Ungkapan “jodoh dalam genggaman’ memang paling pas menggambarkan cara masyarakat modern menemukan tambatan hatinya. Anda bisa bertemu dengan sosok ideal yang selama ini dicari-cari hanya dengan mengandalkan media sosial, situs perjodohan, atau aplikasi kencan yang termuat dalam telepon genggam. Namun jika tidak berhati-hati, Anda bisa terperangkap dalam modus penipuan yang tidak hanya merugikan secara emosional namun juga materil, seperti pada fenomena catfishing.
Kencan online dan fenomena catfishing
Internet telah lama menjadi lahan basah untuk kasus penipuan. Anonimitas adalah privilese pengguna internet yang kerap disalahgunakan untuk mengeruk keuntungan secara ilegal.
Fenomena catfishing menggambarkan kasus penipuan di dunia maya yang dilakukan oleh orang yang berpura-pura menunjukkan ketertarikan kepada orang lain, namun memiliki maksud tersembunyi. Aksi catfishing ini biasa terjadi dalam kencan online.
Mereka tidak muncul dengan identitas asli. Pelaku catfishing kebanyakan mencuri identitas orang lain atau berbohong mengenai asal-usulnya.
Orang yang melakukan catfishing bisa didasari oleh motif yang berbeda-beda. Ada yang hanya iseng sekadar bermain-main, kurang percaya diri, membalaskan dendam pribadi atau adapula yang ingin memeras harta orang yang berhasil ia perdaya.
Mulanya pelaku akan menguji ketertarikan target pada dirinya dengan bersikap selayaknya orang yang sedang melakukan pendekatan secara romantis. Apabila target memberi respons baik, pelaku kemudian melancarkan tipu muslihatnya.
Penipuan biasanya diawali dengan meminta hadiah atau perlakuan istimewa terlebih dahulu. Lama kelamaan pelaku akan mengeksploitasi kelemahan target lebih jauh sampai target benar-benar jatuh hati dan bersedia mempertaruhkan apapun untuk dirinya.
Kenapa orang mudah diperdaya?
Kasus penipuan di internet fenomena catfishing ini sebenarnya bukan lagi hal baru dan telah diwaspadai banyak orang. Namun, ternyata masih banyak orang yang terjebak, terlebih sampai merugi secara materil.
ScamWatch mencatat di tahun 2018 Australia menderita kerugian sekitar 25,5 juta dolar dari kasus penipuan berkedok pacar palsu di internet. Jumlah ini terhitung cukup besar melihat total kerugian yang disebabkan oleh kasus penipuan secara umum adalah 100, 7 juta dolar.
Bagaimana fenomena catfishing berhasil mengelabui banyak orang?
Orang yang memiliki hubungan emosional yang kuat dengan orang lain memang cenderung sangat mempercayai orang tersebut, apalagi ketika memiliki ketertarikan romantis.
Psikolog Edward Thorndike menyebut kondisi psikologis ini dengan istilah ‘halo effect’. Jika seseorang sudah memiliki rasa suka dari awal, ia akan terus memandang positif orang tersebut sekalipun orang yang disukainya telah melakukan perbuatan buruk.
Dalam fenomena catfishing, pelaku biasanya berhasil menarik perhatian target ketika memberikan impresi awal yang kuat. Kesan pertama yang berhasil menampilkan citra positif ini akan memperkuat pengaruh halo effect pada target.
Bagaimana cara menghindari catfishing?
Aksi catfishing mungkin memang sulit untuk dideteksi. Pasalnya, sulit untuk bisa memastikan bahwa seseorang serius memiliki ketertarikan kepada Anda. Apalagi saat komunikasi hanya terjalin di dunia maya, maka akan sulit menangkap kebohongan secara langsung.
Namun dalam setiap modus penipuan dengan motif romantis, biasanya pelaku menunjukkan beberapa perilaku aneh yang mencurigakan. Ia akan banyak beralasan dan terus menghindar jika diajak untuk bertemu secara langsung atau berkomunikasi melalui video chat.
Komunikasi yang dilakukan pun biasanya hanya dari satu platform media sosial saja. Anda juga bisa mengenali tanda-tanda kebohongannya melalui cerita dan penjelasannya yang tidak konsisten.
Trik pelacakan sederhana bisa dilakukan dengan mencari tahu sumber dari foto profil di halaman akun media sosialnya.
Terakhir, demi keamanan diri, setiap melakukan kencan online atau upaya pencarian jodoh lainnya, ada baiknya untuk skeptis terhadap maksud dan tujuan teman kencan Anda.