Dapur pengolahan makanan memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan, terutama ketika makanan diproduksi untuk kelompok rentan seperti anak-anak. Penerapan prinsip keamanan pangan di dapur bukan hanya soal kebersihan visual, tetapi mencakup pengelolaan air, limbah, hingga alur kerja yang tepat untuk mencegah risiko kontaminasi.
Prinsip ini diterapkan di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bongoime, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, yang digunakan untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis. Dapur dirancang sebagai area pengolahan pangan dengan standar higienitas yang terkontrol sejak awal proses.
Kepala SPPG Bongoime, Hasrul Sani H. Ambodale, menjelaskan bahwa dapur pengolahan makanan perlu dirancang agar mudah dibersihkan dan aman digunakan.
“Material seperti lantai epoxy, cat anti jamur, serta peralatan berbahan stainless steel membantu mencegah penumpukan kotoran dan pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu, alur kerja dapur diatur agar proses pengolahan makanan tidak saling bersinggungan,” jelasnya.
Air Bersih dan Limbah Dapur Perlu Dikelola dengan Baik
Salah satu aspek penting dalam keamanan pangan adalah kualitas air. Air yang digunakan untuk mencuci bahan pangan dan peralatan dapur berpotensi menjadi sumber kontaminasi bila tidak dikelola dengan baik. Di SPPG Bongoime, air dapur melalui proses sterilisasi tambahan menggunakan teknologi ultraviolet (UV) untuk menekan risiko bakteri berbahaya.
Selain air, limbah dapur juga memerlukan pengelolaan khusus. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan grease trap digunakan untuk memisahkan sisa minyak dan lemak dari air buangan. Langkah ini tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga membantu menjaga sanitasi area dapur.
Sanitasi yang buruk diketahui berkaitan dengan meningkatnya risiko gangguan pencernaan, seperti diare, yang dapat berdampak pada status gizi, terutama pada anak.
Pengolahan Makanan Perlu Mengikuti Prinsip Keamanan
Keamanan pangan tidak hanya bergantung pada fasilitas, tetapi juga pada sumber daya manusia. Proses memasak di dapur pengolahan makanan idealnya dilakukan oleh tenaga yang memahami prinsip Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP), yaitu pendekatan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan titik kritis yang berpotensi menimbulkan bahaya pangan.
Makanan yang dihasilkan juga perlu melalui pengujian untuk memastikan aman dikonsumsi sebelum didistribusikan.
Menurut Khairul Hidayati, Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Gizi Nasional, keamanan pangan perlu dilihat sebagai rangkaian proses yang saling terkait.
“Keamanan makanan tidak hanya ditentukan oleh hasil akhir, tetapi oleh seluruh proses pengolahan. Kebersihan dapur, kualitas air, pengelolaan limbah, dan kompetensi tenaga pengolah berperan dalam melindungi kesehatan penerima manfaat,” ujarnya.
Keamanan Pangan Mendukung Kesehatan Jangka Panjang
Penerapan prinsip keamanan pangan di dapur pengolahan makanan menjadi bagian penting dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat. Makanan yang bergizi tidak akan memberi manfaat optimal bila proses pengolahannya tidak aman.
Dengan memperhatikan sanitasi, kualitas air, dan prosedur kerja yang tepat, dapur pengolahan makanan dapat berkontribusi dalam menyediakan makanan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga aman dikonsumsi dan mendukung tumbuh kembang yang sehat.
[embed-health-tool-bmi]























