Ketertarikan seseorang mengacu pada perasaan positif terhadap orang lain. Ketertarikan yang disebut juga dengan ketertarikan interpersonal tersebut bisa terjadi dalam banyak bentuk termasuk perasaan cinta, persahabatan, dan kekaguman. Sebuah studi tentang penampilan dan ketertarikan fisik menunjukkan bahwa ketertarikan yang bersifat romantis pada seseorang salah satunya ditentukan oleh daya tarik fisik.
Menurut pakar, ketertarikan fisik tumbuh dari lima poin ini
Banyak cara dibuat oleh para pakar untuk meningkatkan ketertarikan pasangan pada penampilan fisik. Salah satunya adalah psikolog Daniel Stalder dengan lima poinnya.
Kelimanya adalah kecantikan, kedekatan, kemiripan, perasaan lebih dulu disukai, dan gairah nonseksual. Stalder menjelaskan menjelaskan alasan kenapa lima hal tersebut bisa menimbulkan ketertarikan fisik seseorang dengan pasangannya.
1. Ketertarikan pada kemolekan atau kecantikan
Tertarik pada seseorang melalui kecantikan yang dipandang dari luar bisa membuat adanya ketertarikan atau chemistry. Ada juga kecantikan jiwa atau inner beauty, yang merujuk pada sifat dan karakter.
Tapi pada dasarnya, ada banyak aspek kecantikan yang disepakati secara luas. Aspek ini dapat bervariasi dari satu budaya ke budaya lain dan dari dekade ke dekade berikutnya.
Walaupun begitu, pada dasarnya bias penilaian kecantikan jelas tergantung pada mata yang melihatnya. Ketertarikan kemolekan fisik sau individu pada individu lainnya ditentukan oleh ‘tipe’ masing-masing atau bisa disebut dengan sumber-sumber bias.
Sumber-sumber bias tersebut bisa dipengaruhi dari banyak hal termasuk stereotipe kelompok (ras, agama, pekerjaan, dan sebagainya), pengingat seseorang pada pasangan sebelumnya, atau acara TV dan film yang kerap ditonton.
Namun, pada dasarnya penilaian kecantikan itu subjektif, tergantung bagaimana pikiran seseorang mengarahkannya untuk menilai.
2. Ketertarikan tumbuh karena kedekatan
Stalder mengatakan bahwa alasan psikologis tertarik pada seseorang karena ia kerap berdekatan sehingga lebih familier satu pada sama lain. Semakin sering dua orang melihat satu sama lain, semakin besar kemungkinan mereka akan memiliki ketertarikan. Hal ini disebut efek paparan.
Claire Hart, psikolog dari Universitas Southampton mengatakan, jika melihat seseorang setiap hari kemungkinan besar mereka akan terbiasa dari waktu ke waktu.
Keakraban ini bisa sampai pada titik merasa nyaman dengan keberadaannya dan merasa aneh jika tidak. Faktor keakraban ini juga bisa mengubah penilaiannya pada penampilan fisik orang tersebut.
Hanya saja, kedekatan tidak serta-merta menumbuhkan ketertarikan karena diperlukan faktor lain untuk mendukungnya. “Jika Anda memiliki kesan pertama yang buruk maka harus ada perbaikan dari kesan tersebut terlbih dahulu,” jelas Hart.
3. Kemiripan dalam penampilan fisik
Seseorang juga lebih memiliki ketertarikan pada orang lain yang punya kemiripan penampilan fisik, kepercayaan, dan minat.
Hal tersebut, menurut Stalder, timbul dari ego karena jika seseorang menyukai hal sama dengan Anda maka Anda menilai dia memiliki selera yang bagus.
Ini bukan berarti Anda dan pasangan memiliki kemiripan persis satu sama lain. Tentu saja setiap pasangan memiliki perbedaan. Namun, perbedaan bukanlah faktor ketertarikan antara satu sama lain pada masa awal pendekatan hubungan.
4. Perasaan disukai lebih dulu
Seseorang cenderung tertarik pada orang lain jika dia tahu bahwa orang lain itulah yang lebih dulu tertarik padanya. Faktor ini mungkin terasa agak rumit.
Proses ketertarikan fisik pada poin ini berawal dari ego diri. Saat mengetahui seseorang tertarik padanya, maka ia akan merasa tersanjung dan berpikir orang yang menyukainya memiliki selera yang baik.
5. Salah persepsi pada tanda-tanda fisik
Alan S. Cowen profesor psikologi University of California mengklasifikasi emosi menjadi 27 kategori, tiga di antaranya yakni perasaan jatuh cinta (romance), cemas (anxiety), dan takut (fear).
Saat seseorang jatuh cinta, ada tanda-tanda fisik yang muncul seperti detak jantung meningkat, grogi, atau gemetaran. Tanda-tanda fisik ini juga sebetulnya muncul saat ada yang memacu adrenalin seseorang, semisal saat ketakutan.
Gejala fisik jatuh cinta dan takut memang cenderung sama, membuat seseorang bisa salah memersepsikan perbedaan perasaan tersebut.
Hal ini disebutkan dalam sebuah studi berjudul Misattribution of arousal atau yang dikenal dengan sebutan eksperimen jembatan cinta. Dua profesor psikologi dari University of New York, Donald G. Dutton and Arthur P. Aron melakukan eksperimen pada dua kelompok.
Peneliti menempatkan satu kelompok pada jembatan besi biasa dan satu kelompok lainnya pada jembatan gantung.
Hasilnya, lelaki yang berada di jembatan gantung memiliki ketertarikan lebih pada perempuan yang bersamanya di jembatan karena jembatan tersebut bergoyang-goyang.
Gejala fisik gemetar dan detak jantung meningkat karena rasa takut ini dipersepsikan sebagai perasaan jatuh cinta oleh kelompok yang ditempatkan di jembatan gantung tersebut.