Mana yang Anda yakini, pacaran itu buang-buang waktu atau justru ada manfaat pacaran sebelum menikah? Pacaran memang sering dianggap negatif oleh sebagian orang. Ini karena beberapa orang percaya bahwa pacaran bisa mengganggu fokus dalam mengejar karier atau akan jadi sulit untuk membendung hawa nafsu.
Sebenarnya negatif atau postif dari pacaran itu tergantung dari bagaimana Anda menjalani hubungan itu. Pacaran bisa menjadi positif jika Anda menjalaninya dengan baik atau dilakukan dengan sehat. Pacaran sehat akan memberikan manfaat yang baik juga untuk Anda dan kekasih.
Penasaran apa saja manfaat pacaran sebelum menikah? Simak penjelasannya dari sisi psikologis berikut ini.
Manfaat pacaran bagi perkembangan mental dan kesehatan
Pacaran sehat adalah menjalani hubungan yang saling menghargai, menghormati, dan jujur. Pacaran yang sehat juga berarti membangun komunikasi yang baik dan saling menjaga kepercayaan dan batasan-batasan yang disepakati bersama.
Bila tujuan Anda pacaran sejak awal adalah untuk menjalin hubungan yang sehat, bukan sekadar pamer kemesraan atau ingin melampiaskan hawa nafsu semata, Anda bisa mendapatkan berbagai manfaat pacaran berikut ini.
Akan tetapi, penting diingat bahwa bukan berarti manfaat-manfaat berikut ini tidak bisa didapatkan kalau Anda memilih untuk hidup melajang atau tidak pacaran sebelum menikah. Hanya saja, pacaran sehat memang bisa meningkatkan kesempatan Anda untuk merasakan berbagai keuntungan di bawah ini.
1. Mendorong Anda jadi lebih baik
Pacaran sehat akan memotivasi masing-masing agar menjadi lebih baik dalam segala aspek. Bisa dalam hal studi, karier, cita-cita, kepribadian, dan lain-lain. Pasalnya, Anda jadi punya dorongan untuk menjadi sosok diri Anda yang terbaik buat pasangan.
Selain itu, Anda juga jadi bisa belajar banyak hal dari pasangan Anda. Misalnya, pasangan Anda adalah orang yang penyabar sedangkan Anda sebaliknya. Menghabiskan banyak waktu bersama pasangan yang penyabar akan pelan-pelan membuka mata Anda soal bagaimana caranya mengendalikan emosi dan bersikap lebih terbuka.
2. Belajar memahami dan mendengarkan orang lain
Menyatukan dua manusia itu bukan perkara mudah, lho. Anda harus benar-benar memahami sifat dan kebiasan pasangan Anda. Caranya antara lain dengan mendengarkan pasangan, tanpa maksud menyalahkan pasangan atau membela diri sendiri. Anda juga harus peka terhadap kebiasaan dan suasana hati pasangan.
Namun, Anda sendiri juga harus terbuka, ya. Jangan beranggapan bahwa pasangan Anda seharusnya tahu apa yang sedang Anda pikirkan atau rasakan. Ingat, pacaran bukan berarti bisa membaca pikiran satu sama lain, tetapi mengomunikasikan pikiran satu sama lain.
Nah, ketika Anda sudah terbiasa dan terlatih untuk memahami orang lain dan membangun empati, Anda pun bisa melakukan hal yang sama dengan orang-orang terdekat Anda. Misalnya sahabat atau rekan kerja.
3. Menambah wawasan
Ya, pacaran ternyata bisa menambah wawasan masing-masing. Menjalin hubungan yang erat dengan orang lain berarti Anda akan lebih terlibat dalam kehidupan pasangan. Dengan begitu, Anda pun jadi punya pemikiran lebih luas, misalnya soal bidang pekerjaan pasangan atau budaya dan tradisi keluarga pasangan Anda.
4. Hidup lebih sehat
Salah satu manfaat pacaran yang sayang dilewatkan yaitu membuat Anda lebih semangat menjalani gaya hidup sehat.
Seorang psikolog sekaligus penulis buku dari Amerika Serikat, Leslie Becker-Phelps, Ph.D., mengatakan bahwa pasangan kekasih biasanya akan saling mengingatkan untuk menjaga pola makan, cukup istirahat, dan olahraga rutin.
5. Belajar memecahkan masalah
Saat Anda pacaran, tentu pernah mengalami masalah dengan pasangan sampai muncul amarah, kesedihan, atau kekecewaan terhadap kekasih Anda. Di situlah letak suatu hubungan. Dengan berbagai macam pengalaman masalah yang datang, kemampuan Anda untuk mencari jalan keluar dan memecahkan masalah pun akan semakin terasah.
Kemampuan ini bisa menjadi bekal yang sangat berharga bila kelak Anda akan membangun keluarga bersama pasangan. Pasalnya, banyak pasangan suami istri yang belum begitu mengenal satu sama lain dan belum menguasai pemecahan masalah ketika membangun keluarganya, sehingga pernikahannya jadi kurang memuaskan.