Saya mengalami dua kali keguguran berturut-turut. Pengalaman keguguran pertama saat kehamilan saya berusia 10 minggu.
Awalnya saya tiba-tiba mengalami pendarahan di kantor. Saya langsung menuju RS saat itu juga, sayangnya setelah menjalani pemeriksaan dokter bilang janin saya sudah tidak ada.
Tak ada sakit, nyeri, atau mulas yang saya rasakan masa tiba-tiba keguguran? Pada fase ini saya masih nggak mau terima kenyataan.
Saking tidak percayanya, saya dua kali testpack ulang dan hasilnya saya masih positif hamil. Tapi ternyata hasil test pack memang tetap bisa positif setelah keguguran karena hormon kehamilan belum sepenuhnya hilang.
Tiga bulan kemudian, saya kembali hamil, kali ini dokter langsung menyarankan saya untuk full bed rest di selama 3 hari. Tapi saya cuma cuti 1 hari, setelah itu saya langsung masuk kerja karena merasa sehat-sehat saja.
Keputusan yang saya ambil itu berbuah penyesalan kemudian.
Saat usia kehamilan 8 minggu, saya mengeluarkan flek cokelat. Hari itu saya segera melakukan USG transvaginal. Dokter mengatakan bahwa janin di kandungan saya masih ada tetapi kondisinya sangat lemah dan rentan keguguran.
Beberapa hari kemudian saya kembali mengalami perdarahan hebat. Perut saya sakit dan mulas tak tertahankan. Pendarahan itu terjadi terus menerus selama satu minggu lamanya yang berakhir saya kembali keguguran untuk kedua kalinya.
Pengalaman dua kali keguguran membuat saya takut untuk mencoba hamil lagi, saya takut keguguran ketiga. Keguguran tiga kali berturut-turut bisa disebut keguguran berulang atau recurrent miscarriage.
Setelah menunggu lebih dari 6 bulan, akhirnya saya memberanikan diri untuk kembali mencoba. Alhamdulillah di awal 2020 kemarin saya hamil dan berhasil melewati semua rintangannya.
Masih banyak yang menganggap keguguran itu hanya kehilangan embrio. Padahal duka yang dirasakan cukup berat and It may take a long time to heal.