Kemampuan bersosialisasi sangat penting dalam masa tumbuh kembang anak. Dengan bersosialisasi, anak lebih mudah untuk mengembangkan karakternya.
Namun, beberapa anak mungkin punya masalah sulit bersosialisasi, entah karena anak pendiam, pemalu, mudah marah, atau anak punya hobi mengatur teman-temannya yang lain.
Lalu bagaimana cara mengajarkan anak sosialisasi dengan sekitarnya? Intip rahasianya di bawah ini, yuk!
Mengapa anak perlu bersosialisasi?
Bersosialisasi sejak dini akan membantu membentuk kepribadian anak. Hal ini akan berdampak pada kehidupan sosial anak selanjutnya.
Anak lahir tanpa mengenal budaya apa pun. Orang dewasa di sekitarnyalah yang membantu membentuk kepribadian anak.
Proses pengenalan dan pembelajaran budaya ini yang dinamakan sosialisasi. Sosialisasi juga merupakan salah satu tahap perkembangan anak.
Dari sosialisasi, anak akan belajar bagaimana menggunakan bahasa yang baik, tingkah laku yang baik, dan berbagai hal lainnya.
Belajar sosialisasi sejak dini akan membangun keyakinan anak untuk melakukan sesuatu dan bersikap selektif. Saat anak bersosialisasi, ia akan belajar mengenai perbedaan yang ada di sekitarnya.
Usia dini adalah masa yang paling penting untuk melakukan sosialisasi. Pada usia ini, anak baru mulai belajar sesuatu dan memiliki keingintahuan yang cukup besar.
Sebagai orang tua, membimbing anak untuk bersosialisasi sejak dini sangat penting.
Jangan biarkan anak Anda menjadi pribadi yang tertutup dan tidak mau bergaul. Sebaliknya, kenalkan anak beragam hal yang ada di lingkungan sekitarnya.
Bagaimana cara mengajarkan anak bersosialisasi?
Sama seperti orang dewasa, tidak semua anak bisa mulai bersosialisasi dengan mudah. Terkadang, besosialisasi bisa menjadi hal yang sangat sulit dilakukan bagi anak.
Jika anak Anda memiliki kendala dalam bersosialisasi, Anda bisa mencoba beberapa cara mengatasi anak yang tidak bisa bersosialisasi.
Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda coba untuk mengajari anak dalam bersosialisasi.
1. Ajak anak untuk membantu di rumah
Biarkan anak membantu Anda, misalnya dalam membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Ajak anak Anda untuk membersihkan kamarnya atau sekedar mengelap meja setelah makan.
Anak-anak yang diajarkan kepedulian dan rasa tanggung jawab sejak dini cenderung memiliki keterampilan sosial yang baik.
2. Jadi contoh yang baik untuk anak
Anak akan selalu mencontoh perilaku orangtuanya. Oleh karena itu, setiap orangtua harus bersikap sopan, hormat, dan peduli antara satu sama lain jika ingin anak-anak Anda bersikap demikian.
Dengan melihat bagaimana sikap dan perilaku orangtuanya kepada orang lain, ini akan membuat anak lebih mudah untuk bersosialisasi dengan teman-temannya.
3. Tunjukkan kasih sayang pada anak
Buatlah suasana atau hubungan yang terbuka antara orangtua dengan anak. Ajaklah anak Anda berkomunikasi tentang berbagai aktivitasnya sehari-hari.
Luangkan sejenak waktu Anda untuk menjalin komunikasi dengan anak. Biarkan anak Anda mengeluarkan keluh kesahnya.
Hal seperti ini akan membuat anak Anda berani untuk bertanya atau pun minta pendapat. Ini akan melatih anak Anda untuk berani berkomunikasi.
4. Dorong anak untuk beraktivitas dalam kelompok
Berikan anak Anda kesempatan untuk bergabung dalam salah satu tim olahraga, kegiatan pramuka, ekstrakurikuler menari, atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat mendorong bakat dan komunitas anak.
Anak-anak umumnya akan sangat senang apabila mereka dapat menunjukkan bakat serta minatnya.
Salah satu penyebab kurang percaya dirinya seorang anak adalah karena anak tidak memiliki ruang untuk berekspresi.
Hal ini juga tidak hanya akan membantu anak untuk mengasah bakatnya, tetapi juga dapat memberikan kesempatan pada anak untuk bergaul dengan teman-temannya serta orang di sekitarnya.
5. Latih anak melakukan kontak mata
Kontak mata mungkin terlihat sebagai suatu hal yang sangat mudah di lakukan. Namun, untuk sebagian orang, hal ini bisa sangat sulit.
Padahal, kontak mata sangat penting saat berbicara dengan orang lain karena bisa menandakan bahwa anak mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh orang lain.
Oleh karena itu, saat sedang berbicara dengan anak, Anda bisa melatih kemampuan anak dengan memintanya untuk melakukan kontak mata dengan Anda.
Dengan begitu, anak akan lebih terbiasa dan percaya diri untuk melakukan kontak mata ketika sedang bersosialisasi atau berbicara dengan orang lain.
Cara ini juga bisa membantu meningkatkan kemampuan anak dalam mendengar.
6. Ajarkan anak untuk bertanya
Melansir dari Learning Links, berani bertanya kepada orang lain bisa membantu anak belajar banyak hal, termasuk kemampuan bersosialisasi.
Anda bisa melatih anak bertanya dengan menanyakan kabar atau pertanyaan lainnya tentang masing-masing.
Tanyakan pada anak pertanyaan yang perlu jawaban yang cukup panjang, bukan hanya sekadar jawaban “iya” dan “tidak”.
Anda juga bisa meminta anak berbicara dengan anggota keluarga dan saudara lainnya melalui telepon
Dengan bertanya, anak bisa mendapat pengalaman baru dan merasa terhubung dengan orang lain.
7. Ajarkan jenis-jenis emosi pada anak
Mengetahui jenis emosi dan kesehatan emosional bisa membantu anak memiliki kemampuan bersosialisasi dengan orang lain.
Anda bisa mengajarkan anak perbedaan antara emosi positif dan negatif.
Usahakan untuk menjaga emosi dan tetap tenang saat anak melakukan kesalahan. Cukup gunakan kata-kata untuk menjelaskan perasaan yang Anda rasakan.
Anda juga bisa melakukan hal yang sama saat sedang merasakan emosi yang berbeda, misalnya menangis. Anda bisa coba jelaskan kenapa Anda bisa menangis.
8. Pastikan asupan nutrisinya terpenuhi
Memenuhi nutrisi anak merupakan pondasi dasar untuk mendukung proses tumbuh kembang yang maksimal, termasuk skill dalam bersosialisasi.
Salah satu nutrisi yang berperan penting untuk si Kecil adalah zat besi, mikronutrien penting dalam mendukung kecerdasan.
Pasalnya, mengutip Ikatan Dokter Anak Indonesia, anak dengan asupan zat besi harian optimal terbukti ototnya lebih kuat, ketahanan fisik dibanding yang asupan zat besinya kurang.
Jika perkembangan daya pikirnya optimal, si Kecil juga diharapkan akan lebih mudah bersosialisasi dan tetap aktif.
Meski dampaknya yang sangat besar untuk tumbuh kembang anak, gejala kekurangan zat besi seringkali tidak disadari.
Gejala kekurangan zat besi bisa dikenali dari kondisi anak yang mungkin sering terlihat lemas dan tidak bersemangat dalam beraktivitas sehari-hari.
Namun, pemeriksaan lanjutan dengan ahli tetap diperlukan untuk memastikan kondisi kesehatan si Kecil.
Fakta membuktikan, 1 dari 3 anak di Indonesia berisiko mengalami anemia defisiensi zat besi yang jika dibiarkan dapat mengganggu perkembangan otak.
Perkembangan masalah kognitif tersebut dapat berupa penurunan daya konsentrasi dan memori yang mempengaruhi kemampuan belajar anak.
Karenanya, orang tua perlu membantu memenuhi kebutuhan zat besi harian si Kecil dengan memberikan asupan gizi seimbang, terutama dari sumber protein hewani yang kaya zat besi.
Salah satunya adalah susu yang terfortifikasi zat besi menjadi nutrisi tambahan pilihan untuk memenuhi kebutuhan zat besi harian si Kecil
Sebab, susu yang memiliki kombinasi unik zat besi dan vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi hingga 2x lipat, bantu lengkapi kebutuhan zat besi harian si Kecil dan dukung perkembangan otaknya.
Jika kebutuhan zat besi harian si Kecil terpenuhi, Bunda juga secara tidak langsung sudah mengurangi risiko anemia defisiensi zat besi si Kecil sekaligus mendukung perkembangan otaknya
Kesimpulan
Dengan mencoba mengajarkan anak bersosialisasi, seperti melakukan tips yang telah disebutkan di atas, Anda bisa membantu anak melatih dan mengembangkan kemampuannya dalam berbicara dengan orang lain. Anak pun akan bisa merasakan manfaat dari memiliki kemampuan sosial yang baik sejak dini hingga dewasa.