backup og meta

Ketuban Pecah Dini Apakah Bisa Lahir Normal?

Ketuban pecah dini atau KPD adalah kondisi saat kantong ketuban pecah terlalu cepat sebelum proses persalinan dimulai. Dalam keadaan ini, bayi yang terdampak ketuban pecah dini apakah bisa lahir normal? Untuk mengetahuinya, simak pembahasan di bawah ini.

Apakah bisa lahir normal saat ketuban pecah dini?

Beberapa ibu mungkin bertanya, “Ketuban pecah dini apakah bisa lahir normal?” Jawabannya, bisa tetapi tergantung pada kondisi ibu dan bayi saat ketuban pecah.

Jika ketuban pecah dini terjadi pada usia kehamilan 37 minggu serta kondisi ibu dan bayi stabil, proses melahirkan normal masih sangat memungkinkan.

Pada banyak kasus, dokter akan memantau kontraksi dan memutuskan tindakan induksi untuk mempercepat proses persalinan secara normal.

Apabila KPD terjadi kurang dari usia kehamilan 37 minggu atau belum cukup bulan, dokter bisa meresepkan obat-obatan tertentu bila persalinan Anda bisa ditunda.

Salah satu obat yang akan diresepkan dokter yakni antibiotik. Jenis obat ini berguna mencegah infeksi pada cairan ketuban atau korioamnionitis.

Selain itu, dokter juga akan memberikan obat kortikosteroid guna mematangkan paru-paru bayi.

Risiko korioamnionitis meningkat hingga 70% bila KPD tidak segera ditangani. Infeksi ini sangat berbahaya karena berpotensi tinggi menyebabkan kematian ibu dan bayi.

Bahkan, bila bayi berhasil untuk dilahirkan, mereka lebih mungkin mengalami komplikasi serius, seperti infeksi darah (sepsis) dan infeksi paru (pneumonia).

Meski ketuban pecah dini dapat berujung pada bayi yang lahir normal, penanganan medis yang cepat sekaligus tepat sangat penting untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi.

Tanda dan gejala korioamnionitis

Pecahnya selaput pelindung janin membuat bakteri lebih mudah masuk dan menginfeksi cairan ketuban. Korioamnionitis bisa menimbulkan tanda dan gejala seperti:
  • demam lebih dari 37,5 derajat Celsius,
  • detak jantung sangat cepat,
  • sakit perut,
  • mudah berkeringat,
  • rahim lebih lunak saat disentuh, serta
  • keputihan dengan warna tidak normal dan berbau tidak sedap.

[embed-health-tool-due-date]

Pertanyaan seputar ketuban pecah dini

tanda tanda mau melahirkan tanda-tanda persalinan

Ketuban pecah dini sering menyebabkan kekhawatiran bagi ibu hamil karena berkaitan dengan meningkatnya risiko komplikasi persalinan.

Tidak heran bila banyak pertanyaan yang muncul mengenai kondisi ini. Berikut adalah berbagai pertanyaan umum yang sering diajukan seputar ketuban pecah dini.

1. Benarkah ketuban pecah dini harus operasi caesar?

Wanita yang mengalami ketuban pecah dini tidak selalu berarti harus melahirkan secara caesar.

Persalinan normal melalui vagina masih bisa dilakukan, terlebih bila usia kehamilan telah cukup bulan (usia kehamilan 37 minggu atau lebih) serta keadaan ibu dan bayi stabil.

Operasi caesar biasanya dipertimbangkan bila timbul komplikasi, seperti korioamnionitis, posisi bayi sungsang, atau detak jantung janin tidak normal yang menandakan gawat janin.

Keputusan operasi caesar bergantung pada kondisi ibu dan bayi. Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui langkah penanganan yang tepat.

2. Apakah ketuban pecah dini harus langsung bersalin?

Persalinan tidak selalu harus dilangsungkan setelah mengalami KPD. Namun, persalinan akan terjadi dalam waktu 24 jam, terutama bila usia kehamilan Anda antara 37–40 minggu.

Dikutip dari Cleveland Clinic, sekitar 90% ibu bisa mengalami persalinan spontan pada rentang waktu tersebut. Dokter bisa menunggu kontraksi alami atau memberikan induksi persalinan.

Melahirkan dalam 24 jam setelah KPD pada kehamilan cukup bulan adalah pilihan paling aman untuk mencegah komplikasi pada ibu dan bayi.

3. Bagaimana cara mengetahui air ketuban keluar?

Untuk meyakinkan apakah benar air ketuban yang keluar atau bukan, dapat dilakukan metode kertas lakmus. Kertas lakmus akan berubah saat terkena cairan dengan pH yang basa. 

Kertas yang awalnya bewarna merah akan berubah menjadi biru ketika terkena cairan ketuban yang memiliki pH basa.

Cairan vagina memiliki pH asam 4,5–6,0, sedangkan cairan ketuban memiliki pH basa 7,1–7,3.

Selain itu, dokter dapat memakai spekulum untuk melihat kondisi bagian dalam vagina. Melalui pemeriksaan ini, dokter bisa melihat cairan yang keluar dari leher rahim atau serviks. 

4. Apakah ketuban pecah dini bisa dicegah?

Penurunan kadar kolagen yang memicu KPD sebenarnya dapat terjadi karena beberapa faktor. Bahkan, ada pula KPD yang bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya. 

Meski begitu, tidak ada salahnya Anda menerapkan pola hidup sehat serta menjaga kesehatan selama masa kehamilan.

Hal ini bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan daerah kewanitaan, minum air dalam jumlah yang cukup, dan jangan menahan buang air besar atau buang air kecil.

Memeriksakan kandungan sesuai jadwal dengan dokter juga bisa membantu Anda mengetahui risiko ketuban pecah dini sedini mungkin. 

Kesimpulan

  • Mungkin bayi masih bisa lahir normal saat ibu mengalami ketuban pecah dini, terutama bila usia kehamilan sudah cukup bulan serta kondisi ibu dan bayi stabil.
  • Ketuban pecah dini atau KPD harus ditangani dengan cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi serius, seperti korioamnionitis.
  • Dokter dapat menentukan langkah terbaik, seperti menunggu kontraksi alami, memberi induksi, atau melakukan operasi caesar bila muncul komplikasi.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Premature rupture of membranes (PROM)/Preterm premature rupture of membranes (PPROM). (n.d.). Children’s Hospital of Philadelphia. Retrieved June 17, 2025, from https://www.chop.edu/conditions-diseases/premature-rupture-membranes-prompreterm-premature-rupture-membranes-pprom

Premature rupture of membranes: Causes & treatment. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved June 17, 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24561-premature-rupture-of-membranes

Dayal, S., Jenkins, S.M., & Hong, P.L. (2024). Preterm and Term Prelabor Rupture of Membranes (PPROM and PROM). StatPearls Publishing. Retrieved June 17, 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532888/

Fowler, J.R., & Simon, L.V. (2023). Chorioamnionitis. StatPearls Publishing. Retrieved June 17, 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532251/

Olarinoye, A. O., Olaomo, N. O., Adesina, K. T., Ezeoke, G. G., & Aboyeji, A. P. (2021). Comparative diagnosis of premature rupture of membrane by nitrazine test, urea, and creatinine estimation. International journal of health sciences, 15(6), 16–22. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8589831/

Zhuang, L., Li, Z. K., Zhu, Y. F., Ju, R., Hua, S. D., Yu, C. Z., Li, X., Zhang, Y. P., Li, L., Yu, Y., Zeng, W., Cui, J., Chen, X. Y., Peng, J. Y., Li, T., & Feng, Z. C. (2020). The correlation between prelabour rupture of the membranes and neonatal infectious diseases, and the evaluation of guideline implementation in China: a multi-centre prospective cohort study. The Lancet regional health. Western Pacific, 3, 100029. https://doi.org/10.1016/j.lanwpc.2020.100029

Versi Terbaru

17/06/2025

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Satria Aji Purwoko


Artikel Terkait

Perbedaan Air Ketuban dan Air Kencing yang Perlu Diketahui

Air Ketuban Pecah, Benarkah Tanda Persalinan?


Ditinjau oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro · Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Diperbarui 17/06/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan