Wajar saja bagi orang tua untuk merasa kesal saat melihat anak tak kunjung mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan lebih memilih bermain game.
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Wajar saja bagi orang tua untuk merasa kesal saat melihat anak tak kunjung mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan lebih memilih bermain game.
Terkadang kebiasaan menunda pekerjaan ini juga dilakukan saat orang tua menyuruh anak melakukan hal yang lain seperti membereskan mainannya atau membersihkan piringnya setelah makan. Kalau sudah begini, lantas bagaimana cara menghadapinya?
Banyak psikolog yang mengatakan, tindakan menunda-nunda pekerjaan sesungguhnya adalah cara untuk menghindari seseorang dari stres. Ada juga yang menggunakan alasan seperti mencari inspirasi, agar saat mengerjakan nanti mereka bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Namun, kebanyakan anak-anak akan cenderung mengabaikan sesuatu yang dirasa tak menarik atau tak disukainya. Mereka baru akan mengerjakannya jika terdapat tenggat waktu atau ketika tugas tersebut wajib untuk dikerjakan. Tak hanya anak-anak, orang dewasa juga kerap melakukan hal yang sama.
Kemungkinan lainnya, tanggung jawab yang diberikan dirasa terlalu sulit untuk anak sehingga mereka tak tahu harus memulai dari mana. Belum lagi jika anak memiliki masalah dalam menjaga fokusnya, maka akan semakin lama waktu yang ia habiskan untuk berdiam dan tak kunjung memulai.
Untungnya, kebiasaan bukanlah bagian dari sifat atau karakteristik pada anak yang sudah terbentuk sejak kecil. Kebiasaan bisa diubah agar tak terus-terusan terjadi, termasuk jika anak mulai kembali menunda pekerjaannya.
Nantinya, kebiasaan yang terbawa saat ia berhadapan dengan tugas-tugasnya bisa saja membuat performa di sekolah jadi menurun. Maka, bantulah anak Anda dengan langkah berikut ini.
Seringnya, anak menunda tanggung jawab yang dirasa tak penting untuknya. Tetapi, tak penting untuk anak bukan berarti memang tak penting untuk hidupnya. Coba mulai mendisiplinkan anak dengan memasang peraturan yang tegas.
Misalnya, Anda bisa mengatur beberapa jam yang diperlukan bagi anak untuk mengerjakan tugasnya, mungkin sekitar satu jam atau 90 menit.
Selama waktu tersebut, anak harus berusaha untuk menyelesaikan tanggung jawabnya. Setelah itu, Anda bisa memberikan hadiah kecil seperti waktu bermain game kesukaannya atau menonton film favoritnya.
Seperti yang telah disebutkan, salah satu hal yang dapat menjadi alasan di balik kebiasaan menunda-nunda adalah tugas yang sulit. Terkadang alasan ini juga dibarengi dengan rasa takut atau enggan bertanya.
Jika kasusnya demikian, tanyakan pada anak tentang hal-hal yang menjadi penghambat. Bila tanggung jawabnya berupa tugas dari sekolah, bimbing anak pada beberapa materi yang tidak ia pahami.
Sedangkan bila tanggung jawabnya berhubungan dengan tugas domestik, beri contoh pada anak bagaimana cara melakukannya dan jelaskan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memudahkan pekerjaannya.
Akhir pekan biasanya dimanfaatkan sebagai jadwal membereskan seluruh penjuru rumah, Anda pun meminta bantuan anak untuk mulai membereskan kamarnya sendiri.
Berhadapan dengan kamar yang berantakan mungkin membuat anak bingung dan kewalahan tak tahu harus memulai dari mana. Untuk mengatasinya, Anda bisa membagi-bagi tugas menjadi beberapa pekerjaan kecil.
Misalnya, Anda bisa meminta anak untuk membereskan baju-baju di lemarinya terlebih dahulu. Setelah selesai, pintalah anak untuk membereskan dan memilah barang-barang yang tak terpakai dari meja belajarnya. Lanjutkan perlahan sampai seluruh pekerjaan selesai.
Bantu anak untuk memprioritaskan tugas dan menetapkan tujuan yang ingin dicapai dari tanggung jawab tersebut. Bantu juga dalam memperkirakan berapa banyak waktu yang diperlukan serta hal-hal lain yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tanggung jawabnya.
Terkadang, membiarkan anak bisa menjadi jalan terakhir jika ia tetap tak mau mengubah kebiasaan menunda pekerjaan. Jangan panik bila Anda mendapati anak masih asyik bermain atau bersantai-santai dan tidak mengerjakan tugasnya sampai larut malam, apalagi sampai mengerjakan tugas anak.
Biarkan anak menerima konsekuensinya. Memang, nantinya mereka akan mengeluh seberapa lelahnya mengejar waktu dan mengorbankan waktu istirahat hanya untuk mengerjakan tugas. Bisa saja mereka juga mengeluh karena mendapat hukuman atau dimarahi guru di sekolahnya.
Dengan berbagai konsekuensi yang tak mengenakkan tersebut, anak jadi mengerti betapa menunda-nunda pekerjaan tak akan membuat hidup mereka menjadi lebih mudah.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar