backup og meta

Ketergantungan Pada Pasangan Bisa Memicu Gangguan Psikologis

Ketergantungan Pada Pasangan Bisa Memicu Gangguan Psikologis

Pasangan yang saling mencintai satu sama lain pasti memiliki ikatan batin dan perasaan yang kuat. Setiap hubungan romantis yang terjalin di antara pasangan tersebut membuat ikatan semakin kuat dan diharapkan bisa menjadi akar yang kokoh. Namun bagaimana jika hubungan asmara yang romantis menjadi sumber masalah dari hubungan yang sedang dijalani?

Ternyata, komitmen serta perasaan cinta yang terlalu banyak dicurahkan kepada pasangan dapat menjadi ‘senjata makan tuan’ bagi suatu hubungan. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

RSCE, kondisi psikologis akibat ketergantungan pada pasangan

Terkadang, salah satu atau kedua pihak dari pasangan tersebut terlalu banyak mencurahkan emosi, perasaan, serta semua komitmennya terhadap hubungan asmara yang mereka jalani. Akibatnya, laki-laki atau perempuan tersebut menjadi lebih sensitif dan justru menggantungkan semua harapan serta hidup mereka pada pasangannya. Kondisi ini dapat membuat seorang individu mengalami relationship-contingent-self-esteem.

Relationship-contingent-self-esteem (RCSE) adalah kondisi di mana seseorang baru akan merasa dihargai atau percaya diri jika diberikan pujian serta reaksi positif dari pasangan yang dicintainya. Hal ini tentu saja sangat berbahaya bagi kesehatan mental jika RCSE yang dialami seseorang terlalu tinggi.

BACA JUGA: 5 Manfaat Jatuh Cinta untuk Kesehatan

RCSE bisa menyebabkan seseorang mengalami depresi berat bahkan gangguan mental

Sebuah penelitian dilakukan, berfokus pada bagaimana peran pikiran, emosi, serta perasaan seorang individu dapat mempertahankan suatu hubungan asmara yang sedang mereka jalani. Penelitian ini melibatkan sebanyak 198 pasangan. Mereka diminta untuk mencurahkan perasaan atas semua kejadian yang terjadi setiap harinya selama 14 hari. Dari buku harian tersebut, kemudian peneliti mengetahui perasaan-perasaan apa saja yang ditimbulkan ketika mereka menjalani hubungan asmara.

Lalu, peneliti menyimpulkan bahwa orang yang terlalu mencurahkan semua emosi, perasaan, serta rasa cintanya pada hubungan yang sedang dijalani cenderung mengalami RCSE. Sementara diketahui pula orang yang mengalami kondisi tersebut rentan menjadi depresi berat, tertekan, cemas yang berlebihan yang tentu saja tidak baik bagi kesehatan mental.

BACA JUGA: Mengapa Cinta Membuat Kita Galau?

Apa saja masalah yang dapat timbul jika Anda mengalami RCSE?

Seseorang yang mengalami RCSE sangat tergantung pada pasangannya, sehingga harga diri atau penghargaan untuk dirinya sendiri diperoleh dari perilaku pasangan terhadap dirinya. Jika pasangannya tidak melakukan hal baik atau tidak sesuai dengan harapannya, maka ia akan mengalami stres dan kesedihan yang luar biasa. Tidak hanya itu, RSCE dapat membuat seseorang menjadi obsesif terhadap hubungannya. Sehingga orang yang memiliki sifat ini akan sangat memperhatikan tindakan, perkataan, serta menganalisis semua gerak-gerik pasangannya secara obsesif, dan memaknainya lebih dalam

Orang yang memiliki sifat RCSE yang tinggi juga memiliki komitmen yang tinggi dalam sebuah hubungan. Walaupun begitu, orang yang mempunyai kondisi tersebut mempunyai risiko mengalami depresi berat jika muncul masalah pada hubungan asmara yang sedang dijalani. Seseorang menjadi defensif dan sangat sensitif terhadap setiap masalah yang datang jika memiliki RCSE yang tinggi.

Hal ini akan menjadi kendala besar bagi suatu hubungan. Bahkan orang yang mengalami RCSE sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk ditinggal dan melakukan hubungan jarak jauh. Mereka akan merasa sangat cemas dan tidak aman karena pasangannya jauh dari dirinya.

BACA JUGA: 13 Hal yang Terjadi Pada Tubuh Saat Jatuh Cinta

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Knee, C., Canevello, A., Bush, A. and Cook, A. (2008). Relationship-contingent self-esteem and the ups and downs of romantic relationships. Journal of Personality and Social Psychology, 95(3), pp.608-627.

ScienceDaily. (2017). Too Much Commitment May Be Unhealthy For Relationships, Professor Says. [online] Available at: https://www.sciencedaily.com/releases/2008/12/081202170828.htm  [Accessed 10 Jan. 2017].

University of Houston. “Too Much Commitment May Be Unhealthy For Relationships, Professor Says.” ScienceDaily. www.sciencedaily.com/releases/2008/12/081202170828.htm  (accessed January 10, 2017).

 

Versi Terbaru

29/06/2021

Ditulis oleh Nimas Mita Etika M

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ajeng Pratiwi


Artikel Terkait

5 Cara Meminta Pasangan untuk Berubah Jadi Lebih Baik

Lost Interest dalam Hubungan, Apa Tanda-tandanya?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Nimas Mita Etika M · Tanggal diperbarui 29/06/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan