Bagi Anda yang punya asma, keberadaan inhaler akan sangat membantu jika suatu saat asma kumat atau kambuh. Namun, jika ini kali pertama Anda diresepkan inhaler sebagai pengobatan asma, jangan asal semprot dulu. Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan agar cara kerja obat inhaler untuk mengatasi asma lebih efisien dan efektif. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Mengenal lebih dekat berbagai jenis inhaler
Dikutip dari Mayo Clinic, inhaler adalah obat model semprot untuk mengatasi gejala asma. Obat hirup ini dilengkapi dengan tabung kecil berisi obat yang dimasukkan ke dalam badan penyemprot kecil dengan corong di ujungnya. Corong inilah yang akan menyalurkan obat langsung ke sistem pernapasan Anda.
Ketimbang nebulizer, inhaler lebih ringan dan ringkas sehingga mudah untuk dibawa ke mana pun. Hal ini karena nebulizer mempunyai ukuran yang lebih besar sehingga tidak mudah dibawa serta membutuhkan tenaga daya.
Jenis inhaler asma berdasarkan bentuk alatnya
Berdasarkan bentuknya, inhaler untuk mengobati asma terdiri dari dua jenis. Berikut perbedaan keduanya yang perlu Anda perhatikan baik-baik.
1. Inhaler dosis terukur (metered dosage inhaler)
Inhaler dosis terukur menggunakan propelan kimia untuk mendorong obat keluar dari corong plastik. Ketika asma kambuh, segeralah hirup obat dari inhaler ini. Obat asma akan langsung masuk ke dalam saluran napas dan meredakan gejala.
Anda cukup memasukkan inhaler ke dalam mulut dan katupkan bibir dengan rapat pada corong. Tekan inhaler satu kali lalu tarik napas melalui mulut perlahan.
Jika menggunakan jenis ini, sebaiknya ingat atau catat berapa banyak dosis obat asma yang telah Anda hirup. Inhaler untuk mengatasi asma jenis ini terkadang tidak disertakan pengukur dosis. Akibatnya, Anda mungkin tidak tahu seberapa banyak obat yang sudah dihirup.
2. Inhaler serbuk kering (dry powder atau breath-activated inhaler)
Inhaler asma ini berbentuk serbuk kering, bukan semprotan yang bisa Anda hirup langsung dari alatnya. Ketimbang inhaler dosis terukur, inhaler ini dinilai lebih mudah untuk digunakan.
Pasalnya, Anda tidak perlu menekan inhaler dan tidak pula memerlukan banyak koordinasi saat mengambil napas dan menghirup obat.
Supaya obat dapat langsung masuk ke paru-paru Anda harus menghirup serbuk dari inhaler dengan cepat dan kuat. Inhaler ini biasanya tersedia untuk satu kali hirup. Hal ini untuk mencegah penggunaan dosis yang berlebihan.
Jenis inhaler asma berdasarkan obatnya
Jika dibagi berdasarkan jenis obat asma yang terkandung di dalamnya, terdapat 2 tipe inhaler asma, yaitu reliever inhaler yang mengandung albuterol atau salbutamol dan preventer inhaler yang mengandung kortikosteroid.
1. Reliever inhaler
Sesuai namanya, reliever inhaler merupakan jenis yang berfungsi untuk meredakan gejala asma. Inhaler ini mengandung albuterol, atau biasa juga disebut dengan ventolin inhaler. Biasanya, warna dari inhaler ini adalah warna biru.
Inhaler ventolin dapat bekerja cepat kurang dari 15 menit sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu cara mengatasi serangan asma. Inhaler ini diklaim sangat efektif sebagai obat pereda serangan asma ringan hingga berat.
2. Preventer inhaler
Berbeda dengan ventolin, preventer inhaler mengandung kortikosteroid. Inhaler asma ini biasanya berwarna cokelat, merah atau jingga dan digunakan untuk keperluan pencegahan asma.
Inhaler jenis ini memiliki efek kerja yang lama sehingga biasa digunakan secara rutin juga harian.
Inhaler jenis ini biasanya digunakan untuk beberapa tujuan, seperti mengendalikan asma, mengurangi gejalanya, dan mengurangi kebutuhan untuk bolak-balik konsul ke rumah sakit.
Kortikosteroid bekerja untuk mengurangi peradangan pada saluran napas dan hanya sedikit yang akan diserap oleh tubuh. Namun, steroid yang digunakan dalam preventer inhaler untuk meringankan gejala asma membutuhkan waktu yang lebih lama sampai efeknya benar-benar terasa.
Menentukan jenis inhaler yang paling tepat untuk asma
Menentukan inhaler untuk asma yang paling baik tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan. Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan ketika hendak memilih inhaler asma, antara lain:
- Jenis obat asma yang dibutuhkan
- Cara kerja inhaler
- Kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan
Melihat berbagai hal di atas, Anda dapat berdiskusi dengan dokter untuk menentukan mana obat semprot asma yang paling tepat untuk Anda.
Bagaimana cara memakai inhaler asma yang benar?
Tak hanya memilih jenis yang tepat, mengetahui cara pakai inhaler asma yang benar juga bisa membantu Anda mendapatkan pengobatan yang lebih efektif. Untuk itu, simak cara memakai obat hirup asma berikut ini:
Cara pakai inhaler asma
Berikut adalah beberapa tips untuk menggunakan inhaler dengan benar dan lebih efektif:
- Jika Anda perlu menggunakan lebih dari satu isapan per dosis, Anda harus memberikan jeda waktu di antara isapan. Jika Anda menggunakan bronkodilator kerja cepat, berikan jeda 3-5 menit. Untuk jenis lainnya, berikan jeda 1 menit.
- Jangan menarik dan membuang napas terlalu cepat di antara isapan.
- Duduk tegak atau berdiri tegak saat menggunakan inhaler.
- Kocok inhaler dengan baik sebelum menghirupnya.
- Segera tarik napas begitu Anda menekan inhaler.
- Tahan napas selama minimal 10 detik setelah menghirupnya.
Memanfaatkan bantuan spacer
Jika masih kesulitan menggunakan inhaler, Anda mungkin perlu menggunakan spacer. Spacer adalah alat yang membantu Anda menggunakan inhaler. Spacer terulur dari mouthpiece dan membantu obat bergerak perlahan ke mulut.
Spacer kebanyakan digunakan oleh lansia dan anak-anak agar bisa lebih efisien. Jika Anda berpikir bahwa spacer bisa membantu, Anda harus memberi tahu dokter atau apoteker.
Jaga spacer tetap bersih dengan hanya menggunakan air hangat dan dikeringkan secara alami sepanjang malam. Hindari mengelap spacer dengan tisu atau kain kering. Hal ini dapat menyebabkan serpihan atau serat kain tertinggal dan menimbulkan listrik statis di dalam spacer. Obat yang masuk ke dalam paru melalui spacer pun dapat berkurang.
Cara membersihkan inhaler asma yang benar
Penting untuk menjaga inhaler tetap bersih, terutama pada bagian mouthpiece. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu Anda menjaga kebersihan inhaler Anda.
- Lepaskan kaleng logam dari inhaler (jika inhaler Anda adalah metered-dose).
- Pastikan tidak ada benda yang menyumbat area tersebut.
- Bilas dengan air hangat hanya pada mouthpiece dan tutupnya.
- Biarkan mengering secara alami sepanjang malam (jangan menggunakan kain untuk mengeringkannya).
- Di pagi hari, pasang kembali kaleng logam ke dalamnya. Pasang tutupnya.
- Jangan bilas bagian lainnya.
Apa saja efek samping inhaler yang mungkin muncul?
Perlu diketahui bahwa masing-masing jenis inhaler memiliki kandungan zat yang berbeda. Maka, efek samping yang terjadi pun akan berbeda pula.
Tidak semua orang akan mengalami efek samping. Selain itu, kemungkinan efek samping baru muncul setelah pemakaian jangka panjang.
Berikut ini adalah berbagai efek samping inhaler yang digunakan oleh orang dengan asma.
1. Efek samping reliever (ventolin) inhaler
Efek samping ringan inhaler asma berupa ventolin, meliputi:
- Sakit kepala dan pusing
- Gangguan tidur atau insomnia
- Merasa nyeri pada otot
- Hidung yang meler atau tersumbat
- Mulut dan tenggorokan terasa kering
- Batuk
- Suara serak dan sakit tenggorokan
Namun, Anda perlu mewaspadai jika efek samping di bawah ini yang muncul dan segera berkonsultasi ke dokter. Beberapa efek samping inhaler yang berat, yaitu:
- Nyeri dada, denyut jantung berdebar dan tidak beraturan
- Tremor
- Gejala kecemasan
- Kadar kalium darah menurun, menyebabkan kelemahan otot, perasaan lemas, dan rasa haus yang ekstrem
- Tingginya tekanan darah
- Bronkospasme paradoks, dada sesak dan kesulitan bernapas
2. Efek samping preventer inhaler (dengan kortikosteroid)
Berikut ini adalah beberapa gejala efek samping preventer inhaler (kortikosteroid) yang akan muncul:
- Mulut dan tenggorokan terasa sakit
- Infeksi jamur pada mulut
- Batuk
- Kehilangan kekuatan tulang pada orang dewasa
- Katarak
- Tekanan darah tinggi di daerah mata dan munculnya glaukoma atau cairan dalam mata. Ini terjadi jika menggunakan inhaler kortikostredoid dalam jangka panjang.
Namun, kortikosteroid jenis inhaler tidak menimbilkan efek samping serius seperti penggunaan kortikosteroid dalam bentuk lainnya, seperti pil atau injeksi yang bisa menyebabkan tulang keropos.
3. Efek samping inhaler lainnya
Penggunaan inhaler asma jangka panjang bisa menyebabkan sejumlah efek samping. Beberapa efek samping yang mungkin muncul, antara lain:
- Suara menjadi serak. Kondisi ini disebut disfonia. Kondisi ini dianggap tidak terlalu serius yang dapat diatasi selama beberapa menit ke depan.
- Oral thrush. Infeksi jamur kandida di mulut ini sebenarnya bisa dicegah dengan berkumur dengan obat kumur yang mengandung alkohol.
- Sakit tenggorokan, iritasi di lidah serta mulut
- Munculnya bercak putih di mulut
- Osteoporosis. Risiko melemahnya tulang pada orang yang berusia lebih tua bisa meningkat.
4. Efek samping inhaler asma pada gigi dan mulut
Menurut sebuah studi dari jurnal Lung India, beberapa obat inhaler asma, termasuk inhaler kortikosteroid, memiliki efek samping yang buruk terhadap kesehatan mulut berdasarkan dosis, frekuensi penggunaannya, dan durasi penggunaannya.
Beberapa efek samping pelega napas yang berkaitan dengan obat ini yaitu:
- xerostomia (mulut kering)
- karies gigi
- kandidiasis
- gingivitis (gusi bengkak)
- periodontitis
- perubahan rasa di mulut
Efek samping inhaler asma pada masalah gigi dan mulut: gigi berlubang
Gigi berlubang bisa jadi efek samping utamanya, yang bisa berakhir jadi lubang gigi yang semakin besar dan dalam. Masih dari jurnal penelitian yang sama, setelah menggunakan inhaler asma, ditemukan adanya penurunan pH yang cukup drastis.
Penurunan pH ini akhirnya memicu demineralisasi (hilangnya kadar mineral) enamel gigi setelah 30 menit menggunakan inhaler. Lama-lama, kondisi ini membuat enamel semakin terkikis.
Selain itu, inhaler kortikosteroid adalah jenis obat asam organik yang lemah, dan umumnya tidak bisa dimetabolisme oleh bakteri mulut. Efek samping berikutnya adalah, keseimbangan flora di mulut terganggu sehingga lebih mudah terjadinya pertumbuhan bakteri atau jamur di dalam mulut.
Maka itu, orang yang menggunakan inhaler asma ini lebih mudah mengalami gigi berlubang.
Pertama, karena enamelnya memang sedang terkikis sehingga makin mudah berlubang. Kedua, ada banyak kuman jahat di dalam mulut yang dengan mudah bisa menyerang gigi yang terkikis perlindungan enamelnya. Kuman menjadi lebih mudah bergerak, dan gigi berlubang pun terjadi lebih cepat.
Itu sebabnya, mereka yang menggunakan inhaler asma, terutama yang kortikosteroid, harus merawat kesehatan gigi dan mulutnya, selain masalah pernapasannya.
Bagaimana mencegah efek samping inhaler?
Anda mungkin termasuk salah satu orang yang menggunakan inhaler secara rutin untuk mencegah gejala asma. Hal ini, tentu membuat Anda khawatir akan efek samping yang mungkin muncul.
Seperti yang dijelaskan di atas, obat hirup asma ini kemungkinan tidak akan menimbulkan efek samping serius jika Anda menggunakannya sesuai anjuran. Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah efek sampingnya, antara lain:
- Gunakan dalam dosis yang tepat. Pakailah inhaler asma yang bisa diatur dosisnya untuk mencegah kelebihan dosis.
- Cuci mulut setelah menggunakan inhaler. Pastikan jangan ada air yang tertelan sehabis Anda mencuci mulut. Dampaknya bisa jadi akan lebih buruk ketika kortikosteroid masuk ke lambung.
- Cegahlah faktor-faktor penyebab asma sehingga asma tidak sering kambuh. Bisa jadi, setiap orang memiliki faktor penyebab yang berbeda. Namun pada umumnya perubahan udara serta tingkat kebersihan udara memengaruhi asma pada banyak orang.