri dan akhirnya terpaksa mengesampingkan kebahagiaan pribadi.
3. Pasangan benar-benar merasa bersalah
Perselingkuhan tidak selalu berujung dengan berakhirnya hubungan, terutama jika pasangan Anda benar-benar merasa bersalah. Bahkan, rasa bersalah merupakan tanda bahwa hubungan Anda masih dapat diselamatkan.
Ini sebabnya beberapa orang memilih memaafkan pasangan yang selingkuh. Mereka sepakat untuk berdamai karena pasangannya berjanji tidak mengulangi kesalahannya lagi. Hubungan akhirnya terus berlanjut, meskipun pemulihan tetap membutuhkan waktu.
4. Bertahan demi anak
Jika bicara tentang perselingkuhan, masalah anak menjadi pertimbangan yang amat besar. Sekuat apa pun keinginan Anda untuk mengakhiri hubungan, perlu diingat bahwa keputusan Anda akan turut berdampak pada anak.
Tanpa adanya perceraian sekalipun, anak-anak yang mengetahui perselingkuhan orangtuanya sudah rentan mengalami gejolak emosi negatif. Akhirnya, banyak orangtua memilih berdamai dibandingkan harus melibatkan anak lebih jauh lagi.
5. Yakin pasangan yang selingkuh akan berubah
Hal ini sering dijadikan alasan ketika seseorang memaafkan pasangan yang selingkuh. Terlepas dari adanya rasa bersalah dari yang selingkuh, pihak yang diselingkuhi betul-betul meyakini bahwa pasangannya akan berubah apabila mereka berdamai.
Padahal, memaafkan pasangan tidak bisa semudah itu. Ada beberapa pertanyaan yang harus Anda ajukan kepada diri sendiri terlebih dahulu. Di antaranya:
- Apakah ini pertama kalinya pasangan Anda selingkuh?
- Apakah pasangan Anda memahami rasa sakit yang ia timbulkan?
- Apakah pasangan Anda mengakui perselingkuhannya sebagai masalah?
- Sudahkah pasangan Anda meminta maaf?
- Apakah ia benar-benar tulus menyadari kesalahannya?
- Bisakah Anda memercayai pasangan Anda lagi?
- Apakah hubungan Anda sepadan untuk dipertahankan?
Bagi kebanyakan orang, memaafkan pasangan yang selingkuh diyakini dapat membawa kedamaian bagi diri sendiri. Berpegang pada sakit hati, kekecewaan, dan amarah memang patut diakui akan menghabiskan banyak energi.
Meski demikian, sah-sah saja jika Anda memutuskan untuk tidak memaafkan pasangan yang selingkuh. Perselingkuhan menimbulkan dampak yang berbeda bagi setiap orang. Anda mungkin membutuhkan lebih banyak waktu untuk pulih sebelum benar-benar bisa memaafkan.