Memantau tumbuh kembang anak sejak lahir merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian orang tua. Setiap pertumbuhannya memiliki arti yang penting bagi kesehatan anak. Namun, tahukah Anda anak yang memiliki berat dan tinggi badan kurang dari standar usianya disebut sebagai gagal tumbuh? Berikut penjelasan lengkapnya.
Apa itu gagal tumbuh?
Dikutip dari Medineplus, gagal tumbuh atau faltering growth adalah kondisi saat pertumbuhan seorang anak kurang atau tidak sesuai dengan umur dan jenis kelaminnya.
Kondisi ini dapat dilihat dari tinggi, berat, lingkar kepala yang di bawah nilai standar berdasarkan usianya.
Kondisi ini biasanya berhubungan dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan tinggi badan yang kurang dari usia semestinya.
Balita yang sehat akan memiliki berat dan tinggi sesuai dengan kartu menuju sehat (KMS).
KMS merupakan catatan grafik perkembangan anak yang diukur berdasarkan umur, berat badan, dan jenis kelamin.
Mengukur tinggi dan berat anak memang mendebarkan. Pasalnya, anak yang memiliki berat lebih dari semestinya berpotensi mengalami obesitas.
Sementara itu, anak yang mengalami pertumbuhan yang kurang dari semestinya berpotensi terkena gagal tumbuh.
Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya gagal tumbuh
Gagal tumbuh erat kaitannya dengan malnutrisi. Asupan nutrisi yang tidak mencukupi, psikososial, dan penyakit menjadi faktor utama terjadinya kondisi ini.
Anak yang berkembang tidak sesuai tabel KMS harus menjadi fokus perhatian Anda.
Menurut Canadian Paediatric Society, terdapat dua faktor utama yang menyebabkan seorang anak mengalami gagal tumbuh, yaitu lingkungan dan nutrisi anak.
Lingkungan yang sehat dan kondusif akan membantu anak tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sementara lingkungan seperti kurangnya kemampuan parenting dan ikatan antara orangtua dan anak yang lemah berisiko lebih tinggi untuk anak mengalami gagal tumbuh.
Adapun kurangnya nutrisi yang memadai karena kemampuan mengunyah makanan yang kurang serta anak susah makan menjadi faktor yang menyebabkan anak gagal tumbuh selanjutnya.
Selain kedua hal diatas, riwayat penyakit seperti dermatitis atopik, infeksi pernapasan, gastroenteritis, dan demam dapat menambah risiko terjadinya gagal tumbuh pada anak.
Tanda-tanda anak mengalami gagal tumbuh
Anak yang mengalami gagal tumbuh memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sama dengan anak seusianya yang tumbuh normal.
Biasanya, anak dengan kondisi ini akan lebih kecil atau pendek dari anak lain. Adapun hal yang menandakan anak gagal tumbuh, yaitu sebagai berikut.
- Tinggi dan berat tidak sesuai tabel KMS.
- Berat lebih rendah 3% dari KMS atau 20% di bawah berat ideal untuk ukuran tinggi anak semestinya.
- Pertumbuhan kurang ataupun berhenti.
Berdasarkan penelitian pada Children’s Health Ireland, tanda lain yang bisa dijumpai yaitu sebagai berikut.
- Rambut tipis.
- Terdapat tanda-tanda hilangnya massa otot terutama di lengan atas, bokong, dan paha.
- Muntah dan diare.
- Kurangnya lipatan kulit (penyimpanan lemak subkutan berkurang).
Maka dari itu, Anda perlu mengetahui serta memahami tinggi dan berat anak ideal sesuai dengan umurnya.
Berikut ini tabel untuk mengetahui tahapan perkembangan berat dan tinggi anak menurut Angka Kecukupan Gizi Kemenkes
Kelompok umur | Berat badan (kg) | Tinggi Badan (cm) |
1—3 tahun | 13 | 92 |
4—6 tahun | 19 | 113 |
7—9 tahun | 27 | 130 |
Dampak gagal tumbuh pada anak
Terjadinya gagal tumbuh akan memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang.
Dampak jangka pendeknya ialah terganggunya respons imun serta meningkatkan risiko infeksi dan kematian.
Terganggunya respons imun dapat ditandai dengan diare kronis, demam, dan penurunan berat badan.
Apabila kondisi ini terus terjadi, maka dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan selanjutnya, perkembangan kognitif dan psikomotor, aktivitas fisik, perilaku, dan kemampuan belajar anak.
Sementara dampak jangka panjangnya, yaitu gangguan emosional dan intelektual. Selain itu, meningkatnya risiko penyakit kronis, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes.