Sekali selingkuh, sudah pasti akan selingkuh lagi dan lagi. Stigma yang satu ini sudah sangat melekat dalam masyarakat. Ya, tidak ada seorang pun yang ingin diselingkuhi oleh pasangan yang dicintainya, terlebih bila hubungan asmara sudah terjalin sekian lama. Namun, apakah stigma tersebut benar adanya? Apakah ada teori yang mendukungnya? Baca terus ulasan berikut ini.
Pendapat para ahli soal kemungkinan selingkuh lagi
Perselingkuhan adalah salah satu penyebab runtuhnya hubungan asmara, terlebih bila pasangan sudah selingkuh berkali-kali. Bagaimana tidak, orang yang selingkuh berarti tidak menjunjung kesetiaan dan menyalahi kepercayaan pasangan. Ada banyak alasan orang selingkuh, tapi yang utama adalah merasa tidak puas dalam hubungannya.
Dilansir dari laman Men’s Health, sebuah riset dari University of Denver menguji 484 orang (68 persennya adalah wanita) mengenai hubungan asmaranya. Hasil penelitian yang telah diterbitkan pada Archieves of Sexual Behavior ini menunjukkan bahwa sebanyak 44 persen partisipan mengakui telah selingkuh pakai perasaan, bahkan ada yang sampai berhubungan seks dengan orang lain tanpa sepengetahuan pasangannya. Selain itu, sebanyak 30 persen partisipan melaporkan bahwa mereka diselingkuhi oleh pasangannya.
Para peneliti menemukan bahwa partisipan yang sebelumnya pernah selingkuh punya kemungkinan 3 kali lebih besar untuk selingkuh lagi daripada orang yang tidak pernah selingkuh. Lantas bagaimana dengan mereka yang jadi korban perselingkuhan? Ternyata saat mereka menyadari bahwa mereka telah diselingkuhi, mereka merasa kemungkinan pasangannya selingkuh lagi jadi 2 kali lebih besar daripada yang mereka memiliki pasangan yang setia.
Studi lain yang dilakukan pada tahun 2016 pun turut mendukung temuan ini. Pasalnya, sebanyak 30 persen orang yang pernah selingkuh cenderung selingkuh lagi. Sementara hanya ada 13 persen orang menyelingkuhi pasangannya ketika mereka belum pernah selingkuh sebelumnya.
Menurut Matt Garrett dari Huffington Post, untuk menebak perilaku seseorang di masa depan, tengoklah pola perilakunya di masa lalu. Artinya orang yang pernah selingkuh di masa lalu akan memiliki kemungkinan untuk selingkuh lagi di masa depan.
Namun, ini bukan harga mati. Tentu saja ada begitu banyak faktor yang menentukan perilaku seseorang. Walau begitu, tidak ada salahnya untuk menjadikan teori ini sebagai peringatan bagi Anda atau pasangan yang pernah selingkuh. Baik itu sekadar tergoda sesaat atau sampai benar-benar selingkuh.
Apakah orang yang pernah selingkuh bisa dipercaya?
Antara setia dan trauma dikhianati, Anda mungkin bimbang untuk menentukan apakah harus tetap setia dengan pasangan yang selingkuh atau tidak. Menurut Frank Dattilio, Ph.D., seorang psikolog klinis asal Pennsylvania, Amerika Serikat jawabannya hanya bisa Anda temukan melalui komunikasi yang sehat dengan pasangan.
Bila pasangan Anda mengelak setelah terdapat bukti-bukti yang kuat, maka sejatinya pasangan Anda tidak menghargai kesetiaan dan kepercayaan yang sudah Anda berikan. Sedangkan bila pasangan mengakui kesalahannya dan benar-benar menunjukkan perubahan sikap, Anda bisa mempertimbangkan untuk belajar memercayainya lagi.
Ingat, selalu ada kemungkinan bahwa pasangan Anda betul-betul berhenti dari kebiasaan selingkuhnya sehingga Anda patut memberikan kesempatan untuk memulai lembar yang baru. Nah, ajak pasangan Anda untuk mengikuti terapi atau konseling tertentu guna mengatasi masalahnya dalam mengendalikan diri serta menghargai kesetiaan.
Pasalnya, terapi atau konseling pernikahan misalnya, dapat membuat seseorang mengakui apa saja yang menjadi penyebab mereka berselingkuh dan membantu menyelesaikan permasalahan utamanya. Namun, ini harus didasari kemauan dan niat yang kuat untuk membenahi diri.