Saat mencermati informasi nilai gizi pada kemasan makanan, Anda mungkin pernah menemukan sirup jagung, sirup glukosa, atau sirup fruktosa dalam daftar komposisinya.
Ketiganya memang merupakan pemanis tambahan yang menjadi bagian dari kandungan gula total suatu produk. Lantas, apa perbedaan ketiganya?
Mengenal sirup jagung dan cara pembuatannya
Seperti buah-buahan dan sayuran pada umumnya, jagung juga memiliki kandungan gula. Namun, gula pada jagung tidak seperti gula pada mangga, apel, stroberi, atau bahan pangan alami lain yang langsung terasa manis ketika dimakan.
Mangga, apel, dan stroberi mengandung gula dalam bentuk fruktosa. Fruktosa, atau gula buah, memiliki struktur kimia sederhana yang hanya terdiri dari satu rantai sakarida (rantai gula). Gula alami ini tergolong dalam kelompok yang disebut monosakarida.
Sementara itu, jagung memiliki gula dalam bentuk pati. Struktur kimia pati terdiri dari banyak rantai sakarida yang tergabung menjadi satu struktur besar. Berbeda dengan fruktosa, pati jagung tidak terasa manis kecuali telah diolah menjadi sirup.
Untuk memperoleh rasa manis tersebut, rantai pati jagung yang rumit harus diuraikan dahulu menjadi rantai sakarida yang lebih sederhana. Caranya dengan mencampurkan pati jagung, air, dan enzim alfa-amilase yang dihasilkan oleh bakteri Bacillus.
Campuran tersebut kemudian ditambahkan dengan enzim gamma-amilase yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus. Proses ini akan menguraikan rantai pati jagung menjadi rantai glukosa. Hasil akhirnya adalah sirup jagung dengan rasa yang manis.
Apakah sirup glukosa sama dengan sirup jagung?
Pertama-tama, Anda perlu memahami bahwa sirup glukosa tidak sama dengan gula pasir, gula cair, ataupun glukosa yang ada pada darah. Sirup glukosa adalah pemanis tambahan, seperti halnya sirup jagung dan sirup fruktosa.
Sirup glukosa juga dimanfaatkan sebagai pengental dan pengunci kelembapan pada produk-produk komersial. Anda dapat menemukannya pada permen dan makanan manis lain, bir, bahan kue instan, fondant, serta makanan kalengan.
Prinsip pembuatan sirup glukosa pada dasarnya sama dengan pembuatan sirup jagung. Pati dengan rantai sakarida yang rumit diuraikan melalui proses hidrolisis hingga menjadi rantai glukosa sederhana dengan rasa manis.
Perbedaannya, bahan baku pembuatan sirup glukosa bisa beragam. Mulai dari kentang, singkong, jelai (barley), gandum, dan yang paling umum, jagung. Dengan kata lain, sirup jagung sebenarnya merupakan salah satu jenis sirup glukosa.
Di sisi lain, sirup glukosa belum tentu sirup jagung. Label ‘sirup glukosa’ ataupun ‘sirup fruktosa’ yang Anda lihat bisa saja bukan berasal dari jagung.
Lalu, apa itu sirup fruktosa?
‘Sirup fruktosa’ pada kemasan produk biasanya merujuk pada sirup jagung tinggi fruktosa (high fructose corn syrup/HFCS). Proses pembuatan HFCS awalnya sama dengan sirup jagung biasa, yakni menguraikan pati jagung menjadi glukosa.
Namun, prosesnya tidak berhenti sampai di situ. Produsen kembali menambahkan enzim untuk mengubah glukosa pada sirup jagung menjadi fruktosa. Proses ini bertujuan agar sirup jagung memiliki rasa manis yang menyerupai gula pasir.
Sirup jagung, sirup glukosa, serta fruktosa yang terdapat dalam pemanis tambahan pada dasarnya memiliki banyak kegunaan. Tidak hanya memberikan rasa manis, sirup glukosa bahkan bisa membuat daya tahan makanan menjadi lebih lama.
Meski demikian, konsumsi pemanis tambahan secara berlebihan disinyalir bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2, obesitas, serta naiknya kolesterol darah.
Tetap batasi konsumsi semua makanan yang mengandung berbagai pemanis ini agar kesehatan Anda senantiasa terjaga.
[embed-health-tool-bmi]