Pasalnya, kalimat tersebut justru membuat si kecil merasa orangtuanya tidak memahami kesedihan yang ia rasakan. Ibaratnya, saat itu sangat wajar bila ia marah, sedih, dan kecewa. Namun Anda justru tidak memberikan kesempatan si kecil untuk mengungkapkan kesedihannya tersebut.
Jadi, alih-alih mengatakan hal tersebut, Anda bisa mengajaknya berbicara dan menanyakan apa yang ia rasakan saat itu. Ucapkan padanya bahwa ia boleh menangis dan marah saat itu. Namun, di akhir tetap ingatkan dia bahwa Anda akan selalu berada di sampingnya dan tidak akan meninggalkannya.
2. Berikan pengertian kalau hal ini terjadi bukan karena salah si kecil
Tanpa disadari, setelah bercerai mungkin si kecil akan bertanya-tanya apa penyebab dari kejadian ini. Seringkali pikiran yang muncul adalah orangtuanya tidak sayang padanya. Beberapa anak berusaha mencegah perceraian ini dengan berperilaku baik dengan harapan kedua orang tuanya tidak jadi berpisah.
Namun, ketika kenyataanya perubahan sikapnya tidak mengubah apapun, dia berbalik sedih, marah, dan hilang kepercayaan pada dirinya. Edward Teyber, PhD, seorang psikolog California State University dan penulus buku Helping Children Cope with Divorce, mengungkapkan bahwa orangtua mesti terus-terusan meyakinkan bahwa hal ini tidak ada kaiatannya dengan sang buah hati. Katakan juga bahwa Anda berdua akan selalu sayang padanya.
3. Jadwalkan waktu untuk bertemu dengan anak
Anak harus merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Aturlah waktu supaya anak tetap bisa bertemu ayah atau ibunya. Alangkah baiknya jika Anda bisa bermain bersama, meskipun ini artinya Anda harus meredam ego. Jika anak sehari-hari tinggal dengan Anda, berikan si kecil kesempatan untuk mengunjungi ayah atau ibunya tanpa hambatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar