backup og meta

Mengenal Gejala hingga Pengobatan Inkontinensia Stres pada Wanita

Mengenal Gejala hingga Pengobatan Inkontinensia Stres pada Wanita

Kesulitan untuk menahan keinginan buang air kecil dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Kondisi ini disebut juga dengan inkontinensia urine. Salah satu jenis inkontinensia urine adalah inkontinensia stres yang lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan dengan pria. Berikut penjelasan seputar inkontinensia stres pada wanita.

Apa itu inkontinensia stres?

Inkontinensia stres adalah kondisi ketika urine keluar dengan sendirinya (bocor) akibat melakukan gerakan yang menekan kandung kemih dan uretra.

Banyaknya urine yang keluar dapat berbeda-beda. Pada beberapa penderita, urine yang keluar mungkin hanya beberapa tetes.

Namun pada penderita lainnya, urine dapat keluar cukup banyak hingga menyebabkan pakaian terlihat basah.

Dibandingkan dengan pria, wanita lebih sering mengalami inkontinensia stres.

Seberapa umum inkontinensia stres pada wanita?

Inkontinensia stres diketahui lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Akan tetapi, jarang dari penderita yang melakukan pemeriksaan ke dokter terkait kondisi ini.

Berdasarkan data dari Urologyhealth, sekitar 1 dari 3 wanita mengalami inkontinensia stres sekali seumur hidup.

Sama seperti jenis inkontinensia urine yang lain, inkontinensia jenis ini dapat terjadi sementara atau terus menerus (kronis).

Inkontinensia stres dapat terjadi di semua golongan usia, tetapi lebih sering dialami oleh wanita berusia di atas 50 tahun.

Umumnya, sekitar 1 per 3 wanita berusia 60 tahun terkadang akan mengalami inkontinensia stres. Sementara untuk usia 65 tahun ke atas, sekitar 1 dari 2 wanita berpotensi mengalami kondisi ini.

Mengapa inkontinensia lebih sering terjadi pada wanita?

Struktur anatomi tubuh wanita, seperti uretra yang lebih pendek dan lebih dekat dengan anus, dapat membuat wanita lebih rentan terhadap inkontinensia stres. Maka dari itu, tekanan pada kandung kemih, seperti yang terjadi selama tertawa, batuk, atau angkat beban, dapat dengan mudah menyebabkan kebocoran urine pada wanita.

Apa gejala inkontinensia stres?

inkontinensia stres pada wanita

Kebocoran urine umumnya terjadi akibat otot sfingter di ujung kandung kemih yang berfungsi menahan urine, justru tidak mampu menahan tekanan.

Akibatnya, otot tersebut sedikit terbuka saat Anda melakukan gerakan yang kuat secara tiba-tiba, seperti:

  • gerakan olahraga,
  • bersin,
  • batuk,
  • tertawa,
  • mengangkat benda berat, maupun
  • berhubungan seksual.

Jika kondisi yang dialami cukup parah, inkontinensia stres juga dapat terjadi saat melakukan gerakan yang ringan, misalnya berdiri, berjalan, atau menunduk.

Apa penyebab inkontinensia stres pada wanita?

Inkontinensia stres disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul wanita yang menopang uretra dan otot sfingter yang mengendalikan keluarnya urine.

Kandung kemih akan membesar seiring dengan semakin banyaknya jumlah urine yang disimpan.

Pada kondisi normal, otot sfingter yang menyerupai katup pada uretra akan menahan urine agar tetap berada di dalam kandung kemih hingga urine siap dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

Jika otot tersebut melemah, gerakan yang menekan otot perut atau panggul bisa menimbulkan tekanan pada kandung kemih sehingga menyebabkan urine bocor keluar dari uretra.

Apa saja faktor risiko inkontinensia stres pada wanita?

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko inkontinensia stres pada wanita, yang meliputi sebagai berikut.

1. Usia lanjut

Risiko inkontinensia stres bisa semakin tinggi seiring dengan pertambahan usia, termasuk pada wanita.

Ini karena otot panggul semakin lama dapat semakin melemah sehingga akan semakin sulit untuk menahan urine di dalam kandung kemih.

2. Persalinan

Kelemahan otot dasar panggul atau otot sfingter dapat terjadi akibat adanya jaringan atau saraf yang rusak saat proses persalinan.

Inkontinensia stres akibat melahirkan dapat terjadi segera setelah persalinan atau beberapa tahun setelahnya.

Wanita yang melahirkan secara normal berisiko lebih besar menderita inkontinensia stres ketimbang wanita yang melahirkan melalui operasi caesar.

Selain itu, persalinan dengan bantuan forceps dapat meningkatkan risiko inkontinensia stres.

Sementara persalinan dengan bantuan ekstraksi vakum berisiko lebih kecil menyebabkan kondisi ini.

3. Berat badan berlebih dan obesitas

Berat badan dapat menimbulkan tekanan pada organ di perut dan panggul.

Oleh karena itu, berat badan berlebih dan obesitas berisiko menyebabkan inkontinensia stres, termasuk pada wanita.

4. Penyakit yang memengaruhi kemampuan otak

Seseorang lebih rentan mengalami inkontinensia stres jika menderita penyakit yang memengaruhi kemampuan otak dalam mengirim sinyal perintah kepada kandung kemih.

Beberapa penyakit tersebut yaitu stroke, penyakit Parkinson, multiple sclerosis. dan demensia.

5. Histerektomi

Operasi panggul pada wanita, misalnya histerektomi, dapat menyebabkan kelemahan otot penyangga kandung kemih dan uretra.

Kondisi ini bisa meningkatkan risiko inkontinensia stres.

6. Menopause

Menopause menyebabkan penurunan kadar estrogen, yang berpengaruh pada kepadatan dan elastisitas jaringan di sekitar uretra dan kandung kemih.

Hormon estrogen yang rendah akibat menopause dapat menyebabkan penurunan kontrol otot dan meningkatkan risiko inkontinensia stres.

Apa pengobatan inkontinensia stres pada wanita?

Wanita konsultasi KB suntik dengan dokter

Dalam menangani inkontinensia stres pada wanita, umumnya dibutuhkan beberapa metode pengobatan.

Pengobatan juga akan meliputi penanganan terhadap penyebab yang mendasari inkontinensia stres. Berikut adalah metode yang dapat dilakukan untuk menangani inkontinensia stres.

1. Terapi perilaku

Terapi perilaku bertujuan membantu menghentikan atau mengurangi terjadinya inkontinensia stres. Langkah-langkah terapi perilaku meliputi berikut ini.

  • Melakukan senam kegel untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul dan otot sfingter penahan urine.
  • Mengatur jenis dan jumlah cairan yang dikonsumsi setiap hari. Hindari minuman yang mengandung kafein, soda, atau alkohol yang dapat memengaruhi fungsi kandung kemih.
  • Mengubah gaya hidup dengan berhenti merokok, menurunkan berat badan, mengobati batuk kronis yang diderita, dan menghindari aktivitas berat.
  • Menjaga kadar gula darah bagi penderita diabetes.
  • Melatih fungsi kandung kemih dengan buang air kecil lebih sering dan teratur, lalu secara perlahan menambah lama jeda waktunya agar kandung kemih kembali terbiasa menahan jumlah urine yang lebih banyak.

2. Obat-obatan

Belum ada obat-obatan khusus yang dapat digunakan untuk mengatasi inkontinensia stres.

Namun, duloxetine yang berupa obat antidepresan cukup umum digunakan sebagai pengobatan inkontinensia stres.

3. Alat bantu medis

Ada beberapa alat medis yang dapat digunakan oleh wanita untuk membantu mengatasi inkontinensia stres, yaitu sebagai berikut.

  • Ring pessarium, yang dimasukan ke dalam uretra untuk menahan dasar kandung kemih agar urine tidak bocor, terutama jika kandung kemih turun (sistokel) ke area vagina.
  • Sisipan uretra, yang berbentuk seperti tampon untuk dimasukkan ke dalam uretra agar dapat menahan urine saat beraktivitas berat, seperti mengangkat beban dan berlari. Alat ini dapat digunakan hingga 8 jam.

4. Operasi

Dalam menangani inkontinensia urine, operasi dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menutup otot sfingter atau menopang leher kandung kemih.

Beberapa prosedur operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi inkontinensia urine pada wanita meliputi berikut ini.

  • Pemasangan sling kandung kemih. Sling merupakan penyangga uretra yang dapat terbuat dari jaringan tubuh pasien, bahan sintetis, atau jaringan dari pendonor atau hewan.
  • Suntikan bahan penebal. Bahan penepal berupa gel akan disuntikkan ke jaringan di bagian atas uretra untuk membuat bagian tersebut lebih tebal, sehingga otot sfingter dapat menutup dengan lebih baik.
  • Suspensi leher kandung kemih. Prosedur ini dilakukan untuk mengangkat jaringan dekat leher kandung kemih dan bagian atas uretra dengan menjahitnya pada ligamen tulang di selangkangan.

Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter bila inkontinensia stres yang Anda alami telah mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pemeriksaan ke dokter dapat membantu menentukan pengobatan yang tepat untuk masalah kesehatan yang Anda alami.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Stress incontinence – Symptoms and causes. (2022). Retrieved 2 January 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/stress-incontinence/symptoms-causes/syc-20355727 

Wu, J. (2021). Stress Incontinence in Women. New England Journal Of Medicine, 384(25), 2428-2436. https://doi.org/10.1056/nejmcp1914037 

Stress Urinary Incontinence (SUI): Symptoms, Diagnosis & Treatment – Urology Care Foundation. (2022). Retrieved 2 January 2024, from https://www.urologyhealth.org/urology-a-z/s/stress-urinary-incontinence-(sui) 

Stress Urinary Incontinence In Women
. (2022). Retrieved 2 January 2024, from
https://www.nafc.org/female-stress-incontinence 

Topics, H. (2022). Urinary Incontinence | Stress Incontinence | UI | MedlinePlus. Retrieved 2 January 2024, from https://medlineplus.gov/urinaryincontinence.html 

Encyclopedia, M., & incontinence, S. (2022). Stress urinary incontinence: MedlinePlus Medical Encyclopedia. Retrieved 2 January 2024, from https://medlineplus.gov/ency/article/000891.htm 

Hu, J., & Pierre, E. (2022). Urinary Incontinence in Women: Evaluation and Management. Retrieved 2 January 2024, from https://www.aafp.org/afp/2019/0915/p339.html 

Urinary Incontinence in Women. (2022). Retrieved 2 January 2024, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/urinary-incontinence/urinary-incontinence-in-women 

Urinary incontinence | Office on Women’s Health. (2022). Retrieved 2 January 2024, from https://www.womenshealth.gov/a-z-topics/urinary-incontinence

Versi Terbaru

05/01/2024

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Reikha Pratiwi


Artikel Terkait

Bentuk Tubuh Wanita Apel, Pir, Jam Pasir, Anda yang Mana?

7 Cara Mengatasi Sering Buang Air Kecil yang Mengganggu


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 05/01/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan