backup og meta

Apakah Vape Bisa Menyebabkan Ketagihan?

Apakah Vape Bisa Menyebabkan Ketagihan?

Rokok elektrik alias vape didesain dengan tujuan agar lama-kelamaan orang akan berhenti merokok. Vape berbeda dengan rokok biasa yang menggunakan tembakau. Orang-orang pun mulai beralih pada vape yang katanya lebih baik, alasannya vape dibuat sedekian rupa agar asap yang dikeluarkan tidak menimbulkan polusi sehingga aman untuk tubuh. Tapi benarkah seperti itu?

Vape memang tidak memakai tembakau, tapi tahukah Anda bahwa nikotin tetap ada dalam cairan vape? Listrik dibutuhkan untuk mengalirkan nikotin dalam bentuk aerosol. Hmm, kalau begitu, vape menyebabkan kecanduan juga tidak ya?

Apakah vape menyebabkan kecanduan?

liquid vape

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, rokok elektrik juga mengandung nikotin. Kita sering mendengar bahwa nikotin merupakan zat adiktif. Artinya zat ini dapat menyebabkan ketergantungan.

Nikotin dapat membentuk seberapa besar tingkat ketergantungan pada tubuh kita, sehingga Anda akan kesulitan untuk menguranginya.

Inilah salah satu penyebab Anda kesulitan untuk berhenti merokok meski sudah tahu ada banyak sekali bahaya kesehatan yang mengintai bila tetap merokok.

Penyebab lainnya adalah tubuh Anda akan menunjukkan gejala fisik saat Anda berhenti mengonsumsinya, contohnya seperti mual, pusing, dan batuk.

Para pengguna vape atau rokok elektrik tetap berpotensi menyebabkan ketergantungan sebab tabung dengan tegangan tinggi pada vape dapat mengalirkan nikotin dalam jumlah besar ke dalam tubuh.

Bahkan, beberapa sumber berpendapat bahwa Anda lebih rentan menyerap banyak nikotin saat vaping.

Berdasarkan American Lung Association, kebanyakan orang dewasa mulai merokok pada usia 18 tahun bahkan lebih muda.

Hal ini juga yang menyebabkan kecanduan semakin kuat. Lah, mengapa bisa begitu?

Ada fakta yang menyebutkan bahwa jika Anda mulai mengonsumsi nikotin pada usia yang sangat muda, kemungkinan kecanduan Anda akan semakin kuat.

Dengan kata lain, tingkat ketergantungan yang telah terbentuk di dalam tubuh sudah cukup besar sehingga setiap hari Anda akan menginginkannya lagi dan lagi.

Menurut K. Vendrell Rankin, pimpinan Texas A&M University Baylor College of Dentistry’s Tobacco Treatment Services, setiap orang memiliki reseptor nikotin di dalam otak.

Alhasil, ketika Anda mulai merokok atau vaping, reseptor ini akan memberikan respon peningkatan kebutuhan akan nikotin. Jadi, saat Anda berhenti merokok atau vaping, reseptor itu tidak akan ikut menghilang juga.

Meski kandungan vape bebas dari tembakau, nikotin tetap cepat meningkatkan ketergantungan.

Hal ini disebabkan karena nikotin dalam bentuk apa pun dapat memicu melepaskan neurotransmitter seperti adrenalin dan dopamine, yang memiliki dampak pada sistem tubuh.

Dopamine yang mempengaruhi otak dapat menyebabkan ingin nikotin lebih banyak lagi.

Studi Harvard yang dikutip oleh situs Medical Daily mengungkapkan bahwa ada zat lain yang juga aditif, yakni pyrazine. Pyrazine juga dapat memperkuat kualitas nikotin.

Zat tersebut juga ditemukan pada rokok elektrik.

Bagaimana dengan bahan perasa pada cairan vape?

kandungan liquid vape

Pyrazine juga dideskripsikan sebagai perpaduan antara perasa dan aroma asap tembakau.

Meskipun produsen cairan vape mungkin merahasiakan resep perasa tersebut, rokok elektrik mengandung beberapa zat aditif pada rokok biasa. Perasa tambahan itu digunakan sebagai ‘pemanis’ dari bermain uap vape.

Sebetulnya cukup aman menggunakan bahan perasa tersebut, tapi hal ini menimbulkan kekeliruan. Aman untuk dimakan bukan berarti aman untuk dihirup.

Food and Drug Administration di Amerika Serikat memperingatkan risiko kesehatan publik akibat vaping. Tentu orang dewasa legal menggunakan vape, tetapi tidak dengan anak kecil.

Memang, belum ada yang mengungkapkan bahwa bahan perasa tersebut menyebabkan ketergantungan. Namun, salah satu bahan yang bernama diacetyl dapat menyebabkan penyakit paru-paru yang serius.

Apakah benar vape dapat membantu Anda berhenti merokok?

cara berhenti merokok

Memang klaimnya seperti itu, rokok elektrik dibuat agar perlahan orang akan terbiasa untuk tidak merokok. Namun dengan adanya nikotin di dalam cairan perasa, rasanya cukup sulit juga mempercayainya.

Bahkan, menurut FDA’s Center for Drug Evaluation and Research, rokok elektrik bukan metode yang aman bagi para perokok yang ingin berhenti merokok.

Pengguna vape yang juga perokok tetap merokok tembakau, meskipun ia juga menggunakan vape.

Nikotin yang berlebihan masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan keracunan. Dalam kasus keracunan yang parah, perokok atau pengguna vape dapat mengalami kejang dan depresi pernapasan.

Risiko kematian pun tetap ada saat Anda telah mengonsumsi nikotin di atas batas wajar. Sekitar 30-60 mg nikotin dapat membunuh orang dewasa.

Jadi, bukan suatu alasan untuk mengonsumsi vape agar bisa berhenti merokok. Keduanya, baik merokok tembakau maupun vape (rokok elektrik) sama-sama berisiko menimbulkan masalah kesehatan yang tidak sepele.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Does vaping prep teens for lifelong addiction? Retrieved 16 April 2021, from http://www.futurity.org/teens-e-cigarettes-vaping-988602-2/

Nicotine Alone Does Not Lead To Addiction: Additives Found In Both Light Cigarettes And E-cigs Harmful. Retrieved 16 April 2021, from http://www.medicaldaily.com/nicotine-alone-does-not-lead-addiction-additives-found-both-light-cigarettes-and-e-337470

E-cigarettes and Lung Health. Retrieved 16 April 2021, from ://www.lung.org/stop-smoking/smoking-facts/e-cigarettes-and-lung-health.html?referrer=https://www.google.co.id/

 

Versi Terbaru

16/04/2021

Ditulis oleh Rizki Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Karinta Ariani Setiaputri


Artikel Terkait

Kenapa Berhenti Merokok Malah Membuat Sakit dan Tidak Enak Badan?

Kecanduan Nikotin


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Rizki Pratiwi · Tanggal diperbarui 16/04/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan