Terapi hiperbarik atau hyperbaric oxygen therapy semakin dikenal luas sebagai metode pengobatan alternatif yang menawarkan berbagai manfaat kesehatan. Banyak orang yang mungkin belum familiar dengan manfaat hyperbaric oxygen therapy hingga efek sampingnya. Cari tahu informasi lengkapnya di bawah ini!
Apa itu terapi hiperbarik?
Terapi hiperbarik atau hyperbaric oxygen therapy (HBOT) adalah metode pengobatan yang memungkinkan pasien menghirup oksigen murni.
Prosedur pengobatan ini dilakukan di dalam ruang atau tabung bertekanan tinggi.
Tak seperti terapi oksigen pada umumnya, prosedur ini dapat meningkatkan kadar oksigen dalam darah dan jaringan tubuh.
Oksigen ekstra ini akan membantu melawan bakteri serta memicu pelepasan zat yang disebut faktor pertumbuhan dan sel induk, yang mempercepat penyembuhan.
Dengan begitu, tubuh bisa mengalami proses penyembuhan dan pemulihan yang lebih cepat.
HBOT awalnya digunakan untuk mengobati penyakit dekompresi pada penyelam. Namun, kini penggunaan hyperbaric oxygen therapy telah meluas ke berbagai kondisi medis.
Manfaat terapi hiperbarik oksigen
Meski melibatkan oksigen, hyperbaric oxygen therapy bukanlah prosedur alat bantu bernapas yang digunakan untuk mengatasi masalah pernapasan. Begini penjelasan tentang manfaatnya.
Jaringan tubuh manusia memerlukan pasokan oksigen yang cukup agar bisa berfungsi dengan baik. Jika jaringan terluka, kebutuhan oksigen akan meningkat.
Nah, manfaat terapi hiperbarik bisa membantu meningkatkan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah.
Dilansir dari Mayo Clinic, prosedur HBOT akan meningkatkan kadar oksigen untuk sementara waktu.
Jika dilakukan secara rutin atau berulang, kadar oksigen yang tinggi sementara ini akan membantu jaringan kembali ke level oksigen yang normal, bahkan setelah terapi selesai.
Penggunaan HBOT memang sudah meluas untuk mengobati berbagai kondisi medis. Rumah sakit dan klinik mungkin memanfaatkan terapi ini dengan cara yang berbeda-beda.
Lalu, terapi hiperbarik untuk pasien apa? Dokter biasanya akan merekomendasikan HBOT jika pasien mengalami salah satu dari kondisi berikut.
- Anemia berat.
- Abses otak.
- Emboli gas arteria (gelembung udara di pembuluh darah).
- Luka bakar.
- Keracunan karbon monoksida.
- Crush injury atau cedera yang mengakibatkan remuknya bagian tubuh tertentu karena terhimpit atau mendapat tekanan kuat dari benda berat.
- Kehilangan pendengaran mendadak
- Penyakit dekompresi.
- Gangren.
- Infeksi kulit atau tulang yang menyebabkan kematian jaringan.
- Luka yang tidak kunjung sembuh, seperti luka diabetes.
- Cedera akibat radiasi.
- Cangkok kulit atau flap kulit yang berisiko menyebabkan kematian jaringan.
- Kehilangan penglihatan mendadak yang tidak memicu rasa sakit.
Prosedur hyperbaric oxygen therapy
Penggunaan terapi hiperbarik memerlukan panduan medis yang tepat. Berikut prosedur yang akan berlangsung, mulai dari sebelum hingga setelah prosesnya.
1. Sebelum terapi
Sebelum mulai hyperbaric oxygen therapy, dokter akan memeriksa kondisi kesehatan Anda. Dokter juga akan memberi tahu berapa lama terapi yang akan Anda butuhkan.
Jangan lupa beri tahu dokter tentang obat-obatan atau alat medis yang digunakan. Diskusikan juga produk perawatan kulit Anda karena oksigen murni bisa membuatnya terbakar.
Setelah itu, Anda akan diminta mengganti pakaian dengan jubah rumah sakit dan melepas benda logam atau perangkat elektronik sebelum masuk ruangan terapi.
Anda mungkin diperbolehkan membawa botol air kecil. Usahakan untuk pergi ke toilet sebelum sesi dimulai karena durasi terapi biasanya berlangsung satu hingga dua jam.
2. Selama terapi
Saat terapi hiperbarik, Anda akan duduk atau berbaring di dalam ruang khusus. Ada dua jenis ruang, satu untuk satu orang dan satu lagi untuk beberapa orang.
Di ruang untuk satu orang, Anda akan berbaring di meja yang digeser ke dalam tabung terapi. Di ruang untuk beberapa orang, Anda akan menggunakan masker atau tudung oksigen.
Selama terapi, Anda mungkin mendengar suara mendesis saat oksigen mengisi ruang dan tekanan meningkat.
Telinga Anda mungkin terasa tersumbat, tetapi ini bisa diatasi dengan menguap atau meneguk air. Anda bisa menonton TV, mendengarkan musik, atau bahkan tidur selama terapi.
3. Setelah terapi
Setelah selesai, dokter akan menurunkan tekanan secara perlahan agar tubuh Anda bisa menyesuaikan diri.
Mereka akan memeriksa tekanan darah dan detak jantung Anda. Jika punya diabetes, kadar gula darah Anda juga akan diperiksa.
Jika tidak ada masalah, Anda bisa berpakaian kembali dan pulang. Anda mungkin akan merasa mengantuk sehingga usahakan untuk meminta seseorang untuk mengantar Anda pulang.
Efek samping terapi hiperbarik
Seperti halnya metode pengobatan lainnya, hyperbaric oxygen therapy juga memiliki potensi efek samping. Berikut beberapa di antaranya.
1. Klaustrofobia
Ruang terapi hiperbarik biasanya kecil dan tertutup, yang dapat menimbulkan rasa takut terjebak bagi sebagian orang. Gejala klaustrofobia meliputi kecemasan yang parah atau serangan panik.
Jika Anda memiliki kecenderungan terhadap rasa takut ini, bicarakan dengan dokter Anda.
Mereka mungkin merekomendasikan obat penenang ringan atau teknik relaksasi untuk membantu Anda merasa lebih nyaman selama sesi terapi.
2. Cedera telinga tengah
Hyperbaric oxygen therapy dapat menyebabkan beberapa masalah pada telinga tengah, termasuk nyeri telinga akibat perubahan tekanan.
Selain itu, bisa terjadi perdarahan pada otot tensor timpani, penumpukan cairan di telinga, atau pecahnya gendang telinga.
Masalah ini umumnya bisa diatasi dengan teknik pengaturan tekanan dan obat-obatan yang diresepkan dokter.
3. Sumbatan sinus
Selama terapi, beberapa orang mungkin mengalami sumbatan sinus, yang menyebabkan hidung tersumbat, hidung meler, atau sakit kepala sinus.
Lendir dapat menetes dari belakang tenggorokan, yang dikenal sebagai postnasal drip.
Jika Anda mengalami gejala ini, cobalah menggunakan semprotan hidung atau obat dekongestan sesuai petunjuk dokter.
4. Rabun jauh sementara
Beberapa orang yang menjalani terapi hiperbarik lebih dari 20 kali mungkin mengalami rabun jauh sementara.
Ini terjadi pada sekitar 20% hingga 40% pasien, terutama mereka yang menderita diabetes atau berusia di atas 65 tahun.
Gejala ini biasanya bersifat sementara dan penglihatan biasanya kembali normal setelah terapi selesai. Namun, jika Anda mengalami perubahan penglihatan, segera beri tahu dokter.
5. Keracunan oksigen
Keracunan oksigen adalah efek samping langka tetapi serius. Kondisi ini terjadi jika tubuh menghirup terlalu banyak oksigen, menyebabkan gejala seperti batuk dan sesak napas.
Pada kasus yang ekstrem, keracunan oksigen bisa berakibat fatal. Gejala ini biasanya diatasi dengan mengurangi durasi atau intensitas terapi dan memantau kondisi Anda secara ketat.
6. Kejang
Kejang adalah efek samping yang sangat jarang terjadi pada pasien terapi hiperbarik oksigen. Gejala kejang dapat meliputi kram otot, gangguan sensasi, dan pingsan.
Jika Anda atau seseorang yang dikenal mengalami kejang selama terapi, segera hubungi tenaga medis untuk penanganan lebih lanjut.
Pengawasan yang ketat selama sesi terapi dapat membantu mengurangi risiko kejang.
Jika mempertimbangkan terapi hiperbarik, penting untuk mendiskusikan potensi efek samping atau risiko dengan dokter Anda. Hal ini bertujuan memastikan terapi ini sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.