Lebih dari 80 orang tewas (20 di antaranya adalah anak-anak) meninggal dunia dan banyak lagi yang terluka dalam dugaan serangan gas kimia sarin di wilayah utara-barat Suriah pada April 2017 lalu. Sarin adalah agen saraf buatan manusia yang menyebabkan rasa sakit menyengat tak tertahankan.
Apa sebenarnya sarin itu, apa jadinya jika tubuh terkena paparan gas sarin dalam jumlah besar, dan seperti apa penanganan daruratnya — jika Anda suatu saat terjebak dalam situasi yang sama?
Apa itu sarin?
Sarin adalah senjata perang kimia buatan manusia yang tergolong agen saraf. Agen saraf adalah agen senjata kimia yang paling beracun dan menimbulkan gejala cepat hanya dalam hitungan detik.
Sarin hampir tidak mungkin dideteksi sampai terlambat. Kita bahkan tidak tahu itu ada di sana sampai tubuh kita bereaksi. Ini karena sarin adalah cairan yang tak berwarna, serta tidak memiliki bau dan rasa yang dapat diuraikan. Namun, sarin bisa menguap dengan cepat menjadi uap (gas) dan menyebar ke lingkungan.
Sarin digunakan dalam dua serangan teroris di Jepang pada tahun 1994 dan 1995, dan kemudian digunakan lagi pada serangan teroris di kota Damascus tahun 2013. Padahal bahan kimia ini awalnya tidak dimaksudkan sebagai senjata.
Seorang ahli kimia asal Jerman, Gerhard Schrader, pada tahun 1937 hanya bermaksud mengembangkan sarin sebagai insektisida. Oleh para ilmuwan Nazi, sarin kemudian dikembangkan menjadi gas saraf senjata perang setelah mengetahui potensi dampaknya yang mengerikan pada tubuh manusia.
Bagaimana sarin bekerja menyerang tubuh?
Ketika digunakan sebagai senjata, sarin biasanya ditembakkan lewat roket atau peluru yang kemudian pecah dan menyemprotkan cairan tersebut sebagai gas aerosol — jutaan tetesan kecil yang cukup halus untuk dihirup atau menghujani kulit dan mata. Bayangkan semprotan nyamuk, atau saat Anda menyemprotkan parfum. Sarin kemudian akan menguap menjadi gas yang bercampur dengan udara sekitarnya.
Sarin mudah bercampur dengan air. Setelah sarin tercampur ke dalam air, orang-orang bisa terpapar dengan menyentuh atau meminum air yang mengandung sarin. Mereka juga bisa terpapar sarin dari makanan yang telah tercemar sarin. Pakaian seseorang bisa melepaskan sarin setelah bersentuhan dengan uap sarin, yang bisa menyebabkan penyebaran paparan pada orang lain.
Saraf kita berbicara satu sama lain dengan melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitter. Agen saraf seperti sarin bekerja mengubah fungsi neurotransmitter tersebut. Begitu masuk ke dalam tubuh, sarin mengganggu enzim yang disebut asetilkolinesterase, neurotransmiter yang berfungsi sebagai “saklar’ tubuh untuk kerja saraf pengendali kelenjar dan otot. Tanpa “saklar off’, kelenjar dan otot terus dirangsang secara brutal, menyuruh mereka melakukan hal-hal yang biasanya mereka lakukan, tapi dengan frekuensi yang berubah. Akibatnya, tubuh akan bekerja seperti kaset rusak — terus melakukan instruksi yang sama berulang kali.
Dalam beberapa detik terpapar sarin, kontrol otot polos kemudian juga akan terhambat. Otot polos adalah jaringan yang memastikan organ seperti lambung, usus dan kandung kemih bekerja secara efektif. Akibatnya, akan ada produksi air mata berlebihan, diikuti pula oleh air liur, air kencing, feses, dan muntah yang tak terkendali. Penglihatan juga kabur dan pernapasan jadi sangat terbatasi karena dada terasa sesak.
Jika seseorang telah terpapar dengan jumlah sarin yang mematikan, tubuh akan mulai mengalami kejang hebat dan kemudian lumpuh. Beberapa korban menggambarkannya seperti sekantong cacing yang menggeliat di bawah kulit. Anda mendapatkan banyak gerakan kecil dari semua otot di tubuh Anda. Kemudian, setelah satu atau dua menit, otot Anda lumpuh, dan Anda tidak dapat mengoperasikan otot yang dibutuhkan untuk bernapas.
Tanda dan gejala langsung dari paparan sarin saat serangan gas kimia
Gejala pertama meliputi kebingungan, rasa kantuk, dan sakit kepala; mata berair, mata nyeri, penglihatan buram, pupil kecil; batuk, mengiler, pilek, pernapasan cepat, sesak dada; korban menggambarkan gas sarin sebagai “pisau yang terbuat dari api’ yang merobek paru-paru mereka; berkeringat berlebihan, otot berkedut di lokasi tubuh yang terkena paparan; mual, muntah, sakit perut, kencing meningkat, diare; hingga kelemahan tubuh, tekanan darah dan denyut jantung abnormal.
Paparan dalam dosis mematikan dapat menyebabkan kejang parah berlanjut, hilang kesadaran hingga koma, kelumpuhan total, hingga kegagalan bernapas.
Bagaimana penanganan darurat untuk menghadapi serangan gas kimia
Setelah menghirup langsung dosis yang mematikan, dibutuhkan waktu sesedikit 60 detik untuk korban bisa mati. Serangan kimia skala besar bisa membunuh dalam waktu 10 menit. Sarin tidak selalu membunuh, tapi korbannya bisa menderita parah sampai efeknya lenyap.
CDC merekomendasikan untuk meninggalkan daerah di mana gas sarin hadir dan mencari udara segar. Mereka juga merekomendasikan untuk mengungsi naik ke tempat yang lebih tinggi, karena gas sarin tenggelam ke bawah. CDC juga mengatakan bahwa korban serangan gas kimia sarin harus:
- Tanggalkan pakaian dengan cepat, robek jika perlu.
- Untuk melindungi dari paparan lebih lanjut, letakkan pakaian yang terkontaminasi di dalam tas, lalu segel dalam tas lain sesegera mungkin.
- Cuci seluruh tubuh dengan sabun dan air banyak
- Siram mata selama 10-15 menit jika penglihatan kabur
- Jika tertelan, jangan memaksakan muntah atau minum cairan
Membilas tubuh korban yang terkena paparan sarin dalam dosis tinggi dengan air mengalir dapat membantu peluruhan racun yang menempel di kulit. Pemberian napas bantuan dengan oksigen dapat mengurangi kesulitan bernapas, namun cara ini tidak dapat menghentikan efek sarin atau membalikkan kerusakan yang ditimbulkannya pada saraf. Sebaiknya segera dapatkan bantuan medis.
Pengobatan utamanya adalah suntikan dengan obat penawar kimia yang disebut atropin atau pralidoxime. Keduanya bekerja menghambat efek sarin pada sistem saraf dan dapat menghidupkan kembali korban serangan gas kimia yang hampir mati. Baik atropin dan pralidoxime harus diberikan kepada korban dalam waktu 10 menit setelah paparan pertama untuk efek penawarnya bekerja efektif.
[embed-health-tool-bmi]