Pada zaman yang sudah sangat modern ini, masih ada beberapa orang yang percaya dengan mitos atau disebut juga dengan takhayul. Mulai dari jangan membuka payung di dalam rumah, tidak boleh duduk di depan pintu karena dapat menjauhkan jodohnya, hingga harus menghabiskan nasi jika tidak ingin mereka menangis. Jika dipikirkan secara logika memang tidak masuk akal, mengapa ya orang masih percaya dengan takhayul?
Apa itu takhayul?
Mitos atau takhayul adalah sesuatu hal yang dikarang oleh seseorang berdasarkan khalayan mereka, alias bohong. Akan tetapi, ternyata takhayul di Indonesia bersifat untuk mengajarkan anak-anak terhadap hal-hal tertentu. Biasanya, takhayul ini dibentuk oleh kakek nenek Anda ketika Anda masih kecil.
Misalnya, Anda pastinya sering mendengar kalau nasinya tidak dihabiskan, bisa-bisa nasi tersebut akan menangis. Di dalam pikiran seorang anak kecil, tentu mereka tidak ingin hal itu terjadi entah hal tersebut menyeramkan atau justru membuat mereka sedih.
Oleh karena itu, mereka akan berusaha untuk menghabiskan nasinya dan membentuk sebuah kebiasaan untuk menghabiskan makanannya.
Contoh lainnya adalah tidak boleh menyapu pada malam hari karena dapat mengurangi rejeki Anda. Nah, jika disangkut pautkan dengan zaman dahulu, tentu menyapu di malam hari adalah kebiasaan yang tidak baik.
Sebelum ada penerangan, akan sulit bagi nenek Anda untuk menyapu di dalam kegelapan, bisa-bisa yang tersapu bukanlah sampah, melainkan perhiasan atau uang yang terjatuh.
Mengapa masih ada orang yang percaya dengan takhayul?
Seiring dengan berjalannya waktu, sudah seharusnya mitos tersebut dipatahkan dengan penjelasan logika namun sebagian orang masih bertahan pada prinsip tersebut.
Hal tersebut dikarenakan keyakinan tersebut dikembangkan oleh mereka dan merasa terikat oleh takhayul tersebut. Misalnya, Anda diberikan seutas gelang yang dapat membawa ‘keberuntungan’.
Lalu, Anda pun memakainya pada ujian tertentu dan berhasil memperoleh nilai yang baik sejak memakai gelang tersebut. Nah, dari sinilah Anda mulai percaya dan mengembangkan keyakinan sendiri terhadap gelang tadi.
1. Membuat alasan yang dapat dipercaya terhadap suatu kejadian
Pada kasus gelang ‘keberuntungan’ tadi sebenarnya adalah satu dari sekian banyak contoh. Anda tidak percaya diri ketika mengerjakan ujian tersebut, sehingga membutuhkan ‘dorongan’ untuk memperbaiki hal tersebut.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pikiran manusia senang memiliki kontrol atas kejadian yang tidak terduga. Oleh karena itu, kepercayaan terhadap takhayul tersebut berkembang karena Anda dapat menciptakan skenario yang menguntungkan Anda, meskipun Anda tahu itu tidak masuk akal.
2. Menenangkan pikiran
Walaupun takhayul adalah sebuah ilusi yang Anda ciptakan, ternyata berefek pada mental Anda yang menjadi jauh lebih tenang.
Para psikolog mengungkapkan bahwa tidak mengikuti ritual atau aturan dapat meningkatkan kekhawatiran pada manusia. Oleh karena itu, menciptakan sebuah ramalan yang menguntungkan dirinya sendiri tentu dapat menambah kepercayaan dan memuaskan diri sendiri ketika menjalani aktivitas.
Nah, sekarang sudah cukup jelas bukan mengapa orang masih ada yang percaya terhadap takhayul? Walaupun tidak terlihat berbahaya, memiliki kepercayaan seperti ini ternyata membuat benteng untuk Anda sulit berargumen di luar kepercayaan Anda.
Oleh karena itu, terkadang takhayul memberikan efek yang cukup negatif terhadap pola pikir Anda terhadap dunia. Bukannya sulit untuk diubah, tetapi seringkali tidak adanya kemauan untuk berubah pola pikirlah yang membuat takhayul tetap menetap di sana.