backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengapa Bangun Tidur Waktu Maghrib Bikin Bete?

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 05/01/2021

    Mengapa Bangun Tidur Waktu Maghrib Bikin Bete?

    Tidur siang seharusnya terasa menyegarkan. Akan tetapi, setelah bangun tidur siang kebanyakan orang justru merasa semakin lelah, pusing, dan uring-uringan. Biasanya hal ini terjadi kalau Anda bangun tidur di waktu maghrib, yaitu sekitar pukul 5.30 sore hingga 7 malam. Maka banyak yang bilang kalau tidur waktu maghrib tidak baik. Lalu, benarkah bahwa bangun tidur waktu maghrib bisa membuat Anda uring-uringan atau tidak mood? Temukan jawaban lengkapnya di bawah ini.

    Mitos seputar bangun tidur waktu maghrib

    Larangan untuk tidur saat maghrib sudah berakar dalam masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang kehidupan sehari-harinya sarat dengan ritual adat dan agama. Tidur waktu maghrib diyakini bisa mendatangkan kesialan hingga gangguan mental.

    Ada juga yang percaya bahwa maghrib atau saat matahari terbenam merupakan waktu yang sakral, yaitu pergantian hari dari siang menuju malam. Pada saat-saat ini, kuasa jahat akan mulai berkeliaran. Jadi kalau Anda tidur, Anda akan lebih mudah dikuasai oleh hal-hal tersebut. Mitos-mitos yang beredar dalam masyarakat tersebut muncul untuk menjelaskan mengapa bangun tidur waktu maghrib bikin pusing dan uring-uringan.

    BACA JUGA: ‘Ketindihan’ Saat Tidur? Ini Penjelasan Medisnya

    Mengapa setiap bangun tidur waktu maghrib saya uring-uringan?

    Meski larangan untuk bangun tidur waktu maghrib hanya bersifat percaya atau tidak percaya, melakukan hal tersebut memang bisa membuat seseorang merasa uring-uringan. Ini karena di balik mitos-mitos yang diyakini masyarakat, ada penjelasan ilmiahnya. Ini dia tiga alasan mengapa bangun tidur waktu maghrib bisa membuat Anda tidak mood.

    1. Perubahan jam biologis manusia

    Jam biologis manusia (ritme sirkadian) adalah sebuah siklus harian yang dilalui tubuh dalam satu hari. Jam tersebut mengatur berbagai fungsi dan organ-organ tubuh secara otomatis berdasarkan siklus yang biasa Anda jalani. Jika ada perubahan terhadap jam biologis, misalnya karena tidur di waktu Anda biasanya beraktivitas, tubuh akan jadi kaget dan bingung. Aktivitas tersebut tidak sesuai dengan kerja organ tubuh Anda.

    BACA JUGA: Memahami Jam Biologis: Jadwal Kerja Organ Dalam Tubuh Kita

    Di waktu maghrib, Anda sedang berada di puncak kebugaran tubuh. Paru-paru Anda bekerja hingga 17,6% lebih kuat dari biasanya. Selain itu, kekuatan otot-otot Anda juga meningkat sejumlah 6%. Jadi meskipun Anda tidak menyadarinya, tubuh justru paling prima dan segar pada petang hari. Inilah mengapa sore dan petang merupakan waktu terbaik untuk beraktivitas fisik.

    Kalau Anda memaksakan diri untuk beristirahat dan tidur pada jam ini, badan justru akan sibuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang mendadak ini. Otot yang tadinya kuat dipaksa untuk melemas tiba-tiba. Paru-paru Anda juga harus bekerja dengan lebih rileks selama Anda tidur siang.

    Namun, hal ini belum tentu berhasil dilakukan tubuh. Masalahnya, badan tidak tahu sampai kapan fungsi-fungsi tubuh tersebut akan berlangsung karena ini bukan program harian tubuh Anda. Jadi ketika bangun tidur waktu maghrib, tubuh malah terasa pegal dan tak nyaman. Ini karena sebenarnya badan tidak benar-benar beristirahat selama Anda tidur siang. Otot masih terasa kencang. Karena tubuh terasa berat, Anda pun jadi merasa uring-uringan.

    BACA JUGA: Perubahan Jam Tidur: Adakah Efeknya Bagi Kesehatan?

    Bangun tidur siang ketika langit sudah gelap juga sering kali membuat Anda bingung atau mengalami disorientasi waktu. Anda mengira bahwa hari sudah pagi. Otak pun secara refleks memaksa pikiran agar terjaga. Akan tetapi, Anda belum tidur cukup lama seperti halnya tidur malam yang memakan waktu sekitar 7-8 jam. Karena kebingungan ini, Anda jadi merasa gelisah.

    2. Perubahan hormon

    Masih terkait dengan perubahan jam biologis manusia, produksi berbagai hormon dalam tubuh juga diatur dalam siklus harian tersebut. Supaya kualitas tidur Anda baik, tubuh membutuhkan hormon melatonin yang biasanya dihasilkan sekitar pukul 9 malam hingga 6 pagi. Hormon ini bisa membuat Anda merasa lelah dan mengantuk. Sementara pada sore hingga petang hari, tubuh kekurangan hormon tidur tersebut.

    Namun, karena Anda sudah berbaring dengan nyaman dan mengistirahatkan tubuh, akhirnya produksi hormon melatonin pun meningkat. Otak pun akan terus memproduksi hormon ini sesuai dengan waktu tidur malam Anda sehari-hari. Ini karena otak mengira Anda sudah tidur lebih cepat dari biasanya, padahal Anda hanya mencuri waktu untuk tidur siang.

    Ketika Anda bangun tidur waktu maghrib, tubuh belum siap dan cukup berenergi untuk beraktivitas kembali. Pasalnya, hormon melatonin masih banyak diproduksi dalam tubuh. Karena perubahan yang tidak wajar ini, otak membaca adanya ancaman dan kebutuhan untuk meningkatkan energi. Akibatnya, otak akan memerintahkan produksi hormon stres yaitu adrenalin dan kortisol. Di samping menambah energi dan kewaspadaan, hormon-hormon stres tersebut akan membuat Anda merasa cemas dan uring-uringan.

    3. Sleep inertia

    Sleep inertia adalah kondisi psikologis di mana Anda merasa lemas, lelah, pusing, dan uring-uringan ketika bangun tidur. Kondisi ini terjadi kalau Anda tidur siang lebih dari 20 menit atau terbangun secara tiba-tiba. Tidur siang yang ideal adalah 20 menit karena Anda tidak benar-benar terlelap dalam tidur yang dalam (tidur tahap REM). Lebih dari itu, Anda akan masuk ke dalam tahap REM.

    BACA JUGA: Bisakah Seseorang Berhubungan Seks Sambil Tidur?

    Maka, kalau Anda tidur siang kelamaan dan baru bangun tidur waktu maghrib, otak pun akan terkejut karena tiba-tiba bangun dari tahap REM. Kondisi sleep inertia bisa berlangsung cukup lama, mulai dari setengah jam hingga 4 jam. Jadi, sebaiknya hindari tidur siang lebih dari 20 menit. Usahakan juga untuk bangun tidur siang sebelum jam 5 sore.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 05/01/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan