backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Apakah Boleh Minum Jamu Setiap Hari?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 06/03/2020

    Apakah Boleh Minum Jamu Setiap Hari?

    Minuman jamu atau herbal tradisional asal Indonesia yang sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu, diyakini bisa memberikan manfaat positif bagi kesehatan. Meski demikian, konsumsi jamu pun harus sesuai dengan dosis dan cara yang tepat. Lalu, seberapa banyak jamu boleh dikonsumsi atau bolehkah minum jamu setiap hari? Benarkah minum jamu berlebihan bisa menyebabkan gangguan sistem pencernaan atau gangguan organ lain?

    Apa boleh minum jamu setiap hari?

    Kementerian Kesehatan menyebutkan, pada dasarnya jamu boleh dikonsumsi setiap hari. Minum jamu setiap hari merupakan upaya untuk menjaga daya tahan tubuh agar virus tidak mudah menyerang, pemeliharaan kesehatan, pemulihan, kebugaran, bahkan kecantikan.

    Bahkan, Kementerian Kesehatan pun mencanangkan program gerakan minum jamu guna mengajak masyarakat memanfaatkan jamu untuk meningkatkan kesehatannya.

    Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Dirjen Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Ina Rosalina, dalam wawancaranya dengan salah satu media, mengatakan jamu membantu stamina seseorang menjadi lebih baik.

    Meski demikian, hindari konsumsi jamu yang berlebihan. Terutama jika Anda yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, sebaiknya berkonsultasi terlebih dulu sebelum minum jamu.

    Beragam manfaat jamu sesuai jenisnya

    Secara spesifik, manfaat minum jamu beragam, tergantung dari jenis jamu itu sendiri. Jamu juga diyakini bisa untuk mengobati penyakit tertentu. Berikut manfaat jamu untuk kesehatan manusia sesuai dengan jenis bahannya yang sering digunakan.

  • Kunyit

  • Salah satu jamu yang dikenal dan memiliki manfaat positif di Indonesia, yaitu kunyit asam. Sebagaimana namanya, jamu ini merupakan minuman herbal campuran antara kunyit dan asam.

    Kunyit mengandung kurkumin yang bermanfaat untuk menyembuhkan peradangan kronis, nyeri, sindrom metabolik, dan kecemasan. Selain kandungan kurkumin, kunyit juga mengandung mineral penting seperti zat besi, kalsium dan kalium. Rempah-rempah ini juga kaya akan vitamin A dan C.

    Meski kunyit aman dikonsumsi sebagai obat, penggunaannya yang berlebihan justru dapat menyebabkan diare, sakit kepala, atau iritasi kulit.

  • Jahe

  • Manfaat jahe sebagai salah satu bahan jamu telah lama digunakan manusia untuk mengobati pilek, mual, migrain, dan tekanan darah tinggi. Saat ini, jahe juga kerap digunakan untuk meredakan mual yang berhubungan dengan kehamilan, kemoterapi, dan operasi medis.

    Meski demikian, penggunaannya yang berlebihan dapat memberi efek samping, seperti sakit perut atau mulas serta diare ringan.

    • Kencur

    Selain dua bahan di atas, kencur juga kerap digunakan sebagai bahan dasar membuat jamu, yaitu jamu beras kencur. Kencur diyakini bisa mengobati penyakit tertentu karena memiliki manfaat untuk membantu mengobati infeksi, mengurangi peradangan, meningkatkan kesuburan pria, dan mengobati berbagai jenis kanker.

    Tips agar aman minum jamu setiap hari

    Agar aman untuk dikonsumsi setiap hari, ada baiknya mencari jamu yang tidak mengandung beragam zat kimia, pengawet, dan terbukti higienis. Bahkan, bila perlu, buatlah jamu itu sendiri.

    Apabila menggunakan jamu yang dijual dalam bentuk kemasan, lebih baik carilah jamu yang sudah teruji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dengan demikian, manfaat jamu sesungguhnya dapat terasa di tubuh Anda.

    Adapun bila ingin menggunakan jamu untuk pengobatan penyakit tertentu, ada baiknya Anda konsultasikan langsung pada dokter agar menggunakan jamu dengan jenis dan dosis yang tepat. Perlu diingat bahwa untuk kondisi kesehatan tertentu, jamu tidak dapat menggantikan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 06/03/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan