backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Pentingnya Konsumsi EPA bagi Pasien Kanker

Ditulis oleh dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM · Onkologi · MRCCC Siloam Hospitals Semanggi


Tanggal diperbarui 03/01/2022

    Pentingnya Konsumsi EPA bagi Pasien Kanker

    Dalam melawan dan menjalani pengobatan, pasien kanker perlu mencukupi asupan nutrisi. Rata-rata pasien kanker kehilangan nafsu makan. Selain menghadapi kondisi psikologis, pasien kanker juga harus berjuang secara fisik untuk tetap mendapat nutrisi yang optimal. Dalam kondisi ini, pasien memang sulit makan, tetapi pasien kanker perlu mendapatkan manfaat EPA dari minyak ikan.

    Kondisi pasien kanker yang perlu dipahami

    kebutuhan pasien kanker payudara

    Kenapa pasien membutuhkan nutrisi yang optimal? Secara umum, kanker merupakan jaringan yang tumbuh di dalam tubuh dan ikut mencuri nutrisi di tubuh manusia. Sel kanker ikut memakan nutrisi yang masuk dan dibutuhkan tubuh pasien kanker. Nutrisi yang ikut dimakan oleh sel kanker membuat tubuh menjadi kekurangan nutrisi. Oleh karena itu, pasien kanker memerlukan nutrisi yang optimal. Inilah yang harus diperhatikan oleh pasien kanker.

    Sel kanker dapat mengeluarkan racun, yang dalam bahasa medisnya disebut sebagai sitokin. Pelepasan sitokin yang berlebihan ini bisa mengakibatkan nafsu makan pasien menurun.  Normalnya, sitokin merupakan protein yang memegang peranan penting dalam respon imun tubuh dalam melawan infeksi.

    Namun, sitokin yang dilepaskan secara berlebihan dapat memberikan dampak buruk, sehingga menjadi racun bagi tubuh. Kondisi ini disebut sebagai badai sitokin. Biasanya, hal ini ditandai dengan pasien akan mengalami demam tinggi, peradangan (bengkak dan kulit memerah), kelelahan, serta mual.

    Selain sel kanker pada tubuh pasien yang menyebabkan mereka membutuhkan nutrisi yang optimal, di sisi lain prosedur operasi dan perawatan kemoterapi maupun onkoradiasi juga berdampak pada masalah nutrisi pasien. Hal ini berkaitan dengan penyembuhan luka operasi yang juga membutuhkan nutrisi ekstra.

    Setidaknya, protein perlu dikonsumsi 1,5 sampai 2 gram/kg berat badan pasien per hari. Pasien dengan kemoterapi maupun onkoradiasi seringkali mengalami mual, muntah, sariawan, mukositis dan penurunan nafsu makan.

    Oleh karenanya, pasien membutuhkan nutrisi yang optimal sekalipun mereka mengalami kendala asupan makanan dan pasien kanker memerlukan tambahan kalori. Tentunya penambahan makanan ini bukan hal yang mudah untuk pasien kanker.

    Pentingnya manfaat EPA dan nutrisi lain untuk pasien kanker

    penderita kanker makan mie

    Pasien kanker yang kekurangan nutrisi dapat mengalami kaheksia atau kakeksia. Kaheksia merupakan kondisi pasien kanker yang mengalami kekurangan nutrisi, ditandai dengan hilangnya massa otot dan penurunan berat badan. Pasien yang mengalami kaheksia sering merasa sangat lemah dalam menjalani aktivitas.

    Meskipun mengalami penurunan berat badan drastis, kaheksia tidak bisa dilihat serta merta dari skor Indeks Massa Tubuh yang rendah. Indeks Massa Tubuh merupakan indikator kesehatan yang diukur dari berat badan dan tinggi seseorang. 

    Namun, ada parameter lain yang memengaruhi kondisi kaheksia, seperti kadar albumin (protein di dalam darah yang menjaga tekanan pada pembuluh darah) dan hemoglobin (protein darah yang mengantar oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh). Kadar kedua protein darah tersebut bisa diketahui dari hasil laboratorium dan analisis dokter.

    Kondisi kaheksia karena kurangnya nutrisi ini bisa dicegah dengan konsumsi nutrisi yang optimal semenjak diagnosis kanker ditegakkan. Pasien kanker sebetulnya tidak memiliki pantangan makanan apa pun. Mereka perlu mengonsumsi makanan bernutrisi, seperti karbohidrat, lemak, tinggi protein, vitamin, dan mineral.

    Salah satu nutrisi penting untuk dipenuhi pasien kanker adalah asam eikosapentanoat (EPA). EPA termasuk dalam asam lemak omega-3 yang bisa didapatkan dari ikan laut. Sebelumnya telah dikatakan bahwa tingginya sitokin pada pasien kanker bisa menyebabkan badai sitokin dalam tubuhnya. Ini berdampak pada penurunan nafsu makannya.

    Di sini, EPA berperan untuk meredam badai sitokin, sehingga dapat membantu meningkatkan nafsu makan pasien kanker dan mencegah kaheksia. Jurnal kesehatan menyebutkan 2 gram EPA setiap hari dapat meningkatkan penambahan berat badan pada pasien kanker. 

    EPA juga membantu meningkatkan imunitas pada pasien kanker, sehingga daya tahan tubuhnya pun lebih kuat. Meskipun tidak semua pasien mengalami kondisi kaheksia, tetap disarankan untuk melengkapi nutrisi dengan mengonsumsi EPA dan nutrisi lain yang utama, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

    Konsumsi EPA harian untuk pasien kanker

    epa untuk pasien kanker

    EPA bisa didapatkan dari sumber yang beragam, termasuk ikan salmon sebagai salah satu sumber omega-3 yang tinggi. Berdasarkan National Institute of Health, dalam sajian 3 ons atau sekitar 100 gram ikan salmon, mengandung 0,35-0,59 gram EPA. Selain didapatkan dari sumber makanan laut, EPA bisa didapatkan dari suplementasi yang tersedia di pasaran misalnya dalam bentuk kapsul gel dan makanan cair. Kandungan EPA dalam bentuk kapsul gel berkisar antara 180 mg hingga 600 mg dapat ditemukan di pasaran. Sementara, suatu produk makanan cair siap minum yang beredar mengandung 1000 mg EPA per botolnya.

    Untuk mencapai 2 gram asupan EPA harian, pasien kanker dapat mengonsumsi ikan salmon 200 gram ditambah dengan satu botol makanan cair dengan kandungan 1000 mg EPA. Ikan salmon juga bisa diganti dengan ikan berlemak lainnya, seperti ikan kembung namun perlu dipahami, bahwa kandungan EPA pada ikan salmon adalah yang paling tinggi saat ini. Jangan lupa juga untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi lainnya melalui konsumsi beragam sayur, buah, maupun daging-dagingan agar kebutuhan nutrisi terjaga optimal.

    Dengan demikian, konsumsi beragam nutrisi termasuk konsumsi EPA, dapat membantu pasien kanker yang berjuang melawan kankernya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditulis oleh

    dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM

    Onkologi · MRCCC Siloam Hospitals Semanggi


    Tanggal diperbarui 03/01/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan