backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Dianggap Berkolesterol Tinggi, Baiknya Makan Berapa Telur Puyuh Dalam Sehari?

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 18/12/2020

    Dianggap Berkolesterol Tinggi, Baiknya Makan Berapa Telur Puyuh Dalam Sehari?

    Telur puyuh bisa dibilang merupakan salah satu bahan makanan padat nutrisi karena kaya akan protein serta mengandung banyak vitamin, mineral, dan asam lemak omega-3. Meski demikian, tidak sedikit orang yang menghindari konsumsinya karena kandungan kolesterol yang cukup tinggi. Lantas, seberapa banyak Anda diperbolehkan makan telur puyuh dalam sehari agar tetap aman? Berikut jawabannya.

    Batasan makan telur puyuh dalam sehari

    TRata-rata berat telur puyuh adalah sekitar 11-12 gram. Karena saking kecilnya, mungkin Anda tidak sadar dalam sekali makan Anda bisa melahap 3 atau 5 telur puyuh sekaligus. 

    Padahal, telur puyuh mengandung kolesterol yang cukup tinggi, lho. The American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa 50 gram telur puyuh atau sekitar 4 butir, mengandung 350 miligram kolesterol. Nah, sementara asupan kolesterol dalam sehari tidak boleh lebih dari 300 miligram, supaya mencegah risiko penyakit jantung. 

    Maka itu, bisa disimpulkan bahwa Anda sebaiknya membatasi makan telur puyuh hanya 1-2 butir saja per hari.  Namun, hal ini bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan kolesterol darah Anda meningkat. Ada berbagai pemicu lain seperti pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.

    Dampak terlalu banyak makan telur puyuh

    Tak cuuma berisiko alami penyakit jantung saja, makan telur puyuh terlalu banyak akan menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Berikut adalah sejumlah dampak yang mungkin terjadi saat Anda terlalu banyak makan telur puyuh.

    1. Menimbulkan reaksi alergi

    Tidak menutup kemungkinan bahwa telur puyuh menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang, bahkan pada mereka yang sebelumnya tidak memiliki alergi terhadap telur ayam. Karenanya, waspadai tanda-tanda yang muncul pada tubuh Anda setelah makan telur puyuh. Batasi konsumsinya bila reaksi alergi muncul agar tidak bertambah parah.

    2. Meningkatkan risiko tekanan darah rendah

    Telur puyuh mengandung banyak mineral, di antaranya adalah kalium. Mineral ini memang bermanfaat bagi penderita tekanan darah tinggi, tapi terlalu banyak kalium dalam tubuh justru dapat meningkatkan risiko hipotensi atau tekanan darah rendah. Gejalanya berupa pusing, kepala berkunang-kunang, pandangan kabur, dan rasa mual.

    3. Meningkatkan risiko hipoglikemia

    Penderita diabetes maupun orang yang berisiko memiliki penyakit ini tidak disarankan untuk mengandalkan asupan hariannya hanya dari makan telur puyuh. Pasalnya, telur berukuran mungil ini memiliki indeks glikemik yang rendah. Artinya, penyerapan glukosa dari telur puyuh menuju darah akan memakan waktu lebih lama sehingga penderita diabetes berisiko mengalami hipoglikemia.

    Hal yang perlu diperhatikan saat mengonsumsi telur puyuh

    Asalkan Anda makan telur puyuh dalam jumlah sewajarnya, kolesterol yang terdapat dalam telur puyuh tidak akan menimbulkan masalah kesehatan serius. Namun, jika terdapat kondisi kesehatan yang mengharuskan Anda untuk mengurangi asupan kolesterol, maka Anda dapat menyiasatinya dengan hanya mengonsumsi putih telur puyuh. Dengan cara ini, Anda dapat menghindari kolesterol yang terdapat pada bagian kuning telur.

    Meski mengandung beragam nutrisi, makan telur puyuh seringkali dianggap sebagai penyebab utama naiknya kolesterol darah. Padahal, Anda mungkin luput dalam memerhatikan berapa banyak jumlah telur puyuh yang dikonsumsi serta makanan tinggi kolesterol lain yang telah dikonsumsi sebelumnya.

    Perhatikan pula teknik mengolah makanan yang Anda gunakan. Alih-alih menggunakan teknik menggoreng dengan minyak, Anda dapat memasak telur puyuh dengan cara lain yang lebih menyehatkan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 18/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan