backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Bisakah Susu Menetralkan Alkohol dan Narkoba dalam Darah?

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 18/12/2020

    Bisakah Susu Menetralkan Alkohol dan Narkoba dalam Darah?

    Susu kerap dijadikan pertolongan pertama saat keracunan karena punya sifat melarutkan dan menyerap racun. Inilah yang kemudian membuat banyak orang percaya bahwa susu bisa menetralkan alkohol dan narkoba dalam darah. Namun, apa benar demikian?

    Proses penyerapan alkohol dan narkoba dalam tubuh

    Sebelum mengetahui apakah susu memang dapat menetralkan narkoba dan alkohol, ada baiknya jika Anda mengetahui lebih dulu bagaimana proses penyerapan alkohol dan narkoba alias obat terlarang dalam tubuh.

    Penyerapan alkohol dalam tubuh tergolong cepat. Tidak seperti nutrisi lain yang baru diserap saat makanan memasuki usus halus, alkohol sudah mulai diserap sejak berada dalam lambung. Sekitar 20 persen alkohol yang Anda minum diserap di sini.

    Sisanya, alkohol kemudian diserap oleh usus halus. Setelah itu, alkohol akan memasuki darah dan beredar ke seluruh tubuh. Zat buangan dari metabolisme alkohol lalu dikeluarkan dari tubuh melalui keringat, urine, dan air liur.

    Sementara itu, narkoba yang diminum melalui mulut kurang lebih sama dengan makanan pada umumnya. Obat terlarang tersebut akan dihaluskan di lambung, diserap ke usus halus, lalu dibawa oleh darah.

    Bedanya, darah membawa obat ke hati dahulu, lalu diedarkan ke seluruh tubuh.

    Sementara itu, jenis narkoba yang disuntikkan ke pembuluh darah melewati proses yang berbeda. Obat yang diminum sampai akhirnya melalui saluran pencernaan dapat mengurangi beberapa persen komponen obat.

    Namun, narkoba suntik akan masuk seutuhnya ke dalam darah.

    Bisakah susu menetralkan alkohol dan narkoba?

    minum susu saat sahur

    Sebuah anggapan lama menyatakan bahwa lemak pada susu dapat melapisi lambung dan menghambat penyerapan alkohol. Akhirnya, banyak orang meminum susu atau mengonsumsi sumber lemak, seperti minyak zaitun untuk ‘melapisi’ lambungnya.

    Padahal, sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan apakah susu benar-benar dapat menetralkan narkoba dan alkohol.

    Bukannya melapisi lambung, susu justru diuraikan dalam lambung menjadi berbagai nutrisi yang lebih sederhana. Di antaranya protein, lemak, vitamin, mineral, serta gula dalam bentuk laktosa dan glukosa.

    Hal ini sejalan dengan sebuah penelitian dalam The British Journal of Medicine. Penelitian ini tidak menemukan manfaat signifikan dari bahan-bahan yang sering dianggap bisa melapisi dinding lambung ataupun meredakan hangover setelah mabuk.

    Anggapan bahwa makanan dan minuman tertentu bisa melapisi lambung hanyalah mitos belaka.

    Interaksi antara susu dan alkohol dalam lambung tidak menimbulkan efek signifikan. Pasalnya, sebagian alkohol telah terserap dan susu telah terurai.

    Selain alkohol, susu juga belum terbukti dapat menetralkan narkoba dan obat-obatan pada umumnya. Interaksi antara susu dan obat tertentu memang dapat menghambat penyerapan obat oleh usus, tapi bukan menetralkannya.

    Kondisi ini terjadi karena kalsium dalam susu berikatan dengan bahan tertentu pada obat. Meski pada akhirnya, obat atau narkoba yang dikonsumsi melalui mulut akan tetap diserap oleh usus dan memasuki aliran darah.

    Hal yang sama juga berlaku bagi pengguna narkoba suntik. Begitu memasuki aliran darah, zat dalam narkoba akan bergerak dengan cepat menuju berbagai organ tubuh. Pada tahap ini, susu sudah berubah wujud menjadi nutrisi yang paling sederhana.

    Jadi, anggapan bahwa susu mampu menetralkan alkohol dan narkoba tidaklah benar. Susu juga tidak dapat melapisi lambung dan melindunginya dari zat-zat tertentu sebagaimana yang dipercaya banyak orang.

    Alih-alih minum susu, cara terbaik menetralkan efek alkohol dan narkoba dari diri Anda adalah dengan tidak mengonsumsinya lagi. Dengan menghindari keduanya, Anda telah melindungi diri dari efek zat adiktif yang membahayakan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 18/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan