Menurunkan berat badan merupakan impian banyak orang. Namun, jangan sampai Anda terjerat dalam siklus diet yoyo. Mengapa diet yoyo bisa begitu berbahaya, dan bagaimana cara keluar dari siklus ini? Simak penjelasannya dalam artikel berikut.
Apa itu diet yoyo?
Diet yoyo adalah kondisi ketika berat badan naik-turun secara berulang dalam waktu singkat, biasanya akibat pola diet yang tidak berkelanjutan.
Istilah ini muncul karena pola perubahan berat badan yang menyerupai gerakan yoyo, turun drastis saat diet ketat, lalu naik kembali saat pola makan lama kembali dijalani.
Hal ini terjadi karena diet yang dilakukan sering kali tidak dirancang untuk menciptakan perubahan jangka panjang.
Banyak orang hanya fokus menurunkan berat badan secepat mungkin tanpa membentuk kebiasaan makan berkelanjutan.
Hasilnya, setelah diet selesai pola makan lama kembali dijalani dan berat badan pun ikut kembali naik.
Bahkan, sering kali seseorang mengalami penambahan berat badan lebih banyak dari sebelumnya.
Tubuh yang mengalami penurunan berat drastis akan mencoba “menyimpan” lebih banyak energi sebagai cadangan, karena mengira sedang menghadapi kelaparan.
Inilah yang menyebabkan siklus diet yoyo berulang dan semakin sulit dihentikan dari waktu ke waktu.
Metode diet yang termasuk dalam kategori diet yoyo bisa dilihat dari ciri-ciri berikut ini.
- Biasanya ditandai dengan penurunan berat badan yang sangat cepat dalam waktu singkat, tetapi sulit dipertahankan dalam jangka panjang.
- Setelah diet selesai, kembali ke pola makan lama yang kurang sehat sehingga berat badan naik lagi bahkan bisa melebihi berat sebelumnya.
- Lebih fokus pada hasil cepat tanpa perubahan gaya hidup yang permanen.
- Mengabaikan kebutuhan nutrisi seimbang, dan sering kali membatasi jenis makanan secara ekstrem sehingga nutrisi tubuh tidak terpenuhi dengan baik.
Efek diet yoyo pada tubuh
Meski terlihat sepele, diet yoyo bisa membawa dampak serius bagi kesehatan.
Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa pola diet ekstrem yang mereka jalani justru menjadi pemicu utama siklus ini.
Jika dibiarkan, efeknya bisa jauh lebih merugikan daripada berat badan itu sendiri. Berikut berbagai efek yoyo pada tubuh yang perlu diwaspadai.
1. Melambatkan metabolisme
Penurunan berat badan yang drastis akibat diet yoyo membuat tubuh menganggap dirinya sedang dalam kondisi “krisis energi.”
Sebagai adaptasi, tubuh pun beradaptasi dengan cara memperlambat proses pembakaran energi agar cadangan yang tersisa tidak cepat habis.
Akibatnya, metabolisme menjadi lebih lambat, bahkan setelah diet selesai.
Tubuh pun menjadi lebih hemat energi, yang justru membuat kalori lebih sulit terbakar, dan proses penurunan berat badan berikutnya menjadi semakin menantang.
2. Kehilangan massa otot

Salah satu dampak tersembunyi dari diet yoyo adalah hilangnya massa otot. Saat tubuh mengalami penurunan berat badan, yang berkurang bukan hanya lemak, tetapi juga otot.
Masalahnya, setelah berat badan naik kembali, yang cenderung lebih mudah dipulihkan adalah lemak, bukan otot.
Jika siklus ini terjadi berulang, massa otot yang hilang bisa terus menurun dari waktu ke waktu. Kehilangan otot saat diet bisa membuat tubuh menjadi lebih lemah dan kurang bertenaga.
3. Gangguan hormon dan keseimbangan tubuh
Diet yoyo dan fluktuasi berat badan yang ekstrem dapat mengganggu keseimbangan hormon leptin dan ghrelin.
Pada saat berat badan turun drastis, kadar leptin (pemberi sinyal kenyang) ikut menurun sehingga tubuh merasa lebih lapar meskipun sebenarnya sudah cukup makan.
Sebaliknya, ghrelin, hormon yang merangsang rasa lapar, justru meningkat setelahpenurunan berat badan.
Ketidakseimbangan ini membuat tubuh lebih mudah mengalami rasa lapar berlebih dan sulit merasa puas setelah makan.
4. Kesulitan menurunkan berat badan di masa depan
Setelah mengalami siklus diet yoyo berulang kali, tubuh cenderung menjadi lebih “waspada” terhadap penurunan kalori.
Setiap kali berat badan turun drastis, tubuh mengaktifkan mekanisme pertahanan untuk menghemat energi, seperti memperlambat metabolisme dan meningkatkan efisiensi penyimpanan lemak.
Akibatnya, saat mencoba menurunkan berat badan lagi di masa depan, tubuh menjadi kurang responsif terhadap defisit kalori yang sama, berat badan tidak turun secepat sebelumnya, atau bahkan tidak turun sama sekali.
5. Masalah psikologis dan kesehatan mental
Naik-turunnya berat badan akibat diet yoyo tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga sangat memengaruhi kesehatan mental.
Perubahan berat badan yang tidak stabil sering kali menimbulkan rasa frustrasi, terutama ketika usaha menurunkan berat badan terasa sia-sia karena hasilnya tidak bertahan lama.
Hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri dan membuat seseorang merasa gagal dalam mengontrol tubuhnya.
6. Peningkatan risiko penyakit kronis

Salah satu penelitian dalam jurnal Nutrients mengatakan bahwa diet yoyo diduga dapat menimbulkan penyakit kronis, seperti diabetes dan masalah jantung.
Namun, pengaruh diet yoyo terhadap peningkatan penyakit kronis sebenarnya belum sepenuhnya jelas.
Diduga peran mikrobioma usus yang tidak seimbang memicu peradangan kronis dan gangguan pada pengaturan energi.
Hal inilah yang menjadi pemicu utama berkembangnya berbagai penyakit kronis. Akan tetapi, studi lebih lanjut masih diperlukan untuk meneliti hal ini.
Penting untuk diingat bahwa menurunkan berat badan secara sehat dan berkelanjutan jauh lebih bermanfaat dibandingkan mengikuti pola diet yoyo.
Perubahan gaya hidup yang meliputi pola makan seimbang dan aktivitas fisik rutin adalah kunci untuk menjaga berat badan ideal sekaligus mencegah berbagai masalah kesehatan.
Ringkasan
- Diet yoyo adalah pola naik turun berat badan secara berulang dalam waktu singkat, akibat diet yang tidak berkelanjutan.
- Biasanya berat badan turun drastis saat diet ketat, lalu naik kembali bahkan bisa melebihi berat sebelumnya saat kembali ke pola makan lama.
- Diet yoyo dapat memperlambat metabolisme, menyebabkan kehilangan massa otot, mengganggu keseimbangan hormon, serta membuat tubuh makin sulit menurunkan berat di masa depan.
- Selain itu, siklus berat badan yang berulang bisa memicu stres, menurunkan rasa percaya diri, dan diduga meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes dan masalah jantung akibat gangguan pada mikrobioma usus.
[embed-health-tool-bmi]