backup og meta

Tanda dan Gejala Penyakit Chikungunya yang Harus Anda Waspadai

Tanda dan Gejala Penyakit Chikungunya yang Harus Anda Waspadai

Nyamuk tak hanya meninggalkan bekas gigitan yang mengganggu penampilan, tapi juga membawa risiko penyakit infeksi. Nah, salah satu penyakit infeksi yang ditularkan dari gigitan nyamuk adalah chikungunya. Mungkin Anda sudah pernah mendengar penyakit ini, tetapi masih banyak orang yang tidak mengenali tanda-tanda dan gejalanya. Artikel ini akan mengupas tuntas apa saja gejala penyakit chikungunya, serta kapan Anda harus mewaspadai penyakit ini.

Gejala-gejala umum penyakit chikungunya

Chikungunya adalah penyakit infeksi virus chikungunya (CHIKV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ya, penyakit ini ditularkan oleh nyamuk yang sama dengan nyamuk penyebab demam berdarah.

Jika nyamuk Aedes mengisap darah dari seseorang yang sudah terinfeksi virus sebelumnya, nyamuk tersebut bisa menularkan virus ke manusia lain.

Penyakit ini lebih banyak ditemukan di negara-negara beriklim hangat, seperti Asia dan Afrika. Di Indonesia, jumlah kasus chikungunya diperkirakan sempat meroket hingga 52.000 pada tahun 2010.

Meski saat ini sudah mengalami penurunan, penyakit ini masih harus diwaspadai karena gejalanya yang serupa dengan penyakit infeksi akibat gigitan nyamuk Aedes lainnya, seperti demam berdarah (DBD) dan Zika. Tidak mengherankan jika penyakit ini terkadang sulit untuk didiagnosis dan dibedakan dengan gejala penyakit lain.

Sebanyak 75-97% kasus chikungunya menunjukkan gejala-gejala, sehingga keberadaan penyakit ini umumnya bisa terdeteksi segera. Berikut adalah ciri-ciri chikungunya yang paling umum ditemukan:

1. Demam

Seperti kebanyakan penyakit infeksi, kemunculan chikungunya biasanya akan ditandai dengan demam tinggi. Demam chikungunya bisa mencapai di atas 38,9 derajat Celsius. Umumnya, demam chikungunya akan turun setelah 1 minggu.

Menurut artikel dari Indonesia International Institute for Life Sciences, dibutuhkan waktu 2-12 hari sejak tubuh manusia terpapar virus chikungunya hingga menunjukkan gejala demam pertama kali. Masa ini disebut dengan masa inkubasi.

2. Nyeri sendi dan otot

Gejala lain yang paling khas dari chikungunya adalah rasa sakit parah di sendi dan otot. Maka dari itu, banyak pula yang menyebut gejala penyakit ini dengan istilah “flu tulang”.

Rasa nyeri ini bisa dialami di beberapa bagian tubuh, seperti:

  • Pergelangan tangan
  • Siku
  • Jari tangan
  • Lutut
  • Pergelangan kaki

Nyeri sendi dan otot bisa bertahan lama hingga beberapa hari, bahkan beberapa bulan atau tahun meski gejala-gejala lainnya sudah membaik.

Dalam beberapa kasus, nyeri sendi dan otot juga bisa menyebabkan pembengkakan di area tubuh yang terserang virus, serta kesulitan menggerakkan bagian tubuh atau berjalan.

3. Mata merah

Gejala mata merah juga ditemukan dalam beberapa kasus chikungunya. Virus chikungunya diketahui dapat menyebabkan berbagai masalah mata, seperti:

  • Konjungtivitis (peradangan pada konjungtiva)
  • Retinitis (peradangan pada retina)
  • Neuritis optik (peradangan pada saraf optik mata)

Peradangan ini yang mengakibatkan mata terlihat lebih merah dari biasanya. Terkadang, masalah mata juga disertai dengan kondisi lebih sensitif terhadap cahaya alias fotofobia. Beberapa pasien chikungunya juga melaporkan adanya rasa sakit di bagian belakang mata.

4. Gejala chikungunya lainnya

Selain gejala-gejala di atas, chikungunya juga terkadang ditandai dengan ciri-ciri lainnya, seperti:

  • Sakit tenggorokan
  • Kehilangan nafsu makan
  • Mual dan muntah
  • Ruam kulit, terutama di wajah dan leher
  • Sakit punggung
  • Pembengkakan kelenjar getah bening

Kapan harus periksa ke dokter?

Apabila mengalami demam dan nyeri sendi yang teramat parah, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, terutama jika Anda tinggal atau baru saja bepergian dari wilayah dengan kasus chikungunya yang tinggi.

Chikungunya memang merupakan penyakit yang sebenarnya bisa sembuh dengan pengobatan sederhana dan jarang menimbulkan komplikasi yang fatal. Namun, gejala-gejalanya bisa berkembang semakin parah dan berpotensi menyebabkan masalah sendi kronis yang berkepanjangan.

Tak semua orang berisiko mengalami perkembangan penyakit yang semakin parah. Berikut adalah orang-orang yang berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi chikungunya:

  • Lansia di atas 65 tahun
  • Bayi dan anak-anak
  • Orang-orang dengan penyakit penyerta tertentu (komorbid), seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung

Oleh karena itu, apabila Anda atau orang-orang di sekitar Anda termasuk dalam golongan berisiko di atas dan mengalami gejala-gejala yang tidak wajar, segera periksa ke dokter.

Bagaimana dokter mendiagnosis chikungunya?

Dokter akan menanyakan gejala-gejala yang Anda alami, riwayat kesehatan, serta apakah Anda baru saja pulang dari tempat dengan kasus chikungunya yang tinggi.

Jika Anda menunjukkan gejala-gejala seperti demam yang muncul mendadak disertai nyeri sendi dan otot parah, dokter akan membuat dugaan bahwa Anda terinfeksi virus chikungunya. Namun, karena gejalanya yang serupa dengan penyakit infeksi lainnya, dokter perlu melakukan tes kesehatan tambahan untuk memastikannya.

Berikut adalah tes kesehatan yang perlu Anda jalani untuk mencari tahu apakah Anda memang benar terserang chikungunya:

  • Enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA)

    Tes ini bertujuan untuk mengukur antibodi, antigen, protein, serta glikoprotein dalam darah Anda. Dengan tes ini, dokter dapat mengetahui adanya antibodi tubuh yang terbentuk jika tubuh terinfeksi virus chikungunya.

  • Reverse transcriptase–polymerase chain reaction (RT–PCR)

    Jika tes ELISA mengecek antibodi tubuh, RT-PCR digunakan untuk mengenali jenis virus yang menginfeksi tubuh pasien.

Hingga saat ini, belum ada jenis obat yang sudah dipastikan bisa membunuh virus chikungunya dalam tubuh manusia. Pengobatan chikungunya yang ada saat ini hanya bertujuan untuk meringankan gejala-gejala penyakit.

Agar terhindar dari bahaya penyakit ini, Anda bisa melakukan pencegahan chikungunya dengan langkah-langkah berikut:

  • Memakai obat nyamuk dengan kandungan DEET (diethyl-meta-toluamide)
  • Memakai pakaian tertutup seperti celana panjang dan baju berlengan panjang
  • Menghindari pergi ke daerah dengan wabah chikungunya
  • Mengurangi berkegiatan di luar ruangan pada sore dan malam hari saat nyamuk sedang aktif berkeliaran
  • Memasang kelambu di kamar atau tempat tidur
  • Membersihkan penampungan air di rumah

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Chikungunya virus – CDC. (2019). Retrieved December 3, 2020, from https://www.cdc.gov/chikungunya/index.html 

Chikungunya virus: Symptoms and Treatment – CDC. (2019). Retrieved December 3, 2020, from https://www.cdc.gov/chikungunya/symptoms/index.html 

Chikungunya virus: Clinical Evaluation & Disease – CDC. (2019). Retrieved December 3, 2020, from https://www.cdc.gov/chikungunya/hc/clinicalevaluation.html 

Chikungunya virus: Diagnostic Testing – CDC. (2019). Retrieved December 3, 2020, from https://www.cdc.gov/chikungunya/hc/diagnostic.html 

Is it Chikungunya or Dengue? – CDC. (2019). Retrieved December 3, 2020, from https://www.cdc.gov/grand-rounds/pp/2015/20150519-pdf-dengue-chikungunya-508.pdf  

Chikungunya – MedlinePlus. (2019). Retrieved December 3, 2020, from https://medlineplus.gov/chikungunya.html 

Chikungunya – WHO. (2020). Retrieved December 3, 2020, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/chikungunya 

Indonesia General Health Risks: Chikungunya – IAMAT. (2020). Retrieved December 3, 2020, from https://www.iamat.org/country/indonesia/risk/chikungunya 

Chikungunya – National Organization for Rare Disorders. (n.d.). Retrieved December 3, 2020, from https://rarediseases.org/rare-diseases/chikungunya/ 

Johnson, B. W., Russell, B. J., & Goodman, C. H. (2016). Laboratory Diagnosis of Chikungunya Virus Infections and Commercial Sources for Diagnostic Assays. The Journal of infectious diseases, 214(suppl 5), S471–S474. https://doi.org/10.1093/infdis/jiw274 

Sutiono, DR., Gunawan, JD. (2017). Dengue, Chikungunya, and Zika: Differences in Similarities. Indonesia International Institute for Life Sciences, (44)3. 

Hawman, D. W., Stoermer, K. A., Montgomery, S. A., Pal, P., Oko, L., Diamond, M. S., & Morrison, T. E. (2013). Chronic joint disease caused by persistent Chikungunya virus infection is controlled by the adaptive immune response. Journal of virology, 87(24), 13878–13888. https://doi.org/10.1128/JVI.02666-13 

Mahendradas, P., Avadhani, K., & Shetty, R. (2013). Chikungunya and the eye: a review. Journal of ophthalmic inflammation and infection, 3(1), 35. https://doi.org/10.1186/1869-5760-3-35 

Arif, M., Taura, P., Kosasih, H., Pelupessy, NM., et al. (2020). Chikungunya in Indonesia: Epidemiology and diagnostic challenges. PLOS Neglected Tropical Diseases, https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0008355

Versi Terbaru

08/01/2021

Ditulis oleh Shylma Na'imah

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

9 Mitos Seputar Mata yang Perlu Diluruskan

4 Langkah Pencegahan Malaria yang Efektif


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 08/01/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan