Pada kenyataannya, B berbohong pada pasangan. Ia bermain dengan teman-temannya dan memiliki kekasih baru. Perasaan B juga dilanda rasa cemas, sehingga ia tidak berkata jujur pada A dengan alasan takut menyakiti pasangan terkasih. B meminta tak perlu menayakannnya lagi, ketika belum sampai rumah di atas jam tujuh malam artinya ia sedang lembur.
Ini hanya salah satu contoh. Mungkin Anda memiliki pengalaman yang berbeda. Mengakui kebohongan pada pasangan bukanlah hal yang mudah.
Pertama, Anda harus siap dengan diri sendiri untuk jujur seutuhnya mengungkapkan apa yang selama ini ditutupi. Kedua, Anda harus siap dengan reaksi pasangan yang bisa sesuai atau di luar dugaan.
Berkata jujur dan mengakui kebohongan pada pasangan memang akan menyakiti perasaannya. Tindakan ini benar bagaimanapun reaksinya. Sementara itu, berkata tidak jujur memang tak akan menyakiti perasaan pasangan, tetapi kebiasan ini membawa kehancuran sebuah hubungan.
Meski hati tersayat, jujur adalah kunci hubungan langgeng

Apa yang Anda bayangkan ketika berkata jujur pada pasangan dan mengakui kebohongan yang selama ini disimpan? Marah besar, berteriak, menangis, pingsan, atau lainnya? Wajar ada banyak hal yang berkecamuk di dalam pikiran Anda.
Namun, belum tentu bicara jujur membuat pasangan bereaksi demikian. Siapa tahu dengan berkata apa adanya, ini akan membangun kepercayaan dan ikatan emosional yang lebih kuat. Ketika keduanya terbentuk kuat, sesungguhnya itulah yang diinginkan banyak pasangan saat berkata jujur.
Mungkin tak banyak yang sadar, tumpukan kebohongan bisa membuat skenario terburuk dalam kehidupan. Belum lagi jika menunda berkata jujur, bisa saja pasangan akan melihat kebenaran itu sendiri sebelum keluar dari mulut Anda.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar