backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Mungkinkah Terserang Kanker Ovarium Meski Sudah Operasi Angkat Rahim?

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 21/04/2021

    Mungkinkah Terserang Kanker Ovarium Meski Sudah Operasi Angkat Rahim?

    Ada beragam sebab yang mendasari mengapa seorang wanita harus melakukan operasi angkat rahim, atau histerektomi. Jika Anda salah satunya, tentu akan muncul serentetan pertanyaan dan kekhawatiran tersendiri dalam diri Anda terkait peluang memiliki anak, menopause dini, hingga risiko kena kanker ovarium setelah operasi angkat rahim. Memangnya, masih adakah kemungkinan terserang kanker ovarium meski sudah tidak memiliki rahim?

    Setelah operasi angkat rahim, apakah masih berisiko kena kanker ovarium?

    ovaritis radang ovarium

    Histerektomi atau operasi angkat rahim adalah prosedur pembedahan dengan cara mengambil rahim dari bagian reproduksi wanita karena adanya maksud tertentu. Entah itu untuk mencegah komplikasi penyakit atau sebagai salah satu cara pengobatan masalah kesehatan tertentu.

    Setelah operasi, berbagai pertanyaan mungkin akan menyeruak dalam benak Anda. Salah satunya mengenai seberapa besar peluang terserang kanker ovarium dengan kondisi sudah tidak lagi memiliki rahim.

    Perlu diluruskan sedikit, operasi angkat rahim berarti mengambil seluruh bagian rahim dari dalam tubuh, yang merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Sementara ovarium (indung telur) adalah tempat di mana sel-sel telur dan hormon wanita (estrogen dan progesteron) diproduksi.

    Kanker ovarium sendiri, muncul akibat tumbuhnya sel kanker di  beberapa bagian indung telur tersebut. Dari sini, sebenarnya bisa disimpulkan bahwa setelah operasi ini Anda masih memiliki risiko untuk mengalami kanker ovarium.

    Hanya saja, peluang ini tidak selalu mengintai setiap wanita yang telah melakukan operasi jenis ini.

    Beda jenis histerektomi, menentukan peluang kanker ovarium

    operasi kanker usus besar

    Ada beberapa jenis histerektomi yang bisa dilakukan. Namun, pemilihannya harus tetap disesuaikan dengan kondisi rahim dan organ reproduksi lainnya. Berikut beragam jenis histerektomi, yaitu:

  • Histerektomi parsial atau sebagian, adalah prosedur pengangkatan rahim saja tanpa mengangkat leher rahim. Otomatis, organ reproduksi lainnya tidak ikut diangkat, termasuk ovarium.
  • Histerektomi total, adalah prosedur pengangkatan rahim beserta leher rahim. Dalam proses ini, indung telur atau ovarium tidak diangkat sehingga masih ada kemungkinan untuk mengalami kanker ovarium setelah operasi angkat rahim.
  • Histerektomi total dengan salpingo-ooforektomi, adalah prosedur pengangkatan rahim, leher rahim, tuba falopii, sekaligus indung telur atau ovarium. Setelah operasi yang satu ini, Anda punya peluang besar untuk tidak terserang kanker ovarium karena sudah tidak ada lagi ovarium dalam tubuh Anda.
  • Terlepas dari apa pun jenis histerektomi yang dilakukan, ternyata masih ada sedikit risiko terkena kanker peritoneal primer. Penutup yang melapisi bagian perut dan dekat dengan ovarium disebut sebagai peritoneum. Oleh karena peritoneum dan ovarium berasal dari jaringan yang sama selama perkembangan embrio, maka ada kemungkinan kanker bisa muncul dari sel peritoneum meski telah melakukan operasi.

    Akan tetapi, operasi angkat rahim tidak dianjurkan untuk mencegah risiko penyakit tertentu, seperti kanker ovarium, bila tidak disertai dengan alasan medis yang kuat, dikutip dari laman American Cancer Society.

    Maksudnya begini, jika Anda ingin melakukan operasi angkat rahim hanya karena takut mengalami kanker ovarium padahal sebenarnya kondisi tubuh Anda sehat, maka ini tidak diperbolehkan.

    Sebaliknya, histerektomi lebih ditujukan ketika memang dokter menyatakan Anda memiliki kondisi tertentu yang mengkhawatirkan, seperti fibroid uterus, endometriosis, prolaps uterine, dan sebagainya, sehingga rahim harus diangkat supaya mengatasi masalah tersebut.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 21/04/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan