backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Seitan, Makanan Pengganti Daging yang Tak Kalah Bergizi dan Lezat

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 16/06/2021

    Mengenal Seitan, Makanan Pengganti Daging yang Tak Kalah Bergizi dan Lezat

    Seorang vegetarian atau vegan, pasti akan menghindari makan daging. Oleh karena itu, banyak bahan makanan pengganti daging yang menjadi alternatif, salah satunya adalah seitan. Apakah itu seitan dan adakah manfaatnya bila dikonsumsi? Simak ulasannya berikut ini.

    Apa itu seitan?

    Seitan adalah pengganti daging yang populer di kalangan vegetarian. Kata “seitan’ berasal dari bahasa Jepang  yang berarti terbuat dari protein, tepatnya dari gluten pada gandum.

    Makanan ini awalnya dibuat dari adonan tepung gandum yang dicuci dengan air sampai semua butiran patinya hilang, menyisakan adonan yang kenyal dan lengket, tapi tidak larut dalam air. Kemudian, adonan tersebut dibekukan sehingga harus dipotong-potong terlebih dahulu sebelum dimasak.

    Teksturnya yang cukup padat membuat makanan ini sangat mirip dengan daging dibanding dengan protein nabati lainnya. Rasanya hambar tapi cenderung menyerap bumbu atau rempah-rempah dengan baik. Anda dapat menyajikannya dengan dipanggang, digoreng atau dikukus.

    Apa saja manfaat seitan bagi kesehatan?

    Kaya protein

    Seitan terbuat dari gluten, yaitu protein utama yang terdapat pada gandum. Protein ini merupakan pilihan yang baik untuk vegetarian dan vegan. Satu porsi seitan biasanya mengandung 15 sampai 21 gram protein, setara dengan protein dari ayam atau daging sapi. Protein tersebut berguna bagi tubuh untuk memperbaiki jaringan ata sel-sel yang rusak dan membantu proses produksi hormon.

    Tak kalah dengan sumber protein hewani lainnya, dilansir dari Dr. Axe, satu porsi (85 gram) seitan mengandung beberapa nutrisi berikut:

    • Protein: 15 gram
    • Zat besi: 0,9 miligram
    • Kalsium: 40 miligram
    • Natrium: 250 miligram
    • Serat: 1 gram

    Selain itu, seitan memiliki karbohidrat yang sangat rendah, yaitu sekitar 8 gram akibat proses yang membuat patinya hilang. Hampir semua biji-bijian gandum bebas lemak, jadi seitan juga mengandung sedikit lemak, yaitu sekitar 0,5 gram saja.

    Mudah untuk diolah

    Seitan memiliki rasa yang hambar sehingga lebih mudah menyatu dengan semua makanan dan bumbu yang dicampurkan. Teksturnya juga padat dan kenyal jadi tidak mudah hancur ketika diolah.

    Anda bisa mengirisnya jadi beberapa potongan, sehingga cocok untuk ditumis. Atau bisa juga dibuat sup, dilapisi dengan tepung roti lalu digoreng, atau ditusuk dan dipanggang seperti sate.

    Selain itu, Anda tidak perlu ragu untuk menambahkan seitan pada makanan lain karena kandungannya yang rendah kalori, gula, dan lemak

    Aman untuk orang dengan alergi kedelai

    Banyak makanan pengganti daging yang populer, seperti tahu atau tempe yang terbuat dari kacang kedelai. Namun, makanan tersebut tentu tidak dapat dikonsumsi oleh orang yang memiliki alergi kedelai.

    Maka itu, seitan menjadi makanan pengganti daging yang aman untuk orang dengan alergi kedelai.

    Cocok untuk menurunkan berat badan

    Seitan mengandung tinggi protein dan rendah kalori sehingga banyak dikonsumsi saat diet. Protein yang terdapat di dalam seitan menurunkan kadar ghrelin yang bertanggung jawab merangsang rasa lapar sehingga Anda akan kenyang lebih lama. Kemudian, rendahnya kalori membuat tubuh harus membakar lemak pada tubuh untuk energi.

    Hati-hati, terlalu banyak makan seitan juga tidak baik

    Untuk orang yang memiliki alergi terhadap gluten atau penyakit celiac, maka sangat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi seitan. Pasalnya, seitan akan menyebabkan diare, mual atau muntah, perut kembung, sakit perut dan kelelahan. Seitan yang termasuk ke dalam makanan olahan sering mengandung natrium yang cukup tinggi.

    Walaupun tinggi protein, bukan berarti seitan memiliki protein lengkap. Seitan tidak mengandung cukup asam amino lisin yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga dibutuhkan makanan lain untuk melengkapinya, seperti kacang-kacangan. Selain itu, sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi banyak gluten dapat memberikan efek buruk ada usus.

    Ketika usus berfungsi normal, kemampuan penyaringan makanan diatur secara ketat sehingga partikel kecil dari makanan pun dapat melewati aliran darah.

    Namun, terlalu banyak mengonsumsi gluten bisa menyebabkan gangguan pencernaan, sehingga usus tak mampu lagi menyerap zat gizi dan malah mengalai peradangan. Hal ini bisa saja terjadi meski Anda tak memiliki intoleransi ataupun alergi terhadap gluten.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 16/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan