Indonesia memiliki beragam tanaman yang dapat digunakan sebagai pengobatan tradisional, salah satunya adalah tanaman gedi atau aibika. Daun gedi sendiri kerap dipakai untuk pengobatan alternatif beragam penyakit. Namun, apa saja manfaat daun gedi berdasarkan riset ilmiah?
Mengenal daun gedi
Tanaman gedi (Abelmoschus manihot L.) merupakan jenis tumbuhan yang termasuk dalam kelompok tanaman herbal.
Tanaman ini diketahui banyak tumbuh di Sulawesi Utara dan merupakan tumbuhan tropis dari famili Malvacea atau mallows.
Tanaman ini sebelumnya dianggap sebagai spesies Hibiscus atau kembang sepatu, tetapi sekarang diklasifikasikan dalam genus Abelmoschus.
Bunganya tergolong sebagai edible flowers atau bisa dimakan.
Daun dari tanaman ini kerap digunakan sebagai salah satu bahan dalam kuliner khas Sulawesi Utara, yaitu Tinutuan atau bubur Manado.
Sekilas daun gedi mirip dengan daun pepaya Jepang, tetapi keduanya sebenarnya memiliki perbedaan.
Abelmoschus manihot memiliki tangkai daun sepanjang 3 – 25 cm dan tulang daun menyirip. Warna daun bervariasi dari terang ke hijau tua atau merah ke ungu.
Sementara itu, daun pepaya berukuran sedang sampai besar, berdiameter rata-rata 50 – 70 cm dan panjang 18 – 90 cm, lebar, rata, dan tulang daun tebal.
Kandungan
Saat ini, sudah ada sejumlah penelitian yang menjelaskan kandungan Abelmoschus manihot secara terperinci.
Berdasarkan temuan beberapa jurnal, beberapa kandungan aktif yang terdapat di dalam daun gedi dapat dikelompokkan menjadi:
- flavonoid,
- asam amino,
- nukleosida,
- polisakarida,
- steroid, dan
- minyak atsiri.
Kandungan senyawa bioaktif dalam Abelmoschus manihot memiliki potensi sebagai antioksidan, antiradang, analgesik, hingga pengencer darah.
Manfaat daun gedi
Meski penelitian pada manusia masih sangat terbatas, riset pada hewan menunjukkan daun gedi memiliki beberapa khasiat kesehatan seperti berikut.
1. Antioksidan
Sebuah ulasan dalam jurnal agriTECH (2015) mencoba mengamati kandungan flavonoid di dalam Abelmoschus manihot.
Penelitian ini melakukan uji coba di laboratorium untuk mengekstraksi senyawa antioksidan dari dalam daun.
Hasil penelitian memperlihatkan daun gedi yang diekstrak bersama etanol 96% mempunyai kandungan total flavonoid sebesar 41,56%.
Kandungan flavonoid mempunyai manfaat antioksidan, artinya bisa menangkal stres oksidatif yang disebabkan radikal bebas.
Stres oksidatif sendiri bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan seperti aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah), peradangan, diabetes, dan kanker.
2. Berpotensi mengatasi nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah kondisi komplikasi dari diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada organ ginjal sehingga berisiko menimbulkan gagal ginjal.
Abelmoschus manihot dinilai memiliki potensi untuk mengatasi nefropati diabetik.
Penelitian dalam China journal of Chinese materia medica (2012) mencoba mengamati efek penggunaan ekstrak Abelmoschus manihot pada tikus.
Penelitian ini melakukan uji in vivo pada tikus selama 28 hari dengan pemberian ekstrak daun ini secara rutin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya potensi peningkatan fungsi ginjal dalam menyaring protein, albumin, serta mengurangi glomerulosklerosis (luka pada saringan ginjal).
3. Antiradang
Sebuah percobaan pada hewan menunjukkan ekstrak Abelmoschus manihot berpotensi untuk menurunkan penyebab peradangan pada tubuh.
Kandungan flavonoid dari daun ini dapat menurunkan penanda peradangan seperti sitokin, kemokin, dan lainnya.
Lantaran dapat menurunkan peradangan, daun ini memiliki potensi untuk pereda rasa sakit atau analgesik yang disebabkan oleh peradangan.
4. Menurunkan kolesterol
Penelitian di dalam Window of Health: Jurnal Kesehatan (2020) mengetahui aktivitas antikolesterol ekstrak daun gedi (Abelmoschus Manihot (L.) Medik).
Penelitian yang dilakukan pada sel ini menggunakan ekstraksi senyawa flavonoid dan polifenol di dalam Abelmoschus manihot.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa ekstrak daun ini, pada konsentrasi tertentu, berpotensi untuk menurunkan kolesterol.
5. Mungkin mengatasi gangguan lambung
Abelmoschus manihot secara tradisional dikenal sebagai obat untuk mengatasi gangguan pencernaan.
Air rebusannya kerap digunakan untuk mengatasi sakit lambung.
Sebuah ulasan di dalam Evidence-based complementary and alternative medicine (2020) mencoba menganalisis manfaat daun gedi untuk lambung.
Penelitian ini melakukan uji coba pada tikus dengan pemberian ekstrak etanol dari daun ini.
Hasil penelitian menyarankan bahwa kandungan antioksidan dalam daun ini mungkin bisa mengatasi cedera dinding lambung.
Meski demikian, manfaat daun gedi yang satu ini belum didukung oleh penelitian medis lebih mendalam.
Cara mengolah daun gedi
Abelmoschus manihot umumnya dijadikan bahan masakan dengan cara ditumis.
Daun ini juga diolah sebagai bahan campuran di dalam bubur atau sup.
Meskipun begitu, daun ini dapat disajikan dalam bentuk rebusan atau teh. Berikut cara mengolah rebusan daun gedi sebagai rebusan teh.
- Cuci 4 – 5 lembar daun gedi segar.
- Tuangkan 2 – 4 gelas (500 – 1.000 ml) air ke dalam panci.
- Masukan daun gedi ke dalam panci.
- Rebus hingga hanya menyisakan satu gelas (250 ml) air saja.
- Anda bisa mencampurkan madu ke dalam air rebusan.
- Minum selagi hangat.
Namun, sebaiknya, konsultasikan kepada dokter sebelum Anda memutuskan untuk menggunakan daun ini sebagai obat tradisional atau obat herbal.
Bahaya daun gedi
Belum ada penelitian pasti yang menunjukkan efek samping dari daun gedi terhadap kesehatan.
Namun, ada penelitian kecil dari dalam Pharmacognosy Journal (2011) yang menunjukkan tidak adanya efek samping dari konsumsi Abelmoschus manihot.
Meskipun begitu, percobaan ini menggabungkan ekstrak Abelmoschus manihot dengan Wrightia tinctoria. Selain itu, penelitian ini masih diujicobakan pada tikus.
Oleh karena itu, studi dalam periode waktu yang lebih lama diperlukan untuk memastikan kalau tanaman tersebut aman untuk dikonsumsi manusia.
Anda perlu ingat bahwa produk herbal atau jamu tidak selalu aman dan perhatikan cara minum jamu yang tepat.
[embed-health-tool-bmi]