Kita semua pernah menemui plot roman picisan berikut diangkat menjadi box office layar lebar atau dirajut menjadi bait-bait lagu galau menyayat hati: sepasang laki-laki dan perempuan berteman baik sejak lama. Tapi tanpa sepengetahuan si perempuan, si laki-laki sudah lama memendam rasa terhadapnya. Eh, pada akhirnya si pria berani menyatakan cinta, si perempuan hanya menganggapnya sebagai teman biasa. Dan kemudian, entah dari mana ia mendapatkan wangsit maha dashyat, si perempuan akhirnya menyadari bahwa ia sebenarnya juga mencintai sahabat lelakinya itu.
Mirisnya, plot ini malah berbanding terbalik di dunia nyata. Salah satu pihak jadi ngambek karena tidak terima terbelenggu oleh label “cuma temen doang kok,” alias friendzone.
Apa sih, arti friendzone itu?
Dalam kebudayaan populer, arti friendzone adalah sebuah tempat imajiner di mana dalam persahabatan dua insan, salah satu pihak — seringnya, sih, laki-laki — merasa usaha pedekatenya telah dipermainkan atau tidak diacuhkan oleh orang yang menjadi obyek rasa cintanya, alias si sahabat.
Meski si pria telah memperlakukan si sahabat layaknya satu-satunya perempuan paling berharga di dunia ini, si perempuan tetap menganggapnya sebagai sebatas teman terbaik dan bukan sebagai calon pasangan sehidup semati. Lantas ditolak cintanya, pria pejuang friendzone ini merasa diperalat, dipecundangi, dan hancur harga dirinya karena mereka telah begitu banyak berkorban untuk sang pujaan hati.
Arti friendzone menyiratkan bahwa jika Anda telah memperlakukan seorang perempuan dengan cukup gentleman, Anda berhak mendapatkan imbalan perlakuan romantis atau seksual sebagai timbal balik.
Padahal, pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa persahabatan murni antara pria dan wanita merupakan hal yang sah-sah saja, tanpa harus ada serbuk-serbuk cinta di antaranya.
Arti friendzone dilihat dari sisi biologis
Arti secara biologis dapat dijelaskan melalui prinsip Bateman. Prinsip ini menguraikan bahwa sebagai mamalia, prioritas utama manusia di bumi adalah untuk berkembang biak guna meningkatkan kesempatannya memiliki lebih banyak keturunan di dunia dan memastikan spesies kita bertahan hidup. Ini yang mendasari kenapa pria dan wanita sibuk mencari pasangan hidupnya.
Para peneliti percaya naluri kawin yang tertanam dalam diri manusia ini secara tidak langsung bisa menentukan apakah pria dan wanita bisa benar-benar tulus menjadi sepasang teman biasa. Dikumpulkan dari berbagai studi ilmiah, pria cenderung mengakui kalau mereka tertarik secara seksual dan berhasrat lebih kuat untuk memacari teman-teman perempuan mereka — daripada sebaliknya.
Secara naluriah perempuan jauh lebih sabar dan selektif dalam usaha “mencari jodoh” karena kapasitas sistem reproduksinya untuk bisa memproduksi sel telur secara optimal sangat terbatas dan memiliki “tanggal kedaluwarsa”. Sementara pria tidak demikian. Laki-laki didesain untuk mampu menghasilkan jutaan sel sperma hanya dengan sedikit usaha.
Dengan demikian, arti friendzone dari segi biologis manusia dapat diartikan sebagai upaya selektif dan kehati-hatian perempuan dalam memilih “jodoh” agar tidak membuang-buang keberhasilan reproduksi keturunan mereka, sementara pria secara alami berkompetisi antar satu sama lain untuk menunjukkan kejantanan dan kemampuan seksualnya — bahwa ialah yang terbaik di antara yang lain dan yang paling pantas menjadi pasangan reproduksi.
Kaum pria juga pada umumnya cenderung melebih-lebihkan reaksi teman perempuan mereka sebagai suatu respon ketertarikan seksual dari umpan yang mereka lempar, sehingga terjadi salah paham antar keduanya. Ini karena laki-laki pada dasarnya, secara genetik, menghadapi risiko kehilangan kesempatan bereproduksi jika mereka tidak mengambil “keuntungan dari berbagai peluang reproduksi.” Lantas, apakah benar pria dan wanita tidak bisa menjadi sebatas teman biasa?
Menelusuri arti friendzone melalui sisi psikologis
Kecocokan antar dua pihak adalah yang menjadi alasan utama ketika kita mulai mencari teman hidup. Seseorang kita anggap berpotensi sebagai pasangan karena kita merasa ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang tersebut. Kita merasa senang dan nyaman dengan kehadiran orang ini ketika kita bergaul dengan mereka. Kesamaan dan chemistry antara individu ini penting ketika mengembangkan pertemanan yang kuat.
Namun demikian, kualitas-kualitas ini juga kita cari tak hanya untuk menemukan jodoh. Chemistry juga penting untuk pertemanan. Ini mungkin yang membuat beberapa orang merasa bahwa pertemanan mereka “pantas” untuk berlanjut ke tingkat yang lebih romantis dengan alasan “Aku udah nyaman/nyambung banget sama kamu” dan merasa kebutuhan mereka sudah saling terpenuhi oleh satu sama lain — bukannya oleh orang lain di luar persahabatan mereka.
Daya tarik laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam pertemanan lintas-gender mungkin bisa timbul dari efek paparan berulang. Dalam psikologi, ini adalah efek ketika seseorang sudah sangat terbiasa berada dekat dengan orang lain dalam jangka waktu panjang dan berulang, dan kemudian mulai menurunkan kewaspadaan dirinya dari waktu ke waktu. “Dinding” keteguhan hati mereka mereka mulai runtuh dan mereka akan mulai menyukai orang tersebut. Ini merupakan hal yang normal dan terjadi pada setiap orang.
Hal ini pun diiyakan oleh Windfried Sedhoff, pakar kesehatan mental asal Brisbane, yang mengatakan bahwa jika sahabat Anda (yang lawan jenis) sudah dapat memenuhi segala ekspektasi dan hasrat yang Anda miliki soal hubungan romantis, ini dapat mencegah terjadinya hubungan pertemanan platonis yang murni dan bermakna, dilansir dari News.
Di sisi lain, sebuah hubungan pertemanan murni tanpa nafsu seksual bisa saja terjadi — tapi semua tergantung pada siapa Anda bertanya. Pengalaman [ertemanan antar satu pasangan bisa berbeda dengan yang lain. Lagipula, persahabatan itu sendiri merupakan hal yang subjektif.
Bukan berarti friendzone merupakan zona terkutuk
Laki-laki dan perempuan bisa menjadi teman sejati. Hanya saja, kadang dorongan naluriah manusia untuk bereproduksi menghalangi kemulusan persahabatan Anda berdua. Tapi, daya tarik seksual hanyalah sebatas daya tarik, bukan berarti perlu ditindaklanjuti. Wajar untuk menganggap sahabat Anda menarik secara fisik dan seksual. Lagipula, kita semua adalah manusia biasa. Yang penting adalah memiliki batas-batas yang sehat.
Terlepas dari segala kebutuhan manusiawi, sebuah hubungan antar dua insan (baik nonromantis maupun romantis) tidak melibatkan kontrak, transaksi, sistem imbalan, atau hal semacam itu. Ditambah lagi, seseorang yang bersikap baik terhadap teman lawan jenisnya tidak berarti otomatis menjadikan mereka memenuhi syarat Anda sebagai jodoh sehidup semati, atau menjadikan Anda layak mendapatkan kesempatan untuk mengarungi hubungan romantis bersamanya.
Menjadi seseorang dengan kepribadian baik adalah satu karakter yang diharapkan untuk dimiliki oleh setiap manusia di setiap interaksi sosial dengan orang lain, dengan atau tanpa iming-iming romantisme.
Jangan ngambek jika Anda di-friendzone
Kita tidak hidup dalam sebuah cerita komedi romantis di mana jika seorang pria terus nempel pada seorang gadis, keduanya akan saling jatuh cinta. Manusia dalam kehidupan nyata jauh lebih rumit dari cerita dua dimensi. Jika si perempuan tidak membalas perasaan romantis teman pria mereka, mereka mungkin memiliki alasan tertentu. Apapun alasannya untuk menolak cinta Anda, itu tetap valid.
Tanggung jawab Anda sebagai teman adalah untuk menghormati keputusannya sebagai sesuatu yang wajar, terlepas apakah kita setuju dengan mereka atau tidak. Bukannya menuding mereka melempar Anda ke jurang friendzone yang kelam dan tak berujung. Keberhasilan persahabatan lintas-gender bergantung pada seberapa baik kedua pihak berkomunikasi dan menghormati satu sama lain.