Apakah Anda tahu bahwa di dalam tubuh Anda terdapat setidaknya 100 triliun bakteri? Bakteri tersebut menyebar dan berada di permukaan kulit, dalam mulut, dan hidung. Namun, paling banyak bakteri itu tinggal pada sistem pencernaan termasuk usus.
Mengenal bakteri dalam usus
Bakteri-bakteri baik terdapat di dalam usus manusia dan berfungsi untuk membantu pencernaan dan metabolisme tubuh. Tidak hanya baik untuk kesehatan pencernaan, bakteri baik juga dapat mencegah penyakit jantung.
Bakteri baik juga berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu perkembangan kesehatan mental serta kognitif anak, serta dapat membantu menurunkan berat badan Anda.
Para ahli bahkan menyebut perut sebagai otak kedua dari manusia karena memiliki bakteri di dalamnya. Bakteri tersebut mempunyai hubungan langsung dengan otak dan dapat mengatur mood dan tindakan Anda hampir sama seperti otak.
Para ahli menyatakan bahwa bakteri baik terbentuk sejak bayi sesaat setelah dilahirkan. Kelahiran yang normal dapat membuat anak memiliki bakteri baik lebih banyak dan beragam. Hal ini pun bisa membantu perkembangan serta pertumbuhannya.
Di dalam tubuh, bakteri baik tumbuh pada kisaran keasaman (pH) sebesar 6,7 – 6,9. Namun, tidak semua bakteri yang ada di dalam usus manusia itu baik, ada beberapa jenis bakteri yang justru dapat mengganggu kesehatan.
Cara menjaga dan meningkatkan bakteri baik dalam usus
Jumlah bakteri baik ataupun buruk ditentukan dengan berbagai faktor, terutama gaya hidup. Lalu, bagaimana agar bakteri baik jumlahnya meningkat dan jumlah bakteri buruk menurun?
1. Mengurangi konsumsi gula dan makanan olahan
Gula merupakan jenis karbohidrat sederhana (monosakarida) yang sangat mudah dicerna oleh tubuh dan terdiri dari glukosa dan fruktosa.
Ketika gula terlalu banyak masuk ke tubuh, mereka akan langsung diserap dan tidak memerlukan bantuan bakteri baik untuk mencernanya sehingga bakteri baik tidak mendapatkan ‘makanan’. Hal tersebut membuat bakteri baik kelaparan.
Kemudian, bakteri yang lapar akan menggerogoti lapisan lendir dinding-dinding usus. Padahal, lapisan lendir yang ada pada usus berperan sebagai pelindung usus dan jika rusak maka akan terjadi peradangan pada usus.
Selain itu, gula merupakan sumber makanan utama dari bakteri buruk dalam tubuh, yaitu Candida albican yang merupakan bakteri penyerang dan perusak dinding usus.
2. Makan lebih banyak sayuran, buah-buahan, dan serat
Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dapat memperbanyak jenis bakteri baik di dalam usus. Berbeda dengan gula, serat sangat memerlukan bakteri baik untuk mencernanya dan agar bisa diserap oleh tubuh.
Serat bisa disebut sebagai sumber makanan yang diperlukan bagi bakteri baik karena proses pencernaanya tidak mudah.
Konsumsi serat yang dianjurkan untuk dimakan dalam satu hari yaitu sebanyak 33 – 39 gram per hari. Selain itu, serat juga berfungsi menjaga lapisan lendir yang ada pada usus.
3. Membatasi antibiotik
Antibiotik merupakan musuh dari bakteri dalam tubuh. Tidak hanya bakteri yang tidak baik yang dilawan oleh antibiotik, tetapi bakteri baik pun terkena dampaknya.
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa orang yang mengonsumsi antibiotik dalam waktu yang lama dengan dosis yang banyak akan mengurangi jumlah serta jenis dari bakteri baik di dalam usus.
4. Konsumsi probiotik
Probiotik merupakan mirkoorganisme yang dapat membantu menjaga jumlah bakteri baik dan menyeimbangkan jumlah bakteri buruk di dalam tubuh.
Probiotik terdiri dari dua jenis yaitu Lactobacillus dan Bifidobacterium.
Mereka terdapat pada berbagai makanan dan minuman seperti, yogurt, tempe, kimchi, dark chocolate, serta makanan yang telah difermentasi.
5. Tidak stres
Ketika Anda mengalami stres, tubuh akan mengeluarkan berbagai jenis hormon untuk merespons stres yang terjadi, seperti meningkatkan adrenalin dan sistem imun mengeluarkan sitokin yaitu zat untuk menangani peradangan.
Jika stres terus terjadi, sistem kekebalan tubuh akan terus mengirimkan sinyal peradangan ke seluruh bagian tubuh, termasuk bakteri baik.
Pada keadaan normal, bakteri baik bersama sistem kekebalan tubuh akan menjaga dan melawan semua benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Namun, ketika sinyal peradangan terus diterima oleh bakteri baik dalam usus, ini dapat mengganggu fungsi bahkan jumlahnya.
6. Tidur yang cukup
Jumlah bakteri yang ada pada tubuh sangat mudah berubah. Salah satu penyebabnya yaitu karena kekurangan tidur. Ketika tidur, bakteri yang ada dengan alami akan memperbanyak atau memproduksi dirinya sendiri.
Meski belum terbukti hubungan antara keduanya, para ahli memiliki hipotesis bahwa bakteri berhubungan dengan sirkulasi darah, pengaturan jantung dan siklus tidur, serta pengaruh pada hormon yang berfungsi untuk mengontrol waktu tidur.
Saat tubuh tidak cukup tidur, maka hormon akan terganggu dan ritme sirkulasi tidak normal. Hal inilah yang mempengaruhi bakteri baik dalam tubuh.
7. Berolahraga
Bakteri baik yang ada pada usus manusia Anda perlu melakukan aktivitas fisik dan bergerak secara rutin.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Irlandia melibatkan sebanyak 40 pemain olahraga rugby menjelaskan perihal faktor ini.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa bakteri baik yang ada pada pemain olahraga itu lebih banyak jenisnya dibandingkan dengan jenis bakteri baik pada orang yang tidak melakukan olahraga secara rutin.
Tidak hanya itu, diketahui juga terjadi peningkatan jumlah Lactobacillus, Bifidobacterium, dan B. coccoides pada orang yang sering melakukan olahraga rutin.
8. Membatasi konsumsi daging merah dan berbagai produk hewani
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari Harvard melakukan percobaan beberapa orang responden yang diberikan berbagai makanan protein hewani dalam beberapa minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bakteri baik yang ada pada responden tersebut menurun.
Percobaan lain dilakukan pada tikus yang diberi asupan makanan sumber hewani dan hasilnya diketahui jumlah bakteri Bilophila pada usus tikus meningkat.
Bakteri tersebut merupakan bakteri buruk yang menyebabkan peradangan pada sistem pencernaan.
[embed-health-tool-bmr]