backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Cherophobia Adalah Fobia yang Membuat Anda Takut Bahagia

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 13/02/2020

    Cherophobia Adalah Fobia yang Membuat Anda Takut Bahagia

    Banyak orang mungkin berusaha mengejar kebahagiaan dalam hidupnya, tapi mereka yang memiliki cherophobia justru menghindari perasaan tersebut. Cherophobia adalah sebutan bagi orang yang mengalami rasa takut berlebihan terhadap rasa bahagia. Jika dibiarkan, rasa takut ini lambat laun bisa menurunkan kualitas hidup pemiliknya.

    Apa penyebab cherophobia?

    trauma masa lalu

    Cherophobia sebenarnya belum bisa didiagnosis secara pasti seperti halnya gangguan kejiwaan. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini merupakan salah satu bentuk gangguan kecemasan alias anxiety disorder.

    Rasa cemas sebenarnya bermanfaat bagi manusia untuk bertahan hidup. Akan tetapi, rasa cemas yang berlebihan juga akan memicu rasa takut berlebihan. Akibatnya, Anda merasa takut akan sesuatu yang sebenarnya bukan ancaman.

    Pada kasus cherophobia, sumber rasa takut tersebut adalah rasa bahagia. Orang yang mengalami cherophobia percaya bahwa setiap kali sesuatu yang baik terjadi pada diri mereka, hal buruk pasti menyusul.

    Mereka akhirnya menghindar dari berbagai kegiatan yang menimbulkan rasa bahagia, sekalipun kegiatan tersebut memberikan manfaat bagi mereka. Dengan menghindari rasa bahagia, mereka berharap dapat mencegah hal buruk terjadi di kemudian hari.

    Korban trauma, para introver, dan orang yang terlalu perfeksionis biasanya lebih rentan memiliki cherophobia. Walau demikian, hal ini tidak selalu terjadi. Anda bisa mengurangi risikonya dengan menjalani aktivitas sehari-hari dengan seimbang.

    Apa ciri-ciri cherophobia?

    tahap kesedihan

    Cherophobia adalah kondisi yang belum sepenuhnya dipahami. Ciri-cirinya juga amat beragam, sebab setiap orang yang mengalaminya tentu memiliki pengalaman yang berbeda.

    Meski begitu, Anda dapat mengenali ciri-ciri umum cherophobia melalui perilaku berikut:

    • Merasa cemas saat akan mengikuti kegiatan sosial seperti pesta, perkumpulan sosial, konser, dan acara sejenisnya.
    • Merasa tiap kali Anda merasa bahagia, pasti akan ada hal buruk yang mengikuti.
    • Menolak mengikuti berbagai acara yang bagi orang lain terasa menyenangkan.
    • Menolak mengikuti acara yang memberi pengaruh positif bagi kehidupan karena takut sesuatu yang buruk akan terjadi.
    • Berpikir bahwa mengungkapkan kebahagiaan di hadapan teman atau keluarga tidaklah baik.
    • Berpikir bahwa merasa bahagia justru membuat Anda menjadi orang yang jahat atau buruk.
    • Berpikir bahwa mengejar kebahagiaan hanya membuang waktu dan tenaga.

    Apakah cherophobia bisa diatasi?

    teknik meditasi

    Tidak semua orang yang menunjukkan ciri-ciri cherophobia adalah penderita gangguan kecemasan. Anda pun boleh saja menghindari kegiatan sosial sesekali jika hal tersebut memberikan ketenangan dan tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.

    Dilansir dari laman Psychology Today, cherophobia juga tidak tergolong dalam gangguan kejiwaan yang pasti seperti halnya depresi. Jadi, penanganan terhadap cherophobia perlu disesuaikan dengan keadaan setiap orang yang mengalaminya.

    Secara umum, berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan bila Anda mengalami rasa takut berlebihan terhadap rasa bahagia:

    • Relaksasi melalui teknik pernapasan, menulis jurnal, meditasi, dan berolahraga.
    • Mencoba mengikuti kegiatan sosial yang selama ini dihindari. Dengan begitu, Anda akan meyakinkan diri bahwa rasa bahagia tidak akan memicu hal buruk.
    • Terapi kognitif perilaku bersama psikolog.
    • Hipnoterapi.

    Cherophobia adalah mekanisme yang muncul dalam otak Anda untuk melindungi diri. Sadar maupun tidak, Anda mungkin sedang membentengi diri dari trauma, ketakutan, tragedi, atau konflik masa lalu.

    Apabila kondisi ini sudah mulai mengganggu kehidupan sosial, percintaan, ataupun pekerjaan, cobalah berkonsultasi dengan psikolog. Psikolog akan membantu Anda menggali penyebabnya serta langkah terbaik untuk mengatasinya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 13/02/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan