Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.
Belakangan muncul kabar bahwa orang dengan golongan darah A lebih berisiko tertular COVID-19 dibandingkan golongan darah lainnya. Sebaliknya, orang bergolongan darah O disebut-sebut lebih kebal dari serangan virus ini. Setelah melalui berbagai penelitian, para peneliti menyimpulkan bahwa ini bukanlah hoaks belaka.
Pengaruh golongan darah pada risiko terjangkit COVID-19
Golongan darah tampaknya memengaruhi risiko seseorang tertular COVID-19. Dugaan ini berawal dari sebuah penelitian terhadap 2.173 pasien COVID-19 yang dirawat di tiga rumah sakit di kota Wuhan dan Shenzhen, Tiongkok.
Pada studi tersebut, orang-orang yang golongan darahnya termasuk dalam kelompok A ternyata berisiko lebih tinggi terjangkit COVID-19. Golongan darah dalam kelompok ini termasuk A-positif, A-negatif, AB-positif, dan AB-negatif.
Sementara itu, orang bergolongan darah O-positif dan O-negatif berisiko lebih rendah tertular virus ini. Para peneliti telah membandingkannya dengan usia, jenis kelamin, dan penyakit penyerta. Hasilnya, golongan darah tetap mempunyai peran yang kuat.
Pada penelitian yang lain, tim peneliti AS melihat data 682 penduduk New York dengan hasil tes COVID-19 positif. Orang bergolongan darah A berpeluang 33% lebih tinggi mendapatkan hasil positif dibandingkan orang bergolongan darah lain.
Para peneliti menduga hal ini berkaitan dengan jenis antigen pada tiap golongan darah. Antigen adalah protein khusus pada sel darah merah Anda. Golongan darah seseorang ditentukan oleh jenis antigen yang menempel pada permukaan sel darah merahnya.
[covid_19]
Antigen-antigen tersebut juga memproduksi antibodi tertentu untuk melawan infeksi atau menolak darah dari golongan yang tidak sesuai. Secara umum, berikut jenis antigen dan antibodi yang dimiliki setiap golongan darah:
- Golongan darah A: antigen A dan antibodi anti-B.
- Golongan darah B: antigen B dan antibodi anti-A.
- Golongan darah AB: antigen A dan B, tapi tidak ada antibodi anti-A dan anti-B.
- Golongan darah O: tidak ada antigen A dan B, tapi ada antibodi anti-A dan anti-B.
Mengacu penelitian terdahulu mengenai penyakit SARS, antibodi anti-A membantu menghambat aktivitas coronavirus di dalam tubuh. Tim peneliti Tiongkok menduga bahwa hal serupa mungkin juga terjadi pada kasus COVID-19.
Dugaan ini muncul karena COVID-19 dan SARS disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama. Dengan kata lain, mungkin antibodi inilah yang membuat orang dengan golongan darah O dan B lebih terlindung dari COVID-19.
Faktor genetik golongan darah mungkin berpengaruh pada COVID-19
Perbedaan antigen tampaknya bisa menjelaskan mengapa orang bergolongan darah A lebih berisiko terjangkit COVID-19. Walau demikian, para peneliti saat itu belum dapat memastikannya dan masih mencari penjelasan lain.
Guna menjawab masalah ini, peneliti dari berbagai institusi di Eropa mempelajari faktor genetik yang mungkin menjadi penyebabnya. Mereka menganalisis sekitar delapan juta kode genetik yang menyusun DNA dari 1.980 subjek penelitian.
Tim peneliti menemukan kode genetik pada kromosom 3 dan 9. Kode ini tidak hanya memengaruhi risiko penularan COVID-19, tapi juga tingkat keparahannya. Kode genetik serupa juga ditemukan pada kromosom 9 yang menyusun golongan darah ABO.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pasien bergolongan darah A-positif berisiko 45% lebih tinggi mengalami kegagalan napas. Sementara itu, pasien dengan golongan darah O berisiko 35% lebih rendah mengalami komplikasi COVID-19 yang satu ini.
Golongan darah A juga meningkatkan kemungkinan pasien menggunakan ventilator sebanyak 50%. Ada pula kaitan antara gen dengan risiko pembekuan darah dan penyakit jantung akibat COVID-19.
Tips Donor Darah yang Aman Saat Pandemi COVID-19