Efek pemanasan global dan penggundulan hutan terus memaksa binatang liar untuk “mengungsi’ ke daerah permukiman padat manusia. Tidak heran jika beberapa tahun belakangan ini Anda makin sering membaca berita tentang macan, gajah, hingga ular yang ditemukan di sekitar rumah penduduk. Binatang liar bisa balik menyerang apabila merasa terganggu atau terancam. Ular terutama sangat ditakuti karena gigitannya yang mungkin berbisa dan membahayakan nyawa apabila terpatuk. Jika Anda digigit ular saat hamil, apa yang harus dilakukan? Apa ada efeknya untuk janin dalam kandungan? Berikut informasi lengkapnya.
Cari tahu dulu apakah ular tersebut berbisa atau tidak
Semua ular mungkin akan menggigit ketika merasa terancam, tapi tidak semua gigitan ular berbisa. Di antara 2600 spesies ular yang berbeda, ada sekitar 400 ular berbisa sementara sisanya tidak berbisa.
Di Indonesia sendiri, ada cukup banyak jenis ular berbisa. Misalnya ular sendok, ular welang atau weling, kobra Jawa, ular tanah, ular hijau, ular laut, ular pohon, King Cobra, dan lainnya. Ular-ular ini banyak ditemukan di semak belukar, perkebunan, rawa-rawa, ladang persawahan atau lahan pertanian, hingga bahkan mungkin perkotaan.
Lantas, bagaimana membedakan mana ular yang berbisa dan yang tidak? Sebenarnya, tidak ada cara pasti untuk membedakannya kecuali Anda adalah pakar ular. Meski begitu ada beberapa panduan umum yang dapat membantu Anda.
Ular berbisa umumnya memiliki kepala berbentuk segitiga atau berbentuk wajik (segi empat panjang) yang tampak runcing jika dilihat dari samping dan memiliki lubang penginderaan panas. Ular yang tidak berbisa biasanya memiliki bentuk kepala bulat atau bundar, dan tidak memiliki lubang.
Mata ular berbisa tampak seperti mata kucing, dengan pupil vertikal lonjong mirip garis celah. Ular yang tidak berbisa memiliki pupil mata bundar, agak mirip dengan mata manusia.
Selain itu, ular berbisa memiliki satu baris sisik di ujung ekornya. Pada ular tidak berbisa, ada dua garis yang terlihat memisahkan dua baris sisik di ujung ekor. Jika Anda tidak melihat garis yang memisahkan dua baris sisik, ini adalah pertanda bahwa ular itu beracun.
Apa akibatnya jika tergigit ular?
Dampak gigitan ular akan bergantung pada jenis ularnya. Terlepas dari berbisa atau tidak, gigitan ular umumnya menyebabkan kulit memar, sakit, bengkak, berdarah; mual, muntah, sakit kepala, pusing atau vertigo, lemas hingga pingsan.
Racun bisa ular bekerja merusak saraf dan organ dalam. Selain gejala-gejala umum di atas, gigitan ular berbisa juga mungkin menyebabkan kelumpuhan seketika atau kematian perlahan. Kebanyakan bisa ular bekerja lambat, sehingga tidak langsung menyebabkan kematian. Kematian akibat bisa ular bisa datang secepat 10 menit sampai beberapa jam, tergantung pada seberapa banyak dosis bisa yang Anda terima. Waktu rata-rata kematian setelah gigitan adalah sekitar 30-60 menit.
Meski begitu, bukan berarti gigitan ular tidak berbisa boleh Anda sepelekan. Meski tidak beracun, Anda tetap harus mencari pertolongan medis karena gigitan ular non-bisa pun berisiko menyebabkan infeksi. Gigitan dari ular besar, seperti ular boa, dapat menyebabkan luka menganga besar yang berisiko menyebabkan perdarahan berat sehingga Anda disarankan untuk segera merawat lukanya.
Apa efeknya pada janin jika ibu digigit ular saat hamil?
Apabila Anda digigit ular yang tidak berbisa, dapat dipastikan bahwa gejala hanya muncul terbatas pada tubuh ibu saja. Pasalnya, tidak ada racun yang masuk ke dalam darah ibu.
Lain ceritanya jika Anda digigit ular berbisa. Sementara menyebabkan gejala fisik pada ibu, racun bisa ular juga masuk ke dalam darah dan ikut mengalir ke plasenta sehingga akhirnya masuk ke peredaran darah janin.
Sampai saat ini belum diketahui pasti apa risiko komplikasi yang mungkin terjadi pada janin di masa depan apabila ibu digigit ular saat hamil. Sebuah penelitian di Cina tidak menemukan masalah tumbuh kembang yang berarti pada anak yang lahir dari ibu yang pernah digigit ular saat hamil. Butuh penelitian lebih lanjut karena data ilmiahnya masih sangat terbatas.
Bagaimana cara menangani gigitan ular saat hamil?
1. Usahakan tetap tenang
Langkah pertama yang harus dilakukan apabila Anda atau seorang wanita hamil tergigit ular adalah menciptakan situasi yang tenang. Hal ini penting karena situasi panik dapat memperparah kondisi Anda.
2. Lihat bekas gigitannya
Sebisa mungkin kenalilah jenis ular yang menggigit (lihat penjelasan atas). Jika Anda masih tidak yakin, lihat bentuk gigitannya.
Dua tanda tusukan bulat yang berjarak dekat dan tampak dalam menunjukkan bahwa ular itu berbisa. Sebaliknya, bekas gigitan yang mirip cetakan gigi compang-camping dan dangkal berarti ular itu tidak memiliki taring, yang hanya dimiliki oleh ular yang tidak berbisa.
3. Minimalisir gerakan
Usahakan agar anggota tubuh yang terkena gigitan tidak banyak bergerak atau digerakkan. Ini bertujuan untuk menghambat penyebaran bisa ular seandainya terjadi gigitan oleh ular berbisa. Posisikan area tubuh tempat gigitan lebih rendah dari jantung dan posisi tubuh lainnya.
Lepaskan cincin atau jam tangan atau longgarkan pakaian dari anggota tubuh yang digigit, supaya tidak memperparah bengkaknya.
Selanjutnya bersihkan tempat gigitan. Namun, jangan membilasnya dengan air. Lap dengan kain kering yang bersih dan balut dengan kasa bersih. Balut dimulai dari bawah hingga ke atas bekas gigitan dengan cukup erat.
4. Segera cari bantuan medis
Segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat agar luka dapat diperiksa dan ditanganni lebih lanjut. Dokter biasanya akan memberikan serum anti bisa ular (SABU) untuk menetralkan bisa ular.
Meski begitu, penggunaan SABU belum dapat dipastikan sepenuhnya aman untuk ibu hamil. Beberapa data menyebutkan bahwa SABU dapat memengaruhi tumbuh kembang janin, sementara penelitian lain menyatakan sebaliknya. Minimnya penelitian dan data penunjang di dunia membuat pertimbangan dokter menjadi penting dalam kasus ini.
Sebaiknya konsultasikan dengan dokkter mengenai pengobatan terbaik dan aman untuk Anda jika digigit ular saat hamil.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]