Apakah Anda termasuk tipe orang yang jadi gampang sedih, marah, dan frustrasi saat sedang banyak pikiran? Tenang saja, Anda tidak sendirian. Wajar saja kalau orang yang sedang banyak pikiran akan menunjukkannya dengan emosi negatif seperti yang disebutkan tadi. Namun hati-hati, emosi negatif yang dibiarkan terlalu lama bisa membuat Anda rentan terkena penyakit, lho. Bukan cuma secara fisik, pikiran negatif yang tidak dikelola dengan baik juga dapat memicu gangguan mental. Kok bisa, ya? Berikut penjelasannya.
Kenali dulu dua bentuk emosi
Emosi adalah reaksi yang ditunjukkan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi itu sendiri terbagi menjadi dua bentuk, yaitu emosi positif dan emosi negatif.
Saat Anda merasa bahagia, bersyukur, penuh harap, atau bangga, semua ini menandakan bahwa Anda sedang merasakan emosi positif yang membuat suasana hati Anda jadi lebih baik. Di sisi lain, bentuk emosi negatif itu sendiri bisa berupa marah, kecewa, sedih, takut, atau perasaan negatif lainnya yang membuat mood Anda drop dan tidak bersemangat.
Kenapa pikiran negatif bisa memicu gangguan mental?
Emosi dan pikiran negatif biasanya gampang muncul saat Anda sedang merasa tertekan karena suatu hal.
Mudahnya begini. Anda merasa stres karena pekerjaan menumpuk dan baru saja dimarahi atasan. Semua masalah ini tentu membuat Anda jadi kepikiran sepanjang hari dan akhirnya bikin Anda jadi gampang marah ke semua orang. Padahal, Anda tentu tahu kalau orang-orang tersebut tidak salah.
Contoh lainnya, Anda sedang bertengkar dengan pasangan karena merasa dia tidak setia lagi karena punya selingkuhan. Pikiran negatif ini mungkin akan terbawa sepanjang hari. Anda pun jadi gampang stres, sedih, dan tidak bersemangat untuk beraktivitas.
Dari dua contoh tersebut terlihat jelas bahwa semua perasaan dan pikiran negatif akan membuat Anda jadi gampang stres. Jika tidak dikelola dengan baik, stres berkepanjangan ini bisa memicu gangguan mental.
Dikutip dari Psychology Today, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa semakin banyak tekanan emosi negatif yang dirasakan, semakin besar pula risiko depresi yang dapat terjadi. Ini karena stres maupun sedih yang berkepanjangan akan melepaskan banyak hormon kortisol alias hormon stres dalam tubuh.
Banyaknya hormon stres dalam tubuh dapat mengganggu keseimbangan hormon di otak. Lama-lama, hal ini dapat memicu gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, dan sebagainya.
Penelitian lain dari University of California, Berkeley, pun turut mendukung hal ini. Orang yang mengalami stres berat cenderung memiliki lebih banyak materi putih (white matter) daripada materi abu-abu (gray matter) pada otak. Semakin banyak materi putih pada otak, maka semakin sulit bagi Anda untuk menenangkan diri dan berisiko terkena depresi.
Punya pikiran negatif sah-sah saja, asal bisa dikelola dengan baik
Sebetulnya, pikiran negatif itu adalah hal yang wajar ada dan dilakukan oleh setiap orang. Namun dengan catatan, Anda tidak boleh membiarkannya berlarut-larut dan harus segera dikelola dengan baik.
Anda tidak perlu berpura-pura untuk menunjukkan wajah yang ceria untuk menutupi emosi negatif Anda. Sekeras apa pun usaha Anda untuk menghindari pikiran negatif, hal ini justru bisa menjadi bumerang bagi Anda. Anda malah bisa semakin stres karenanya.
Cara terbaik untuk mengelola pikiran negatif adalah dengan menerimanya. Biarkan pikiran negatif ada di pikiran Anda untuk sementara waktu, resapi, dan segera cari solusinya – bukan dengan menghindarinya.
Ketimbang memendam pikiran negatif, coba utarakan semua emosi yang Anda rasakan supaya kesehatan mental Anda tetap terjaga. Setidaknya, ceritakan semua keluh kesah Anda dengan orang yang paling Anda percaya atau tulis di jurnal supaya perasaan Anda tersalurkan.
Nah, supaya kadar hormon Anda tetap seimbang, salurkan emosi Anda dengan hal-hal yang menyenangkan dan menenangkan buat Anda. Misalnya mendengarkan musik, menggambar, pijat, berolahraga, atau melakukan hobi Anda.
Dengan begitu, emosi negatif tidak akan menggerogoti kesehatan mental Anda. Anda pun dapat menjalani hidup dengan baik meski masalah terus datang silih berganti.