backup og meta

Daftar Obat Anti-Botak yang Bisa Anda Coba

Daftar Obat Anti-Botak yang Bisa Anda Coba

Sudah bukan rahasia umum lagi bila banyak pria yang kesulitan mengatasi masalah kebotakan. Meski begitu, ada banyak cara yang bisa dicoba untuk mengobati hal ini dan salah satunya yaitu obat anti-botak. 

Obat anti-botak

Bila sudah memasuki usia di atas 35 tahun, akan sangat wajar ketika Anda mulai kehilangan banyak rambut hingga berakhir pada kebotakan. 

Meski tampak sepele, kebotakan bisa membuat seseorang tidak percaya diri karena tidak nyaman dengan penampilan mereka. 

Itu sebabnya, obat anti-botak hadir untuk meningkatkan pertumbuhan rambut atau memperlambat rambut rontok. 

Berikut ini beberapa daftar obat yang mungkin bisa membantu mengatasi kebotakan yang dialami. 

1. Minoxidil

cara memakai serum wajah

Faktanya, minoxidil merupakan salah satu obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Namun, beberapa ahli secara tidak sengaja melihat bahwa obat ini dapat menumbuhkan rambut di area yang tak terduga sebagai efek samping. 

Hingga saat ini masih belum jelas bagaimana mekanisme kerja obat anti-botak ini. Meski begitu, para ahli percaya bahwa minoxidil dapat melebarkan pembuluh darah. 

Artinya, obat ini termasuk golongan vasolidator yang melancarkan aliran darah di tempat yang dioleskan. 

Sementara itu, peningkatan aliran darah ke kulit kepala bisa menjadi alasan mengapa minoxidil dapat meningkatkan pertumbuhan rambut. 

Sayangnya, obat ini tidak memengaruhi pada proses hormonal kerontokan rambut dan manfaatnya hanya sementara. Rambut rontok akan terus berlanjut jika Anda menghentikan penggunaannya. 

2. Finasteride

Selain minoxidil, obat anti-botak lainnya yang bisa Anda manfaatkan yakni finasteride. 

Finasteride merupakan obat yang awalnya dikembangkan untuk mengatasi pembesarah prostat. Namun, obat ini memiliki efek samping yang menarik, yaitu menumbuhkan rambut. 

Berkat temuan tersebut, badan pengawas obat di Amerika telah menyetujui dosis 1 miligram (mg) finasteride untuk mengatasi alopecia androgenik. 

Obat ini bekerja dengan menghambat Tipe II 5-alpha-reductace. Enzim ini berperan mengubah testosteron menjadi androgen dihidrotestosteron (DHT) yang lebih kuat. 

Bila diberikan pada dosis yang benar, DHT akan mengalami penurunan yang dapat memperlambat kebotakan pria sebanyak 86 persen. 

3. Dutasteride

Dibandingkan kedua obat anti-botak di atas, dutasteride mungkin tidak terlalu populer. 

Pasalnya, obat ini belum mendapat persetujuan sebagai obat untuk mengatasi kebotakan. Meski begitu, beberapa dokter terkadang meresepkan dutasteride.

Cara kerja dutasteride sebenarnya mirip dengan finasteride, yaitu menghambat aktivitas reduktase 5-alfa tipe II. Tak hanya itu, obat ini juga memperlambat enzim tipe I. 

Dengan memblokir kedua jenis enzim ini, tubuh akan menurunkan DHT lebih banyak dan mungkin lebih efektif dalam mengurangi kerusakan folikel rambut. 

Sayangnya, obat ini hanya berfungsi ketika diminum setiap hari dan mungkin akan kurang efektif seiring berjalannya waktu. 

Efek samping obat anti-botak

Meski terbilang aman, obat anti-botak yang telah disebutkan dapat memicu sejumlah efek samping. Berikut ini beberapa efek samping yang dapat terjadi berdasarkan jenis obat yang Anda pakai. 

Minoxidil

Meski dapat menumbuhkan rambut, minoxidil ternyata memiliki efek samping berupa menipiskan rambut Anda. Efek samping lainnya yang perlu Anda waspadai meliputi:

  • dermatitis kontak, 
  • kulit gatal,
  • ketombe, 
  • kulit kepala terasa gatal,
  • perubahan warna atau tekstur rambut,
  • sakit kepala, dan
  • pertumbuhan rambut di wajah, seperti di pipi atau dahi. 

Finasteride/Dutasteride

penyebab ruam kulit kemerahan

Pada dasarnya, efek samping dari finasteride dan dutasteride cukup mirip mengingat cara kerjanya pun sama dalam menghambat kebotakan. 

Ada pun beberapa efek samping kedua obat ini antara lain: 

  • impotensi, 
  • ejakulasi tidak normal, 
  • pembengkakan pada tangan atau kaki, 
  • payudara membengkak dan terasa nyeri, 
  • pusing, 
  • kelelahan, 
  • sakit kepala, 
  • hidung meler, dan
  • masalah kulit, seperti ruam kulit. 

Bila Anda mengalami salah satu atau lebih gejala yang disebutkan usai mengonsumsi obat anti-botak, segera periksakan diri ke dokter. 

Tips menyimpan obat anti-botak

Obat-obatan untuk mengatasi kebotakan perlu disimpan di tempat yang sejuk dan kering. Namun, obat ini tidak dapat disimpan di lemari es, kecuali ada instruksinya. 

Tak hanya itu, obat-obatan ini perlu disimpan dengan benar di tempat yang tak terjangkau oleh anak-anak untuk mencegah tertelannya secara tidak sengaja. 

Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan diskusikan dengan dokter terkait pilihan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda. 

Anda bisa datang langsung ke klinik atau rumah sakit yang dituju atau booking dokter spesialis kulit terlebih dahulu melalui platform Hello Sehat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hair Loss: Should I Take Medicine to Regrow Hair?. (2020). Michigan Medicine. Retrieved 14 June 2021, from https://www.uofmhealth.org/health-library/tr2559 

Drugs for Alopecia. (2016). Hong Kong Department of Health. Retrieved 14 June 2021, from https://www.drugoffice.gov.hk/eps/do/en/consumer/news_informations/dm_35.html 

Nichols, H. (2017). Baldness: How close are we to a cure?. Medical News Today. Retrieved 14 June 2021, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/317788 

Treatment. (n.d). American Hair Loss Association. Retrieved 14 June 2021, from https://www.americanhairloss.org/men_hair_loss/treatment.html 

Watson, K. (2021). Why Does Rogaine (Minoxidil) Cause Hair Shedding?. Healthline. Retrieved 14 June 2021, from https://www.healthline.com/health/shedding-minoxidil

Versi Terbaru

10/10/2022

Ditulis oleh Satria Perdana

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

6 Tips Perawatan Rambut Pria agar Tumbuh Sehat dan Lebat

7 Penyebab Kulit Kepala Kering dan Perawatannya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Satria Perdana · Tanggal diperbarui 10/10/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan