Pernahkah Anda merasa sudah banyak berkorban demi pasangan, tetapi balasan yang didapatkan tidak setimpal? Jika iya dan sering merasa seperti itu, kemungkinan besar Anda sedang terjebak dalam hubungan yang disebut codependent relationship. Apa itu?
Apa itu codependent relationship?
Codependent relationship adalah sebuah pola hubungan yang membuat diri Anda tergantung pada persetujuan pasangan terhadap hampir setiap keputusan yang dibuat.
Misalnya, Anda rela berkorban demi memuaskan kebutuhan pasangan dengan menomorduakan prioritas.
Menurut Scott Wetzler, PhD, ahli psikolog di Albert Einstein College of Medicine, hubungan yang seperti ini termasuk tidak sehat. Hal tersebut dikarenakan salah satu dari pasangan tersebut tidak mandiri, alias dinilai tidak memiliki pendirian.
Seperti yang dilansir dari laman WebMD, kondisi ini bisa saja muncul ketika seseorang memiliki masa kecil yang kurang menyenangkan.
Misalnya, pernah dilecehkan oleh orangtua sendiri secara emosional atau merasa terabaikan ketika remaja.
Akibatnya, ia merasa keinginan dan kebutuhannya tidak penting. Bahkan, ia juga kesulitan mengenali perasaan dan kebutuhannya sendiri.
Tanda-tanda Anda berada dalam codependent relationship
Untuk mengetahui apakah Anda atau orang terdekat berada dalam hubungan tersebut atau tidak, ketahui tanda-tandanya.
Mungkin cukup sulit membedakan codependent relationship dengan clingy alias nempel terus. Akan tetapi, orang yang sering berkorban demi pasangan punya beberapa kebiasaan yang sering dilakukan, yaitu:
- Tidak merasa puas atau bahagia jika tidak melakukan sesuatu untuk orang lain.
- Tetap menjalin hubungan dengan pasangan yang sudah melakukan tindakan kasar dan menyakitkan.
- Bersedia melakukan apa saja agar pasangannya puas dan senang, apa pun risikonya.
- Merasa bersalah ketika mengutamakan keinginannya sendiri dan cenderung menutupi apa yang mereka inginkan
Contoh mudahnya, Anda bersedia membatalkan janji bersama teman hanya karena pasangan malas ikut dan ia meminta Anda untuk tidak pergi.
Menurut sebuah penelitian dari jurnal Addict Health, hubungan ini sering ditemukan pada pasangan yang sedang merawat pecandu narkoba.
Di dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa wanita yang berpasangan dengan seorang pecandu membuat mereka kurang kurang terbuka.
Hal tersebut dikarenakan para wanita ini memprioritaskan kebutuhan pasangannya yang membutuhkan perawatan dibandingkan dirinya sendiri.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa tidak semua pasangan yang memiliki suami atau isteri yang merupakan seorang pecandu berperilaku demikian.
Akibat berada dalam hubungan codependent terlalu lama
Membahagiakan pasangan memang hal yang perlu dilakukan dalam sebuah hubungan.
Akan tetapi, menomorduakan kebutuhan Anda sendiri hanya untuk berkorban demi pasangan bukan hal yang dianjurkan.
Jika hal ini terjadi, kemungkinan besar Anda sedang berada dalam hubungan yang tidak sehat.
Menurut Shawn Burn PhD, seorang profesor psikologi di California Polytechnic State University, codependent relationship hanya membuat Anda cepat lelah.
Terlebih lagi, pola seperti ini membuat Anda mengabaikan hal-hal penting lainnya termasuk mencintai diri sendiri.
Selain itu, ada beberapa dampak lainnya yang sifatnya mungkin bertahan lama, seperti:
- Mengubah Anda yang dahulunya mandiri menjadi tidak tegas.
- Menguras perasaan.
- Berisiko mengembangkan krisis identitas, gangguan kecemasan, dan sering menyalahkan diri sendiri.
- Tidak dapat tinggal sendiri karena bisa membuat Anda stres sehingga berpotensi mengalami masalah kesehatan berupa hipertensi atau masalah jantung.
- Jika tidak bisa diperbaiki, bisa menimbulkan kecanduan narkoba, alkohol, dan gangguan makan.
Pasangan yang menjalani codependent relationship mungkin terlihat bahagia dari luar. Akan tetapi perlu diingat bahwa pola hubungan ini sangat tidak sehat.
Jika Anda atau pasangan mengalami tanda-tanda di atas, sebaiknya segera cari bantuan untuk bisa keluar.