Belum usai kecemasan akibat pandemi COVID-19, kini dunia diramaikan dengan kabar peperangan yang seakan tiada henti. Kecemasan saat perang merupakan hal yang wajar dialami, baik mereka yang terlibat langsung maupun tidak.
Apa itu kecemasan saat perang?
Kecemasan terkait peperangan dapat dipicu oleh banyak faktor. Terlebih lagi, pemberitaan yang marak di media sosial bisa menjadi hal yang menakutkan bagi banyak orang.
Kondisi ini tentu berpengaruh pada kesehatan mental, terutama memicu stres dan kecemasan.
Para ahli pun kini telah menggambarkan dampak kesehatan mental saat perang dengan istilah war anxiety atau nuclear anxiety.
Dampak perang terhadap kesehatan mental
Hampir semua orang yang terlibat dalam zona peperangan akan mengalami tekanan psikologis.
Untuk mengetahui dampak kesehatan mental saat perang, Badan Kesehatan Dunia (WHO) meninjau 129 studi dari 39 negara yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet (2019).
Tinjauan ini menemukan bahwa sekitar 22% orang yang terlibat perang atau konflik lain dalam 10 tahun terakhir mengalami depresi, kecemasan, post-traumatic stress disorder (PTSD), gangguan bipolar, atau skizofrenia.
Dari angka tersebut, terdapat 9% di antaranya mengalami gangguan mental sedang atau berat.
Efek depresi dan kecemasan saat perang akan meningkat seiring bertambahnya usia. Kondisi ini juga lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Orang dengan gangguan mental yang parah akan menjadi sangat berisiko. Hal ini membuat mereka membutuhkan akses kebutuhan dasar dan perawatan klinis yang baik.
Masalah kesehatan mental saat perang juga mungkin Anda alami melalui pemberitaan tentang orang-orang yang terdampak langsung di dalamnya.
Kondisi ini akan menimbulkan perasaan ketidakpastian, stres, maupun kecemasan bila perang berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.
Anda juga perlu lebih waspada bila pernah mengalami depresi, kecemasan, atau post-traumatic stress disorder (PTSD) sebelumnya.
Terlalu banyak menonton berita mungkin bisa memperburuknya. Apabila kondisi tersebut kian mengganggu, segera bicarakan dengan dokter Anda.
Cara menghadapi stres dan kecemasan saat perang
Jika tidak terlibat langsung, ada beberapa langkah yang bisa Anda coba untuk mengendalikan gejala kecemasan saat perang seperti berikut ini.
1. Batasi waktu berselancar di media sosial
Pertimbangkan untuk membatasi waktu untuk membaca berita tentang perang. Apabila perlu, hapus aplikasi media sosial yang mungkin bikin Anda kewalahan.
Meski begitu, bukan berarti Anda tidak dapat mengakses media sosial sama sekali. Cobalah untuk memaksimalkan fitur yang dimilikinya.
Contohnya, bisukan atau mute kata kunci yang berkaitan dengan perang pada akun Twitter Anda. Hal ini akan membatasi cuitan tentang perang yang muncul pada lini masa.
2. Jauhi segala pemikiran buruk
Kecemasan saat perang kemungkinan besar memicu overthinking. Kondisi ini membuat Anda terlalu khawatir dan berpikir buruk secara berlebihan.
Untuk mengatasinya, cobalah menerima ketidakpastian dan fokus pada apa yang bisa Anda kendalikan.
Hal ini bisa dimulai dengan mengurangi paparan berita negatif, berlatih mengelola emosi, dan menjaga kesehatan tubuh Anda.
3. Habiskan waktu dengan orang terdekat
Di tengah ketidakpastian, Anda mungkin bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang terdekat, baik itu keluarga, teman, maupun pasangan.
Bicarakan kecemasan yang Anda alami dengan orang terdekat untuk mendapatkan dukungan moral dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Selain itu, ungkapkan rasa syukur, misalnya dengan berdoa karena Anda masih tinggal di lingkungan yang aman dari peperangan.
4. Mulai praktikkan self-care
Self-care atau perawatan diri mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental.
Mulailah meluangkan waktu untuk mempraktikkan self-care setiap hari. Hal ini bisa Anda mulai dengan pola makan sehat, olahraga rutin, dan istirahat yang cukup.
Meditasi serta melakukan kegiatan yang Anda sukai alias hobi juga membantu menghilangkan rasa cemas berlebihan yang dialami.
Dampak perang terhadap kesehatan mental dapat dirasakan secara berbeda oleh setiap individu.
Apabila langkah-langkah sebelumnya sudah Anda coba dan gejala kecemasan belum mereda, sebaiknya segera konsultasi ke psikolog.
Psikolog akan menawarkan metode untuk mengelola stres dan kecemasan yang Anda alami.