Persalinan adalah sebuah momen membahagiakan sekaligus juga bisa menjadi ajang pertaruhan hidup dan mati. Tak heran jika banyak ibu baru yang juga diselimuti rasa takut, cemas, dan khawatir menjelang hari kelahiran si buah hati. Belum lagi ditambah dengan menghadapi sumber stres lainnya sehari-hari, seperti masalah keuangan maupun masalah rumah tangga. Anda sebaiknya harus mulai mencari cara untuk mengatasi stres tersebut. Pasalnya, stres saat hamil tua dapat menghambat kelancaran persalinan dalam berbagai cara, yang mungkin bisa membahayakan keselamatan bayi dan juga Anda sendiri. Berikut penjelasannya.
Stres saat hamil tua dapat menyebabkan bayi lahir prematur
Saat stres, tubuh memproduksi kortisol dan hormon stres lainnya. Pelepasan hormon adrenalin dan kortisol lama kelamaan menyebabkan peningkatan detak jantung dan tekanan darah, pernapasan lebih cepat, pelebaran pembuluh darah di lengan dan kaki, dan kadar glukosa darah meningkat. Perubahan drastis dari kondisi tubuh ibu inilah yang menjadi dasar dugaan para ahli bahwa stres saat hamil tua dapat meningkatkan risiko ibu melahirkan prematur.
Tapi ini bukan berarti semua stres pasti akan berujung pada bayi lahir prematur. Stres biasa, misalnya sesekali ngambek sama suami karena kesibukannya di kantor atau lupa bayar tagihan listrik, tidak serta-merta akan menyebabkan Anda langsung melahirkan prematur. Jika stres secepatnya ditangani, respon tubuh terhadap stres akan menurun dan tubuh akan kembali ke kondisi semula.
Yang jadi masalah adalah ketika kumpulan dari stres-stres biasa ini Anda terus pendam dalam hati dan dibiarkan menggerogoti pikiran. Stres kronis dapat menyebabkan perubahan fungsi jantung dan sistem kekebalan tubuh dalam jangka panjang. Perubahan yang terus memburuk inilah yang dapat berpotensi terjadinya persalinan prematur sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu. Yang dimaksud stres kronis di sini misalnya berurusan dengan perceraian, kematian orang yang dicintai, pengangguran jangka panjang, stres berat yang terkait keselamatan kehamilan, hingga depresi saat hamil. Stres berat dan kronislah yang dapat meningkatkan risiko persalinan prematur.
Penelitian oleh Wadhwa, et al. melaprokan bahwa ibu yang mengalami stres berat saat hamil tua lebih berisiko tinggi untuk melahirkan prematur dan bayinya memiliki berat lahir rendah. Wadhwa juga mengatakan bahwa beberapa perubahan biologis terjadi ketika ibu stres, termasuk peningkatan hormon stres, dan meningkatkan kemungkinan infeksi rahim. Janin akan merespon rangsangan stres dari ibu dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi.
[embed-health-tool-due-date]
Melahirkan ditemani banyak orang dapat sebabkan melahirkan jadi lebih lama
Rasa sakit yang dialami saat persalinan mungkin merupakan momen paling menyakitkan dalam hidup seorang wanita. Meski ada beragam cara untuk meminimalisir rasa sakit melahirkan, tapi hiruk-pikuknya lingkungan sekitar Anda tanpa disadari memiliki peran besar dalam menentukan seberapa sakitnya pengalaman itu.
Saat Anda melahirkan, ada orang lain yang akan membantu Anda di sepanjang prosesnya — tim dokter, perawat, dan suami Anda. Mungkin juga akan ada ibu kandung atau ibu mertua Anda untuk menemani, atau bahkan hingga fotografer dan videografer untuk mengabadikan momen spesial ini. Tapi dikelilingi begitu banyak orang dapat memicu ibu stres selama melahirkan, sehingga menyebabkan proses kelahiran jadi memakan waktu lebih lama dari yang seharusnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Judith A. Lothian yang diterbitkan di Journal of Perinatal Education (2004) melaporkan bahwa bahwa lingkungan kamar melahirkan yang dikerubungi banyak orang, banyaknya sejumlah pertanyaan dan perintah dari dokter, dan silau cahaya yang terang benderang dapat berperan merangsang otak untuk meningkatkan produksi hormon stres kotekolamin sehingga memperlambat proses persalinan dan memengaruhi tingkat nyeri selama persalinan.
Kenaikan produksi hormon kotekolamin pada ibu melahirkan pada prinsipnya sama seperti mamalia yang melahirkan di alam bebas. Di alam, ketika binatang yang melahirkan merasa terancam atau terganggu, hormon stres katekolamin akan dilepaskan untuk menghentikan persalinan. Respon ini bertujuan untuk mengulur waktu bagi si ibu hewan untuk kabur dari bahaya sebelum akhirnya persalinan dimulai lagi. Pelepasan kotekolamin untuk sementara menghentikan persalinan berfungsi melindungi induk dan anak-anaknya.
Demikian pula, ketika seorang wanita yang sedang melahirkan tidak merasa aman atau terlindungi atau ketika alur persalinannya terganggu atau berubah atas satu dan lain hal. Sebagai respon dari stres ini, tubuh melepaskan lebih banyak kadar kotekolamin. Kontraksi bisa menjadi sangat kuat dan sulit ditangani atau, biasanya, kontraksi menjadi lebih lemah. Akibatnya, persalinan jadi melambat atau bisa berhenti sama sekali. Kita, seperti mamalia lainnya, perlu merasa aman sekaligus terlindungi untuk melahirkan dengan mudah. Jika kita tidak merasa aman dan terlindungi pada masa persalinan dini, kadar hormon katekolamin bisa dan menghentikan persalinan.