Melakukan prosedur aborsi atau menggugurkan kandungan tentu tidak mudah. Tidak hanya sakit fisik, psikologis wanita juga ikut terguncang. Namun, tahukah Anda bahwa prosedur ini sedikit memengaruhi reproduksi wanita? Mungkin Anda pernah berpikir, “Jangan-jangan karena setelah aborsi, saya jadi susah hamil?” Redam emosi Anda, berikut penjelasan secara medis hubungan aborsi dengan kesuburan wanita.
Risiko yang wanita alami setelah aborsi
Secara umum, aborsi sebenarnya tidak menyebabkan masalah kesuburan atau komplikasi dalam kehamilan.
Namun, mengutip dari NHS, aborsi sedikit berdampak pada kesuburan dan kehamilan berikutnya. Terutama bila melakukan aborsi yang tidak sesuai dengan prosedur kedokteran.
Risiko yang mungkin terjadi adalah penyakit radang panggul (PID), yaitu infeksi yang menyebar ke saluran telur dan ovarium wanita.
Bila terkena penyakit radang panggul setelah melakukan aborsi, Anda berisiko susah hamil dan kehamilan ektopik (hamil di luar rahim).
Akan tetapi, sebagian besar infeksi bisa dokter tangani sebelum mencapai tahap peradangan. Biasanya, dokter akan memberi resep antibiotik sebelum aborsi untuk mengurangi risiko aborsi.
Faktor lain yang membuat susah hamil setelah aborsi
American College of Obstetrician (ACOG) menjelaskan bahwa aborsi umumnya tidak memengaruhi kehamilan berikutnya.
Namun, kalau Anda susah hamil setelah aborsi, perhatikan beberapa faktor lain. Pasalnya, ada beberapa hal yang berpengaruh pada kesuburan Anda, seperti:
- usia 35 tahun ke atas,
- gaya hidup buruk (merokok dan menggunakan narkoba),
- penyakit menular seksual,
- diabetes,
- penyakit autoimun,
- gangguan hormonal, dan
- kualitas sperma pasangan.
Meski Anda pernah hamil dengan orang yang sama sebelumnya, kebiasaan dan penuaan bisa memengaruhi kesuburan pasangan.
[embed-health-tool-due-date]
Bila Anda susah hamil setelah aborsi, konsultasikan dengan dokter kandungan. Ceritakan secara rinci tentang prosedur mengeluarkan janin yang sebelumnya Anda lakukan, walau tidak mudah.
Pasalnya, hukum aborsi di Indonesia hanya boleh dilakukan pada kasus kegawatan yang mengancam nyawa dan korban perkosaan.
Meski begitu, stigma aborsi di Indonesia yang masih dianggap tabu membuat wanita tidak berani untuk melakukan aborsi dengan prosedur kedokteran.
Akhirnya menempuh jalan tidak sehat yang lebih berisiko terhadap kesehatan.
Waktu yang aman untuk hamil lagi setelah aborsi
Mengutip dari Reproductive Choices, telur sudah lepas ke rahim sejak 8 hari setelah melakukan aborsi. Ini membuat Anda bisa hamil pada siklus menstruasi berikutnya.
Namun, saat konsultasi, dokter akan menyarankan Anda menggunakan kontrasepsi setelah aborsi. Ini untuk mencegah kemungkinan hamil dengan jarak yang berdekatan setelah aborsi.
Selain itu, dokter juga menyarankan tidak berhubungan seksual dalam jangka waktu tertentu agar tubuh pulih terlebih dahulu.
Mengutip dari NHS, dokter merekomendasikan Anda untuk menunggu sampai perdarahan pada vagina berhenti. Ini untuk mencegah risiko infeksi pada vagina.
Meski begitu, kembali lagi ke pilihan masing-masing. Kehamilan semua tergantung dari kesiapan Anda dan pasangan untuk memiliki bayi.
Mungkin dampak dari aborsi beberapa waktu lalu masih terasa berat sampai sekarang.
Akan lebih bijak untuk tidak terburu-buru mencoba hamil lagi setelah aborsi karena tubuh Anda butuh waktu untuk pulih.
Setidaknya, Anda untuk melewati satu atau dua siklus datang bulan yang normal sebelum mencoba untuk hamil kembali.