Drama dan Getir Menerima 'Kehamilan Tak Terencana' #SharingWithHS

Oleh Tia Ristiyani

#SharingWithHS


Kehamilan memberikan pengalaman hidup yang berbeda bagi tiap- tiap wanita. Aku sudah saksikan banyak kehamilan pertama berjalan sesuai dengan yang direncanakan, tampak mulus nyaris sempurna, hingga calon 'ibu baru' merasa dirinya 'penuh' oleh kasih sayang dan kebahagiaan. Tapi, cerita kehamilan pertamaku tidak semulus dan sesempurna yang aku saksikan, karena aku menjalani 'kehamilan tak terencana'


Aku dan suami menikah di usia 26 tahun, saat itu kami 'at the top of our career', masih sangat idealis-punya banyak rencana untuk pengembangan diri. Kami sepakat bahwa menikah tidak akan menghalangi diri kami untuk mencapai cita-cita kami masing- masing, justru malah jadi pemantik semangat karena kami bisa saling dukung. Lagipula, sebelumnya kami menjalani LDR nyaris 5 tahun, tidak ada salahnya menghabiskan tahun- tahun awal pernikahan berdua dulu; lebih banyak nonton film, 'travel together', ngobrol lebih intens, karena waktu masih pacaran kami sering mengeluh kangen. Kalau kata milenial sih 'seperti dendam, rindu harus dibalas tuntas'.


Bulan ketiga pernikahan, aku tidak mengalami haid, padahal siklusku biasanya lancar-teratur. Aku sudah curiga kayaknya hamil tapi saking tidak mau hamil, pikiranku 'denial' "ah emang telat aja kali, nih". Aku masih ngantor, beresin event kantor, naik-turun tangga dri lantai satu ke tiga. Suami sudah sarankan testpack aja, tapi karena aku takut positif, jadi aku abaikan sarannya. Saat itu dalam lubuk batin rasanya yakin bahwa diriku hamil. Tapi ada satu sisi diriku yang tidak mau menerima kata batin itu.


Beberapa minggu berikutnya tanda- tanda kehamilan kian jelas; lebih sering pusing dan mudah lemas, luar biasa malas dan sensitif pada ragam aroma. Bulan keempat, aku masih tidak mengalami haid, aku mengumpulkan kekuatan untuk coba testpack, hasilnya sesuai dengan kata batinku.


Kami periksa ke dokter kandungan, benar usia janinku 8 minggu, kondisinya sehat. Dari sinilah kehamilan pertama berlangsung semakin dramatis dan getir. Aku lebih sering menangis, aku juga mengalami Hiperemesis Gravidarum. Aku bukan pribadi yg 'picky eater' tapi selama trimester pertama, semua makanan yang kutelan, selalu kumuntahkan, bahkan termasuk air putih yg kuminum. Ulu hati rasanya luar biasa nyeri saat mual-muntah, dan alami penurunan berat badan yang signifikan. Saat 'ngaca' aku melihat tubuhku mirip Bella Swan saat hamil anak vampire Cullen.


Dokter sarankan makan menu yang kusukai dulu saja, dan berikan obat- obatan semacam suspensi pereda mual- muntah. Saat dalam kesakitan itu ada pertentangan dalam batin ini. Satu sisi aku tersiksa dengan kehamilan ini, apa aku harus tetap begini agar janinku tidak berkembang lalu gugur dengan sendirinya. Di sisi lain, aku bukan pribadi yang tega melakukan itu, ada rasa kasih pada janin ini walaupun sering tertutup oleh ego dan ambisiku.


Saat kebingungan itu, aku membaca satu quote yang membuatku terkesan dari keponakan Rasul, Ali bin Abi Thalib, katanya "Apa yang ditakdirkan menjadi milikmu, akan menemukan jalan untuk sampai padamu" seketika tersadar bahwa sebagai orang beragama tidak sepatutnya diriku menggugat takdir yang sudah ditetapkan untukku. Sekuat apapun aku coba mengatur kehadiran anak di dalam keluarga, atau menunda- nunda kehamilan agar sesuai dengan aspek lain salah satunya karir, itu semua tidak bisa mendahului ketetapan Allah.


Saat mengalami 'kehamilan tak terencana' yg bisa diri kita lakukan adalah menerima bahwa ini bukanlah takdir yang buruk. Cari pengetahuan atau cerita positif tentang kehamilan, komunikasikan dengan suami, ungkapkan perasaan kita dengan jujur dan keberlangsungan rencana yang sudah disusun bersama agar bisa ambil keputusan dengan bijaksana. Lalu, jangan segan untuk meminta pertolongan pakar/ support group jika perasaan tertekan karena kehamilan pertama masih sering muncul. Terakhir, visualisasikan janin yang sedang dikandung seperti halnya kita memerlukan kasih sayang, bayangkan kita bisa genggam tangannya, atau rasakan kulitnya yang halus dan tatapan matanya yang lugu.

Drama dan Getir Menerima 'Kehamilan Tak Terencana' #SharingWithHSDrama dan Getir Menerima 'Kehamilan Tak Terencana' #SharingWithHS
Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
26
6
1

1 komentar

Hallo Tia Ristiyani Rohwan terima kasih telah berbagi cerita dan pengalamannya.

2 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan