Di saat kebanyakan dari kita dapat melihat pemandangan dan mendengar suara, beberapa orang ternyata mampu merasakan warna dan melihat suara. Kemampuat tersebut dikenal dengan nama sinestesia, yakni fenomena neurologis langka yang membuat seseorang mampu merasakan warna.
Apa itu sinestesia?
Sinestesia adalah fenomena neurologis di mana otak menimbulkan beberapa persepsi berupa penglihatan, suara, ataupun rasa dari suatu respons indera. Istilah ini dikenal sejak abad ke-19 dan ditemukan berdasarkan laporan orang-orang yang mengaku melihat warna lain saat mereka menulis menggunakan pena hitam.
Setiap orang yang mempunyai kemampuan ini memiliki persepsi berupa penglihatan, pendengaran, atau sensasi lainnya dari hal-hal yang biasanya tidak menimbulkan respon indra tersebut. Misalnya, ia akan langsung melihat warna merah saat ia mendengar atau membaca kata “Senin”, sedangkan setiap mendengar atau melihat kata “Selasa” ia akan langsung melihat warna biru.
Empat jenis sinestesia
Hingga saat ini terdapat beberapa jenis sinestesia yang sudah dikenali seperti di bawah ini.
- Warna, merupakan jenis sinestesia yang paling umum, biasanya berkaitan dengan warna huruf atau kata. Misalnya seorang dengan sinestesia berpendapat huruf “A” berwarna merah dan “B” berwarna biru, namun persepsi warna dan huruf tersebut dapat berbeda pada orang lain.
- Pola atau bentuk, mengasosiasikan suatu kata dengan bentuk atau pola tertentu, misalnya kata saat mendengar “bulan” berkaitan dengan pola spiral atau lingkaran.
- Rasa dan aroma, kondisi ini dapat memicu persepsi rasa terjadi saat seseorang mengalami sensasi pengecap, tekstur, ataupun suhu saat melihat warna atau mendengar suatu kata. Ada juga stimulus yang berkaitan dengan suatu aroma atau bau tertentu yang muncul terkait bentuk atau warna, namun jenis ini termasuk jarang.
- Sensasi sentuhan, merupakan jenis sinestesia yang menimbulkan presepsi seperti disentuh saat melihat orang lain disentuh. Sebaliknya, ada juga orang yang mengalami sensasi penglihatan atau warna setiap kali ia disentuh.
Apa penyebabnya?
Terdapat suatu teori yang menjelaskan bahwa fenomena sinestesia terjadi karena otak orang tersebut memiliki sambungan neuron yang berbeda, atau memiliki sambungan ekstra dibandingkan otak pada umumnya. Hal ini dibuktikan dengan suatu studi pencitraan otak yang menunjukkan bahwa otak seseorang yang mampu merasakan warna atau kemampuan serupa mengalami peningkatan aktivitas pada bagian yang memproses warna, bersamaan saat sedang mendengar suatu kata.
Gejala sinestesia dapat muncul semenjak usia anak-anak. Tidak diketahui secara pasti bagaimana seseorang dapat memperoleh sinestesia, namun fenomena ini dapat diturunkan dalam keluarga. Sinestesia juga memiliki pola hereditari yang unik karena tidak selalu muncul di setiap generasi dan setiap anggota keluarga dapat memiliki jenis sinestesia yang berbeda. Hal ini menunjukkan selain faktor genetik, lingkungan juga dapat mempengaruhi.
Apa yang dirasakan oleh seseorang yang memiliki sinestesia?
Para peneliti berpendapat bahwa fenomena ini merupakan suatu kelebihan yang memengaruhi kinerja otak. Akan tetapi menurut suatu hasil wawancara dilansir NHS Inggris, individu dengan sinestesia memiliki pendapat yang bervariasi akan kondisinya. Sebagian besar memiliki pendapat positif dan beberapa berpendapat netral karena sudah terbiasa dan tidak mengganggu aktivitas mereka, namun sebagian kecil berpendapat bahwa gejala ini dapat mengganggu saat sedang berpikir.
Salah satu keuntungan yang mungkin dialami seseorang dengan sinestesia adalah otak yang lebih kreatif. Seorang ilmuan neurologi kognitif Vilayanur Ramachan berpendapat bahwa kondisi ini merupakan mutasi genetik yang tidak hanya membuat seseorang merasakan sensasi yang tidak biasa, namun juga dapat memunculkan ide dan mendorong kreativitas yang lebih besar. Terlebih lagi fenomena ini lebih banyak ditemukan pada kelompok seniman, penyair dan novelis dibandingkan pada kelompok lainnya.
Sayangnya tidak semua orang memiliki sinestesia sepanjang hidupnya karena fenomena ini dapat berakhir. Terdapat beberapa kasus di mana seseorang bisa kehilangan kemampuan ini. Hal tersebut dapat terjadi karena otak terus mengalami perubahan dari masa anak-anak hingga dewasa.
Hal lain yang dapat memicu gejala serupa
Gejala yang mirip dengan sinestesia dapat muncul saat seseorang berhalusinasi karena mengonsumsi obat halusinogen seperti asam lisegrat dietilmida (LSD). Namun pengalaman ini akan langsung hilang ketika sudah tidak dibawah pengaruh obat.
Sinestesia pada umumnya hanya terjadi dan disadari sejak usia muda, namun jika secara tiba-tiba terjadi pada orang dewasa, hal ini dapat menjadi pertanda adanya gangguan alat indera (pendengaran atau penglihatan) ataupun gangguan pada otak seperti penyakit stroke. Segera periksakan ke dokter jika Anda baru mulai mengalami gejala serupa secara tiba-tiba pada usia dewasa.
[embed-health-tool-bmi]