Tidak dapat dipungkiri bahwa ibu yang hamil lebih dari satu janin atau kembar memiliki risiko komplikasi lebih tinggi.
Bukan hanya berdampak pada ibu, komplikasi ini tentunya juga sering membahayakan janin.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali berbagai risiko komplikasi kehamilan kembar sehingga Ibu bisa lebih waspada.
Macam-macam risiko komplikasi hamil kembar
Meski lebih berisiko, tidak berarti bahwa semua kehamilan kembar akan disertai komplikasi. Banyak ibu hamil kembar yang menjalani masa kehamilan dengan sehat hingga melahirkan.
Namun, supaya Ibu lebih waspada, tidak ada salahnya untuk mengenali berbagai masalah saat hamil kembar berikut ini.
1. Hipertensi gestasional
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa ibu hamil kembar memiliki risiko lebih besar mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Kondisi yang dikenal dengan hipertensi gestasional ini lebih banyak ditemukan pada kehamilan kembar karena produksi darah dan tekanan plasenta yang meningkat.
Hipertensi gestasional juga bisa berkembang lebih awal pada ibu hamil kembar. Pada kehamilan tunggal, hipertensi gestasional kerap ditemukan saat usia kandungan memasuki usia 20 minggu.
2. Anemia
Selama kehamilan, Ibu perlu berbagi berbagai zat gizi dengan janin. Ketika tubuh kekurangan zat besi dan vitamin B12, Ibu bisa mengalami anemia saat hamil.
Risiko komplikasi anemia menjadi lebih besar pada ibu yang hamil kembar. Pasalnya, dalam kondisi ini, Ibu harus lebih banyak berbagi zat gizi.
Untuk mencegahnya, pastikan Ibu memenuhi kebutuhan zat besi harian sesuai dengan anjuran dokter.
3. Preeklampsia
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal menyebutkan bahwa risiko preeklampsia pada ibu hamil kembar meningkat hingga 2–3 kali lipat.
Tekanan darah tinggi, keberadaan protein dalam urine, dam pembengkakan pada lengan serta kaki merupakan gejala utama preeklampsia.
Komplikasi preeklampsia pada ibu hamil kembar juga lebih cepat terjadi. Dengan begitu, dampak preeklampsia pun bisa lebih serius dan beragam.
Jika tidak segera diatasi, preeklampsia bisa berkembang menjadi eklampsia yang mengancam jiwa ibu dan janin.
4. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional hanya terjadi selama kehamilan, tepatnya pada trimester kedua. Kondisi ini terjadi ketika produksi insulin menurun drastis selama kehamilan.
Dibandingkan dengan kehamilan tunggal, komplikasi yang ditandai dengan gula darah tinggi ini memang lebih mungkin terjadi pada kehamilan kembar.
Ini karena pada kehamilan kembar, terdapat dua plasenta atau satu plasenta dengan ukuran yang lebih besar.
Peningkatan produksi hormon pada plasenta dinilai membuat produksi insulin terganggu. Akibatnya, gula darah ibu hamil pun melonjak drastis.
5. Abruptio plasenta
Ibu hamil kembar memiliki risiko hingga tiga kali lipat mengalami komplikasi abruptio plasenta. Ini merupakan kondisi saat plasenta lepas sebelum waktunya.
Jika plasenta terlepas, janin tidak akan mendapat asupan oksigen dan zat gizi yang cukup. Pada beberapa kasus, abruptio plasenta perlu diatasi dengan operasi caesar.
Abruptio plasenta juga erat kaitannya dengan risiko preeklampsia selama kehamilan. Kondisi ini paling sering ditemukan saat memasuki trimester tiga.
6. Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
IUGR adalah kondisi yang membuat janin tidak bisa berkembang dengan sempurna. Penyebabnya yakni karena asupan zat gizi ibu hamil kembar menjadi rebutan janin.
Melansir dari laman American Pregnancy Association, kondisi ini lebih sering ditemukan pada ibu hamil lebih dari satu janin karena pertumbuhan kehamilan kembar bisa melambat pada titik tertentu.
Tingkat pertumbuhan hamil kembar dua cenderung melambat pada minggu ke-30 sampai 32 kehamilan.
Sementara itu, pertumbuhan kehamilan kembar tiga dan empat melambat pada minggu ke-27 sampai 28 dan ke-25 sampai 26 secara berturut-turut.