Mencuri adalah perbuatan kriminal dengan mengambil sesuatu milik orang lain tanpa izin. Namun, kebiasaan buruk ini bukan hanya terjadi karena kebutuhan dan disengaja, melainkan bisa menjadi indikasi penyakit mental, yaitu kleptomania.
Penyakit mental ini bisa membuat seseorang kesulitan untuk menahan diri untuk tidak mencuri atau mengambil barang milik orang lain. Padahal, barang tersebut tidak mereka butuhkan, mampu mereka beli, atau bahkan tidak bernilai uang jika dijual kembali. Setelah melakukan pencurian, orang dengan kondisi ini akan merasa rileks dan lega. Jadi, apa saja penyebab seseorang memiliki kleptomania? Cari tahu jawabannya pada ulasan di bawah ini.
Penyebab kleptomania yang perlu Anda ketahui
Sebenarnya penyakit “suka mencuri” ini tidak diketahui secara pasti. Namun, beberapa teori menunjukkan bahwa adanya perubahan otak pada pasien dengan kondisi ini dikaitkan dengan beberapa hal, seperti:
1. Adanya masalah dengan serotonin
Serotonin adalah zat kimia alami yang diproduksi tubuh dari asam amino trytophan dan dapat ditemukan pada otak, sistem pencernaan, dan dalam trombosit darah. Serotonin memiliki peran penting bagi tubuh, seperti membantu proses penyembuhan luka, menjaga kesehatan tulang, serta mengatur suasana hati dan emosi.
Kadar serotonin di dalam tubuh sangat rendah, bisa membuat seseorang rentan mengalami perilaku impulsif. Yaitu, melakukan suatu hal secara tiba-tiba sesuai suasana hati tanpa memikirkan akibatnya. Inilah kenapa peneliti mengaitkan adanya masalah dengan serotonin dengan penyakit mental “suka mencuri”.
2. Gangguan adiktif sebagai penyebab kleptomania
Mungkin pada awalnya tindakan kleptomania atau mencuri ini dilakukan karena terpaksa akibat kesulitan ekonomi. Setelah berhasil melakukan pencurian sekali, dua kali, dan seterusnya, mencuri bisa jadi kebiasaan dan membuat ketagihan. Kenapa?
Mencuri dapat melepaskan dopamin, yaitu hormon yang merangsang perasaan senang. Nah, perasaan tegang, senang, dan lega yang dilakukan setelah dan selama mencuri tersebut, kemungkinan menjadi dorongan seseorang untuk melakukannya berulang kali.
3. Ketidakseimbangan sistem opiod otak
Pengunaan obat terlarang, seperti opioid bisa menyebabkan ketidakseimbangan opioid di otak. Akibatnya, seseorang akan jadi kecanduan dan ketergantungan dengan obat ini.
Ketergantungan opioid bisa menyebabkan gangguan adiktif; seseorang jadi tidak mampu menahan dirinya melakukan suatu hal. Misalnya, mengambil barang milik orang lain dan kemungkinan melakukan tindakan tersebut berulang kali.