backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Studi: Pola Asuh Religius Bikin Anak Sehat Mental?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 13/09/2021

    Studi: Pola Asuh Religius Bikin Anak Sehat Mental?

    Dalam membentuk kepribadian anak yang baik, selain menanamkan pendidikan moral, orang tua juga kerap menerapkan nilai-nilai religius. Ajaran keyakinan yang diterapkan pada anak diharapkan membuat mereka berlatih rasa tanggung jawab dalam bertingkah laku. Pola asuh religius juga bisa membantu seseorang untuk hidup lebih tenang.

    Pada 2018 lalu, sebuah studi yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Harvard pun menunjukkan bahwa pola asuh religius berperan penting untuk kesehatan mental anak. Bagaimana penjelasannya?

    Pola asuh religius baik untuk kesehatan anak

    pola asuh religius untuk kesehatan anak

    Ternyata, pola asuh religius yang diterapkan selama masa kanak-kanak dan remaja dapat membantu mereka untuk hidup lebih sehat dan sejahtera ketika mulai memasuki usia dewasa.

    Hasil ini didapatkan dari penelitian yang diterbitkan pada jurnal American Journal of Epidemiology. Pada penelitian tersebut, ditemukan bahwa orang-orang yang rutin menghadiri kegiatan agama mingguan di masa anak-anak dan remajanya melaporkan kepuasan hidup yang lebih tinggi.

    Selain itu, mereka memiliki kemungkinan yang lebih rendah untuk terpaku pada kebiasaan-kebiasaan kurang sehat dan lebih jarang terlibat dengan penggunaan narkoba jika dibandingkan dengan orang-orang yang tidak mendapatkan pendidikan religius.

    Penelitian dilakukan dengan menganalisis data dari peserta yang merupakan pasangan ibu dan anak. Peserta yang terdiri oleh lebih dari 5.000 pemuda pun diikuti perkembangannya selama 8—14 tahun.

    pola asuh religius anak untuk kesehatan

    Untuk menarik kesimpulan akhir, para peneliti juga mempertimbangkan berbagai faktor lain. Beberapa di antaranya meliputi kesehatan ibu, status sosial ekonomi, ada atau tidaknya riwayat penyalahgunaan obat dan gejala depresi.

    Hasilnya, pemuda yang rutin menghadiri layanan keagamaan melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi ketika memasuki masa tanggung menuju dewasa.

    Sedangkan mereka yang beribadah atau bermeditasi hampir setiap hari merasakan kepuasan hidup sebanyak 16% lebih tinggi dibanding yang tidak melakukannya.

    Selain itu, pemuda yang mengikuti pola asuh religius lebih jarang terlibat dalam perilaku seksual di bawah umur. Karena hal ini pula, mereka memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena penyakit infeksi seksual.

    Bagaimana keyakinan bisa memengaruhi kesehatan anak?

    pola asuh religius anak untuk kesehatan

    Terlepas dari agama apa pun yang dianut, memiliki keyakinan sudah terbukti dirasakan manfaatnya bagi banyak orang, baik dari segi kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

    Salah satu contohnya, pergi ke tempat ibadah secara teratur akan mempertemukan Anda dengan komunitas yang bisa memberikan dukungan moral, emosional, dan sosial. Hal tersebut dapat membuat kesehatan mental jadi lebih baik.

    Banyak orang yang pergi ke tempat ibadah ketika mereka sedang mengalami kesulitan. Tujuannya untuk berdoa dan meminta pertolongan pada Tuhan atau hanya untuk mencari tempat berkeluh kesah.

    Melihat hal ini setidaknya akan bantu membuat Anda merasa lebih baik karena mengetahui bahwa nyatanya tak hanya Anda yang terkena masalah.

    Praktik keagamaan di rumah seperti ibadah berjamaah juga dapat meningkatkan kebersamaan dan bisa menjadi momen untuk mendekatkan kembali hubungan Anda dengan orang-orang tercinta, baik pasangan, orang tua, maupun anak-anak.

    Terlebih lagi, partisipasi keagamaan dapat meningkatkan kesehatan psikologis melalui peningkatan harga diri. Selain itu, dapat mengurangi kecemasan akan masa depan dan membantu seseorang agar bisa menemukan makna dalam kehidupan.

    Pola asuh religius yang baik akan membuat anak mengerti dan mematuhi segala anjuran ini. Sehingga ketika dewasa nanti, mereka akan menjauhi hal-hal tersebut yang mana juga akan membantu menjaga kesehatan tubuh mereka.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 13/09/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan