Setiap tahunnya, angka aborsi di Indonesia meningkat. Bahkan, menurut laporan dari Guttmacher Institute, setiap tahunnya sekitar dua juta induksi aborsi dilakukan, termasuk cara aborsi sendiri.
Sayangnya, hampir sebagian besar wanita pada angka tersebut kurang mengetahui bahaya di balik aborsi ilegal. Simak ulasan di bawah ini untuk mengetahui betapa bahayanya melakukan aborsi tanpa bantuan dari ahlinya.
Apa itu aborsi ilegal?
Menurut WHO, aborsi yang tidak aman adalah prosedur yang dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keterampilan atau dilakukan di lingkungan yang sesuai untuk mengakhiri kehamilan.
Umumnya, aborsi yang ilegal dan tidak aman terjadi di tempat yang tidak memiliki izin praktek. Selain itu, metode ini juga lebih sering terjadi pada negara-negara berkembang, seperti di Indonesia.
Bahkan, cara aborsi yang satu ini termasuk dilakukan sendiri, tanpa bantuan dari klinik atau orang lain.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.
Dalam pasal 31 disebutkan bahwa aborsi diperbolehkan, dengan beberapa alasan, seperti:
- Kehamilan hasil dari pemerkosaan
- Terdapat indikasi darurat medis
Selain itu, aborsi hasil dari pemerkosaan hanya boleh dilakukan ketika janin masih berusia di bawah 40 hari.
Berbagai cara aborsi sendiri membahayakan tubuh
Kehamilan yang tidak direncanakan tidak jarang memunculkan emosi yang cukup negatif. Mungkin bagi beberapa orang kabar ini adalah kegembiraan, namun tidak sedikit pula yang merasa terancam, panik, dan takut hingga memilih jalan aborsi.
Rasa takut dihakimi oleh keluarga dan orang lain sering membuat para wanita mencari cara aborsi sendiri di internet yang terlihat aman dan murah, seperti:
1. Tanaman herbal
Menurut sebuah penelitian dari Journal of Toxicology, beberapa jenis tumbuhan tertentu telah digunakan sejak lama sebagai cara aborsi yang dilakukan sendiri.
Dari sekian banyak tumbuhan yang ada, terdapat tiga tanaman yang sering digunakan untuk mengakhiri kehamilan, yaitu:
- Ruda (ruta chalpensis)
- Cola de quirquincho (Lycopodium saururus)
- Produk herbal yang dijual bebas, yaitu Carachipita
Di dalam penelitian tersebut juga disebutkan terdapat 15 kasus aborsi yang menggunakan tanaman secara oral.
Salah satu kasus di antaranya adalah pelaku aborsi mengalami kegagalan sistem organ tubuh ketika menelan ruda. Bahkan, ada seorang wanita yang meninggal akibat mengonsumsi Carachipita.
Penyebabnya pun sama, yaitu kegagalan sistem organ tubuh. Meskipun penelitian ini belum benar-benar bisa membuktikan bahaya dari tanaman herbal tersebut, konsumsi tanaman herbal bisa meningkatkan risiko kematian.
2. Aktivitas fisik
Selain mengonsumsi tanaman herbal, cara aborsi sendiri lainnya adalah dengan melakukan aktivitas fisik yang bisa menggugurkan kandungannya.
Pada 2007 terdapat sebuah penelitian dari Denmark yang mengungkapkan bahwa melakukan olahraga berat sebelum mencapai minggu ke-18 bisa meningkatkan risiko keguguran.
Di dalam penelitian tersebut ditemukan wanita yang rutin berolahraga cenderung berisiko keguguran 3.5 kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak olahraga sama sekali.
Mulai dari jogging, sepak bola, bola basket, dan permainan yang menggunakan raket memungkinkan potensi keguguran. Terlebih lagi jika aktivitas tersebut dilakukan lebih dari tujuh jam per minggu.
Selain itu, memaksakan diri untuk mengangkat barang yang berat terkadang menjadi cara yang cukup aneh bagi seseorang untuk menggugurkan kandungannya.
Meskipun terbilang cukup aman, aktivitas fisik ini tentu bisa berdampak buruk terhadap kesehatan Anda secara keseluruhan. Apalagi jika tujuannya untuk mengakhiri kehamilan Anda.
3. Melukai diri sendiri
Salah satu cara aborsi tanpa meminta bantuan dari dokter adalah melukai diri sendiri.
Melukai diri sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi rasa sakit secara emosional, kemarahan, dan frustasi sesaat.
Namun, cara ini ternyata juga dilakukan oleh para wanita yang ingin mengugurkan kandungannya. Mereka bisa melakukan beberapa cara yang cukup berbahaya, seperti:
- Menjatuhkan diri sendiri
- Memukul perut
- Menusukkan benda tumpul ke dalam vaginanya.
Cara tersebut dilakukan agar janin yang ada di dalam perut mereka tidak dapat hidup kembali. Tentu saja dengan cara ini kesehatan tubuh akan menurun.
Oleh karena itu, melukai diri sendiri untuk mengakhiri kehamilan termasuk metode aborsi yang cukup berbahaya karena bisa membahayakan nyawa.
4. Minum obat-obatan yang dijual bebas
Sebenarnya, cara yang paling sering dilakukan ketika aborsi sendiri adalah minum obat-obatan tanpa resep dari dokter.
Di Indonesia mungkin jenis obat aborsi ini tidak diperjual-belikan secara bebas, namun di negara lain biasanya mudah ditemukan di apotek terdekat.
Akan tetapi, tidak dipungkiri bahwa cara ini masih bisa diperoleh melalui online shop yang beredar di media sosial.
Pil aborsi ini biasanya lebih sering disebut mifepristone. Obat ini fungsinya untuk menghambat hormon progesteron yang bisa menyebabkan kandungan Anda pecah.
Menurut sebuah penelitian dari Journal of clinical and diagnostic research, penggunaan obat-obatan aborsi tanpa diawasi oleh dokter bisa meningkatkan risiko kematian.
Oleh karena itu, mengonsumsi obat aborsi diperlukan arahan dari dokter agar Anda mengetahui cara penggunaannya dan apa yang harus dilakukan setelahnya.
Bahaya dari aborsi yang dilakukan sendiri
Setelah mengetahui apa saja cara aborsi yang dilakukan sendiri, tentu saja cara ini kemungkinan besar mempunyai efek buruk terhadap tubuh.
Umumnya, aborsi yang menggunakan obat-obatan termasuk aman, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya komplikasi, seperti:
- Obat tidak berfungsi dan kandungan tidak gugur
- Jaringan kehamilan masih ada yang tertinggal di rahim
- Pembekuan darah di rahim
- Infeksi
- Alergi terhadap salah satu obat aborsi
Jika kondisi di atas terjadi pada Anda, biasanya masih bisa diobati dengan perawatan yang dilakukan di rumah sakit.
Namun, ketika Anda mengalami beberapa gejala di bawah ini, segera periksakan ke dokter untuk menghindari risiko terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya.
- Tidak mengalami perdarahan setelah mengonsumsi obat selama 24 jam.
- Perdarahan hebat dari vagina yang membutuhkan 2 pembalut selama 2 jam berturut-turut.
- Mengeluarkan darah yang beku seukuran lemon selama lebih dari 2 jam.
- Merasakan kram pada perut yang tidak kunjung sembuh setelah minum obat.
- Demam dengan suhu lebih dari 38°C 24 jam setelah mengonsumsi obat aborsi.
- Mengalami diare, mual, muntah, dan merasa lemas.
Komplikasi yang ditimbulkan akibat melakukan aborsi tanpa pengawasan dokter tentu membuat Anda semakin sadar bahwa metode di atas cukup berbahaya.
Oleh karena itu, cara aborsi sendiri tidak direkomendasikan untuk siapapun karena taruhannya cukup besar.
[embed-health-tool-due-date]